Tantangan Yang Perlu Diantisipasi oleh Bisnis di Indonesia
Mengangkat beberapa poin penting temuan survei QBE Indonesia terhadap 300 perusahaan
Belum lama ini QBE Indonesia melakukan wawancara dan survei terhadap 300 UKM dan perusahaan skala besar di Indonesia. Dalam wawancara tersebut dibahas tentang risiko, peluang dan tantangan bisnis pada era digital saat ini. Ada beberapa temuan menarik dari survei tersebut, pertama ialah terkait dengan kecenderungan bisnis di Indonesia untuk bersifat reaktif (bukan proaktif) berbagai kejadian terkait dengan insiden di dunia digital.
Dari survei tersebut didapatkan data bahwa persentase insiden digital yang umum terjadi ialah penipuan melalui internet (54%), peretasan sistem komputer (48%), dan pencurian informasi sensitif (38%). Pemaparan responden juga menyebutkan bahwa insiden tersebut memberikan dampak yang nyata bagi bisnis. Dalam 12 bulan terakhir, insiden tersebut setidaknya menghadirkan beberapa masalah krusial dalam bisnis.
Pertama ialah kehilangan pendapatan karena insiden yang mengganggu usaha (32%), rusak dan hilangnya data inventaris (23%), kerusakan peralatan (22%), hingga peretasan sistem komputer yang mengganggu operasional bisnis (20%).
"Risiko-risiko ini dihadapi oleh perusahaan yang berada pada lingkungan dengan tantangan bisnis yang semakin besar. Berdasarkan kajian, kami menemukan bahwa 31% dari perusahaan-perusahaan Indonesia menerima tuntutan hukum karena masalah produk atau layanan mereka pada tahun lalu," ujar Aziz Adam Sattar selaku Presiden Direktur QBE Indonesia.
Tantangan bisnis di Indonesia tahun 2017-2018
Selain membahas tentang insiden dan risiko yang dihadapi bisnis kaitannya dengan teknis operasional harian, survei juga mencoba mengidentifikasi beberapa tantangan yang dihadapi bisnis dalam berbagai lanskap kategori. Hampir separuh dari perusahaan (46%) menilai bahwa tantangan berasal dari adaptasi atas kemajuan dan inovasi teknologi. Hal ini berdampak pada prakiraan investasi yang dinilai akan meningkat 12 bulan mendatang. Sepertiga dari perusahaan (29%) meyakini bahwa tantangan dan investasi tersebut akan membawakan dampak yang besar.
Pada dasarnya setiap kategori industri memiliki kekhawatiran yang berbeda, tetapi ada beberapa tantangan serupa yang muncul di berbagai industri seperti perluasan bisnis dan peraturan perundang-undangan yang baru.
Kini penyesuaian terhadap teknologi terbarukan merupakan hal yang dianggap penting bagi bisnis. Menelisik lebih dalam kategori bisnis di bidang IT dan Telekomunikasi (di dalamnya termasuk UKM digital), konsentrasi terbesar saat ini masih pada optimasi dan pengembangan sistem yang dimiliki (45%). Selanjutnya tantangan lain yang dihadapi ialah terkait dengan perundangan baru yang sering membuat bisnis harus menyesuaikan (39%). Eskpansi bisnis (37%) juga menjadi concern yang ambisius untuk banyak perusahaan di kategori ini.
Menariknya 35% dari responden di sektor TI kini mulai memiliki awareness tentang perlindungan data dan informasi bisnis. Hal ini senada dengan ancaman siber yang kian meningkat. Namun angka 35% dinilai masih cukup kecil untuk mayoritas bisnis yang menggunakan pendekatan digital. Ternyata hal tersebut disebabkan oleh banyak hal, mulai dari skala bisnis yang kecil, keterbatasan bisnis hingga anggaran yang terbatas.
“Ekonomi Indonesia tumbuh dengan cepat dan telah menjadi anggota penting di komunitas ASEAN. Dengan meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah, kita melihat perubahan pemikiran di kalangan pengusaha dan karyawan karena mereka telah memahami pentingnya pengelolaan risiko – tidak hanya untuk mengurangi kerugian finansial, tetapi yang lebih penting untuk menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab sosial. Konsumen Indonesia menjadi lebih paham mengenai hak-hak hukum, yang menghadapkan perusahaan pada kompensasi finansial yang lebih besar jika gagal memberikan layanan atau tidak menyediakan lingkungan kerja yang aman,” jelas Sattar menanggapi kecilnya antisipasi perusahaan terhadap kemungkinan risiko.