William Tanuwijaya: Ada Kesalahpahaman Persepsi Soal Investasi Asing di Tokopedia
Baru-baru ini dunia industri digital Indonesia menjadi ramai dengan adanya pemberitaan mengenai rencana pemerintah untuk menjadikan layanan e-commerce besar sebagai target pajak, khususnya e-commerce yang dimiliki pihak asing atau yang mendapat suntikan dana dari investor asing dalam jumlah besar. Salah satu yang dibidik adalah layanan marketplace Tokopedia yang tahun lalu mendapatkan pendanaan $100 juta dari anak perusahaan Softbank Jepang dan Sequoia Capital yang berbasis di Silicon Valley.
“Yang akan kita bahas e-commerce besar. Tokopedia, misalnya, mereka mendapat investasi USD 100 juta. Strukturnya mereka itu ada di mana, kan ada di luar. Yang untung masalah pajak ini siapa? Kita harus jadi tuan rumah di dalam bisnis seperti ini,” ujar Menkominfo Rudiantara seperti dikutip Detik.
Ternyata persepsi itu kurang tepat. Menurut CEO Tokopedia William Tanuwijaya yang dihubungi DailySocial, usai munculnya pemberitaan tersebut ia langsung berkomunikasi dengan Menkominfo.
“Barusan saya sudah berkomunikasi langsung dengan Pak Menteri, dan ternyata ada kesalahpahaman persepsi. Sesungguhnya pak Menteri sedang berjuang untuk me-remove DNI (Daftar Negatif Investasi) di Indonesia. Dengan pandangan kalau DNI tidak di-remove, maka perusahaan e-commerce Indonesia untuk mendapatkan investasi dari luar, harus membentuk struktur vehicle di luar negeri, dan jadinya malah Indonesia akan kehilangan potensi pajak ke depannya,” ujar William mengklarifikasi pernyataan Menkominfo.
Untuk soal pajak sendiri, menurut William sebenarnya bukan masalah bagi Tokopedia. Ia memastikan, “Tokopedia merupakan perusahaan taat pajak, sejak hari pertama kami adalah perusahaan yang sangat transparan. Investasi yang diterima, selalu kami umumkan, bahkan nilai investasi pun kami buka. Informasi ini sudah menjadi informasi publik, karena kami memang menargetkan perusahaan ini satu hari nanti mampu menjadi perusahaan terbuka. Tokopedia pun selalu diaudit oleh auditor yang kompeten.”
"Sebenarnya mempertahankan struktur di Indonesia ada beberapa kelemahan, seperti struktur ESOP (kepemilikan saham oleh pegawai) yang tidak mudah, dianggap kurang stabil dan dihindari oleh pemodal asing, masalah perpajakan yang dianggap kurang kompetitif dibanding jika struktur nya berada di luar negeri; namun hingga hari ini, Tokopedia masih memilih struktur nya PT Indonesia, tidak mempunyai holding company di luar negeri," lanjut William.
Sedangkan faktor investasi dari luar negeri, William memandang ini adalah hal yang penting untuk memajukan industri digital Indonesia. Tujuan Tokopedia menerima pendanaan asing menurutnya justru karena ingin membangun brand lokal yang mampu bersaing secara global. Ia menyebutkan, “Di Indonesia, setiap harinya, aplikasi maupun situs-situs yang kita kunjungi, sebenarnya didominasi oleh pemain global. Pengguna tidak memilih sebuah aplikasi atau situs dari negara asalnya.”
William menegaskan bahwa karena kompetisi yang global inilah Tokopedia harus meningkatkan daya saingnya. Salah satunya dengan memilih investor kelas dunia yang berada di belakang Alibaba, Google, dan Apple.
“Karena kami yakin, satu-satunya jalan untuk bersaing secara global adalah dengan melahirkan produk yang memang kualitasnya kelas dunia. Investasi itu tidak hanya dalam artian modal kerja, namun juga transfer know-how, network global yang dibutuhkan untuk menjadi besar di industri ini,” tuturnya