Venture Builder Terratai Dapat Pendanaan Rp31 Miliar dari UBS Optimus Foundation dan Swiss Re Foundation
Terratai membangun usaha-usaha baru yang berfokus pada solusi berbasis alam, sistem pangan, dan konservasi lingkungan
Terratai, venture builder yang fokus pada sektor impact, mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $2 juta (sekitar Rp31 miliar) dari UBS Optimus Foundation dan Swiss Re Foundation. Dana akan diarahkan untuk meluncurkan program cohort pertama di Indonesia, yang berpotensi diperluas ke Asia Tenggara dalam mendatang.
Terratai akan membuat program untuk membangun usaha-usaha baru tahap awal, yang dapat menunjukkan dampak terukur terhadap alam dan keanekaragaman hayati, dan memberikan dampak di berbagai metrik yang ditetapkan secara ketat. Termasuk di antaranya: mitigasi karbon dan penghindaran emisi, perlindungan keanekaragaman hayati dan pengelolaan spesies, perlindungan dan restorasi habitat, serta peningkatan jasa ekosistem.
Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Terratai Matt Leggett menyampaikan, kemitraan antara Terratai dengan dua investornya ini memperlihatkan komitmen bersama dalam meninjau ulang bagaimana modal dapat disalurkan untuk Solusi Berbasis Alam (nature-based solutions). Serta, langkah penting dalam menutup kesenjangan pendanaan global sebesar $800 miliar yang diperlukan untuk melindungi dan memulihkan alam setiap tahunnya.
“Kemitraan dengan UBS Optimus dan Swiss Re Foundation kini memungkinkan kami untuk mempercepat misi kami dalam mengidentifikasi model bisnis baru yang berani dan dapat melindungi lahan dan bentang laut yang paling berisiko di Indonesia, serta memberikan dukungan yang sesuai dan fasilitasi investasi tahap awal yang diperlukan untuk membawa perusahaan-perusahaan rintisan berkembang, dan membuka jalan ke aktivitas ekonomi yang memperhatikan kelestarian alam,” ujar Leggett, Rabu (22/11).
CEO UBS Optimus Foundation Maya Ziswiler menambahkan, Indonesia berada di garis depan dalam perjuangan global melawan perubahan iklim. Lebih dari separuh daratannya ditutupi oleh hutan, dan sangat penting untuk melestarikan sumber daya alamnya dengan bantuan solusi berbasis alam.
“Kemitraan baru kami dengan Terratai untuk melindungi keanekaragaman hayati dan penghidupan yang layak bagi masyarakat Indonesia, dan seiring waktu di Asia Tenggara, adalah contoh sempurna bagaimana UBS Optimus Foundation menginkubasi usaha-usaha yang berdampak, membuat mereka menjadi lebih siap untuk menerima investasi dan terukur, sambil memastikan bahwa mereka tetap dapat mencapai hasil positif dalam perjuangan melawan perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan komunitas lokal,” imbuh dia.
Direktur Swiss Re Foundation Stefan Huber Fux menyampaikan, misi Terratai sejalan dengan komitmennya dalam membangun dunia yang lebih tangguh. “Kami sangat bersemangat untuk meningkatkan solusi berbasis alam, yang merupakan fokus utama dalam komitmen strategis kami untuk bersama-sama membangun ekosistem yang dinamis dengan peluang investasi untuk solusi yang mempunyai dampak positif, tidak hanya terhadap tantangan lingkungan, namun juga membuka peluang ekonomi bagi masyarakat lokal."
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sistem pangan global – cara kita menanam, memanen, memproses, dan memperdagangkan apa yang dimakan – sangat bergantung pada alam. Namun sistem pangan global juga merupakan penyebab terbesar hilangnya alam dan keanekaragaman hayati, serta bertanggung jawab atas lebih dari 30% emisi gas rumah kaca global.
Diperkiraan populasi masyarakat di Asia Tenggara akan bertambah menjadi 770 juta pada tahun 2040, sehingga memberikan tekanan lebih lanjut pada ekosistem laut dan darat untuk produksi pangan. Berdasarkan kondisi saat ini, kawasan ini bisa kehilangan 70% habitat alami dan 40% spesies, kecuali ada tindakan tegas yang diambil.
Sayangnya, solusi berbasis alam masih kekurangan dana. Dari laporan yang disusun oleh The Paulson Institute bersama Nature Conservancy memperkirakan, pendanaan untuk konservasi dan restorasi ekosistem tidak mencukupi sebanyak $711 miliar per tahun.
Kesenjangan yang kian melebar ini tidak dapat diatasi hanya dengan pendanaan filantropis dan donor saja. Satu-satunya cara berkelanjutan untuk membiayai solusi berbasis alam adalah dengan memobilisasi lebih banyak modal dari investor swasta.
Program Terratai
Mengutip dari situs Swiss Re Foundation, Terratai akan mengidentifikasi, menciptakan dan mengembangkan perusahaan berbasis alam tahap awal yang mengatasi tantangan sistemik yang menyebabkan hilangnya alam dan keanekaragaman hayati di Asia.
More Coverage:
Tim Terratai menyediakan sumber daya, keahlian, dan investasi yang disesuaikan dengan kebutuhan untuk mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan ini hingga mereka dapat mencapai skala dan menarik modal institusional, biasanya dalam jangka waktu setidaknya dua tahun.
Terratai berinvestasi pada usaha melalui instrumen pembiayaan langsung, seperti pinjaman, ekuitas, dan bagi hasil dan/atau melalui “sweat equity” dan menawarkan akses ke model pengembangan usaha dan penyediaan layanan, yang disesuaikan dengan kebutuhan spesifik masing-masing usaha.
Dengan fokus di Asia Tenggara, Terratai dirancang untuk membangun peluang investasi yang dinamis, menunjukkan kelayakan model bisnis berbasis alam dan dampak positifnya terhadap tantangan lingkungan. Pendekatan yang dilakukan mencerminkan urgensi krisis lingkungan dan iklim, serta perlunya kesabaran dalam mengembangkan solusi kompleks yang diperlukan untuk mengatasinya.