1. Startup

Trihill Capital Suntik Pendanaan "Hey! Kafe", Percepat Ekspansi dan Segera Rilis Aplikasi

Hey! Kafe dirintis sejak Juni 2020 oleh Edwin Djaja, yang juga merupakan pendiri Seven Retail

Startup new economy Hey! Kafe mengumumkan perolehan investasi tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari Trihill Capital. Dana segar ini akan dimanfaatkan untuk mempercepat ekspansi 300 gerai sampai akhir tahun depan dan merilis aplikasi guna dorong transaksi dari kanal digital.

Hey! Kafe dirintis pada Juni 2020 oleh Edwin Djaja. Ia merupakan pendiri Seven Retail, sebuah perusahaan multi-brand yang menaungi berbagai merek -- salah satunya Golden Lamian, chinese fast-casual chain terkemuka di Indonesia, yang saat ini memiliki lebih dari 70 gerai sejak didirikan pada 2017.

Hey! Kafe didesain sedemikian rupa agar dapat bergerak lincah di tengah persaingan yang ketat di industri ritel F&B dengan memanfaatkan kehadiran teknologi. Dalam keterangan resmi, Edward mengatakan Hey Kafe menggunakan strategi Same Store Sales Growth, yang fokus menaikkan penjualan rata-rata per cabang, bukan hanya menaikkan penjualan dengan menambah total jumlah cabang.

Strategi ini membuat tiap cabang mampu memperoleh pengembalian investasi di bawah 12 bulan. “Tentunya ini menjadi faktor penting bagi bisnis untuk terus berkembang pesat secara sustainable di tahun-tahun berikutnya,” ujar Edward.

Untuk ekspansi gerai, perusahaan menawarkan kemitraan waralaba, seperti yang dilakukan oleh banyak usaha ritel F&B lainnya. Di samping itu, perusahaan menggunakan strategi bisnis model beraset ringan untuk mendukung fasilitas layanan pengiriman grab & go. Sebagian besar gerai didesain mungil dan compact, sehingga membutuhkan modal yang minimal.

Langkah ini diambil karena sekitar 70% aktivitas penjualan Hey! Kafe dilakukan secara online, dengan bekerja sama dengan berbagai platform pesan antar makanan, seperti GoFood, GrabFood, ShopeeFood, dan Traveloka Eats.

Inovasi produk juga menjadi bagian penting. Edward menuturkan, dalam strategi branding dan pengembangan produk baru, perusahaan rutin menguji lebih dari 20 konsep produk tiap bulannya. Strategi tersebut berhasil membuahkan berbagai menu dan produk unik dan menjadi best-seller, seperti seri minuman Hey-Shake!, Strawberry Heaven Hey-Shake, dan Choco-Cashew Hey-Shake.

Target pengguna Hey Kafe adalah generasi muda yang merupakan populasi terbesar di Indonesia. Oleh karenanya, kualitas produk yang baik dan harga yang dibanderol cukup terjangkau menjadi kekuatan yang diusung Hey Kafe. Disebutkan saat ini Hey Kafe mampu menjual 12 ribu gelas setiap harinya atau 350 ribu gelas setiap bulan dari 60 gerai yang beroperasi saat ini di Jabodetabek dan Surabaya.

Edward berharap dengan dukungan VC, seperti Trihill Capital, dapat menjadi amunisi perusahaan untuk menjadi pemain jaringan grab & go terdepan di Asia Tenggara. Ia menargetkan dana tersebut akan digunakan untuk memperkuat strategi branding dan investasi di teknologi.

“Di awal 2022 mendatang, Hey Kafe akan meluncurkan in-house mobile application yang memudahkan seluruh konsumen untuk bertransaksi, sehingga diharapkan mampu meningkatkan penjualan yang saat ini sudah mencapai 350 ribu gelas setiap bulannya,” tutup dia.

Antusiasme tinggi dari pemodal ventura

Layanan food tech secara umum memang tengah naik daun. Perusahaan jenis ini memanfaatkan teknologi secara menyeluruh, mulai dari supply chain bahan baku, efisiensi operasional, pencatatan keuangan, pembayaran, hingga distribusi.

Covid-19 nyata-nyata memberikan dampak bagi industri F&B, namun sekaligus menguji mentalitas bisnis para founder-nya. Beberapa yang memilih terus mengakselerasi bisnis, lakukan transformasi memanfaatkan ragam layanan yang ada.

More Coverage:

Untuk menjaga tren pertumbuhan, para pemain industri memulai memanfaatkan kanal digital. Strategi tersebut dilakukan beriringan dengan peningkatan jumlah gerai. Konsep grab & go sendiri memang sangat bergantung dengan keberadaan gerai, kendati tidak sedikit yang hanya dijadikan tempat produksi (tanpa memiliki ruang untuk dine-in).

Aplikasi didesain untuk menghubungkan konsumen dengan outlet, membawa dari online menuju offline – atau sebaliknya. Model ini cukup efisien, karena perusahaan pun bisa memanfaatkan data yang didapat dari kebiasaan konsumen yang tercatat di aplikasi, sehingga dapat menyuguhkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan pangsa pasarnya. Dari sisi konsumen, adanya kemudahan dan value added menjadikan mereka mau untuk memanfaatkan aplikasi.

Antusiasme pemodal ventura pun semakin meningkat untuk masuk ke segmen ini. Berikut daftarnya:

Pemodal VenturaPortofolio
Alpha JWC VenturesHangry, Kopi Kenangan, Lemonilo, Mangkokku
East VenturesFore Coffee, Greenly, Legit Group, SaladStop!, Mohjo
AC VenturesCoffee Meets Bagel, Fore Coffee
Vertex VenturesDailybox
Openspace VenturesJIWA Group
SALT VenturesHangry
ANGINBurgreens