Snapcart Urungkan Rencana Ekspansi ke Negara Maju
Fokus ulang ke pasar negara berkembang yang sudah ada, memprioritaskan pengembangan teknologi untuk tahun depan
Sempat mengumumkan rencana ekspansi ke Jepang beberapa waktu yang lalu, platform solusi data Snapcart memutuskan kembali fokus ke pasar Indonesia dan sejumlah negara yang telah disambangi sebelumnya, seperti Filipina, Brazil, dan Singapura.
Kepada DailySocial, CEO Snapcart Reynazran Royono mengatakan, permintaan dari negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia memang ada, namun Snapcart melihat biaya yang dibutuhkan untuk mengakuisisi pengguna di negara-negara tersebut cukup tinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang.
"Secara cost efficiency, kita lihat strategi saat ini adalah fokus ke negara berkembang [..]. Ekspansi yang kita lakukan sudah cukup kompleks dibandingkan startup lain yang fokus hanya ke Indonesia saja," kata Rey.
Fitur Cashier
Tahun ini Snapcart memperkenalkan fitur Cashier di dalam aplikasi. Cashier menyasar pemilik toko atau warung agar secara cepat dan fleksibel mencatat dan merekam transaksi penjualan secara digital.
"Konsepnya serupa dengan POS, namun yang membedakan Cashier dengan POS lainnya adalah kita fokus ke groceries centric, benar-benar hanya pemilik warung," kata Rey.
Snapcart tidak mengenakan biaya apapun untuk pemilik warung yang memanfaatkan fitur ini. Setelah mengunggah data, nantinya pemilik warung bisa mendapatkan laporan secara gratis mengenai sales performance, top selling SKU dan juga jika mereka ingin melakukan pembelian produk, mereka bisa menghasilkan list of inventory secara langsung.
"Meskipun belum gencar kegiatan pemasaran kami lakukan untuk Cashier, namun saat ini sudah mulai banyak pengguna yang memanfaatkannya. Salah satu alasan tentunya semua database dikelola oleh Snapcart, sehingga pemilik toko tidak perlu melakukan queue in SKU mereka satu per satu," kata Rey.
Untuk saat ini Snapcart belum memiliki rencana menjalin kolaborasi dengan layanan pembayaran digital berbasis kode QR. Berdasarkan pengamatan perusahaan, traffic yang dihasilkan oleh pembayaran menggunakan kode QR di warung belum cukup besar.
Target 2019
Tentang rencana Snapcart di tahun 2019, Rey menegaskan ada dua hal yang menjadi prioritas perusahaan. Yang pertama adalah mengembangkan teknologi dengan meningkatkan kemampuan otomasi. Nantinya diharapkan kemampuan untuk dataprocessing bisa menjadi lebih cepat. Dari yang sebelumnya membutuhkan waktu sekitar satu minggu, ke depannya diharapkan bisa dalam waktu 3 hari saja.
Prioritas selanjutnya adalah mempersiapkan teknologi untuk membantu klien terkait atribusi. Snapcart ingin memanfaatkan data yang dimiliki agar bisa digunakan untuk membantu pihak terkait, seperti sektor finansial, pemerintahan, hingga kesehatan.
Dana Seri B
Setelah mengantongi pendanaan Pra Seri A dan Seri A di tahun 2017, tahun 2019 mendatang Snapcart berencana menggalang dana untuk putaran Seri B. Masih dalam tahap penjajakan, Rey belum bersedia menyebutkan siapa saja investor yang akan terlibat dalam pendanaan kali ini.
"Rencana fundraising tentunya ada. Target kita, kalau misalnya bisa dilakukan, tahun 2019 kita lakukan untuk pendanaan tahapan Seri B," tutup Rey.