1. Startup

76 Persen Pengguna Internet Mengetahui Gerakan Hari Belanja Online Nasional 2015

Riset Nielsen memperkirakan transaksi selama perayaan Harbolnas 2015 mencapai 2,1 triliun Rupiah

Perayaan Hari Belanja Online Nasional 2015 yang lebih dikenal dengan Harbolnas telah berakhir. Meski sempat diwarnai isu kurang sedap, ada pula catatan positif yang berhasil ditorehkan. Berdasarkan riset yang dilakukan Nielsen, terungkap bahwa 76 persen pengguna Internet sudah memiliki kesadaran terhadap gerakan belanja online ini. Selain itu, Nielsen juga memperkirakan transaksi selama Harbolnas 2015 ini mencapai 2,1 triliun Rupiah.

Hari Belanja Nasional merupakan gerakan yang awalnya diinisiasi oleh tujuh pelaku industri e-commerce di tanah air pada tahun 2012. Setelah digelar beberapa kali, animo yang ditunjukkan ternyata sangat positif dan hasilnya pada gelaran Harlbolnas di tahun 2015 ini ada 140 pelaku e-commerce yang terlibat. Harbolnas 2015 sendiri digelar selama tiga hari, yakni pada tanggal 10 hingga 12 Desember 2015.

Memang ada beberapa kejadian kurang sedap yang mampir, tapi bukan berarti tak ada pencapain positif yang diperoleh. Sudah ada juga beberapa dari pemain yang berpatisipasi mengungkapkan pencapaian “dapur” mereka ketika Harlbolnas 2015 berlangsung.

Ketua Panitia Harbolnas Indra Yonathan menyampaikan, “Terima kasih, animo yang ditunjukkan [masyarakat] luar biasa sekali minggu lalu. […] Saya sempat berbincang dengan beberapa pemain [e-commerce] dan menurut mereka trafik selama Harbolnas kemarin meningkat hingga 10 kali. Dari pemesanan, kenaikannya mencapai 7-10 kali lipat. Dari revenue, sekitar 1,5-5 kali [rata-rata].”

“Sedangkan salah satu partner logistik kami juga mencatat peningkatan pengiriman hingga 100 persen. Bila hari biasa hanya 46 ribu, saat Harbolnas bisa mencapai 96 ribu pengiriman. […] Sekali lagi, Harbolnas ini adalah gerakan. Tujuannya adalah untuk bersama-sama, gotong royong dalam memajukan industri e-commerce di tanah air,” lanjutnya.

Beberapa pencapaian Harbolnas 2015

Selain beberapa pencapaian yang sudah disebutkan oleh Yonathan, ada beberapa data menarik yang juga disampaikan oleh Nielsen dan Kofera. Kofera sendiri adalah official partner untuk monitoring Harbolnas 2015 melalui situs resmi Harbolnas. Sedangkan Nielsen adalah pihak ketiga dengan peran yang tak jauh berbeda dengan Kofera.

Berdasarkan temuan Kofera, indeks trend Harlbolnas sendiri menunjukkan peningkatan di tahun 2015 ini dengan Jakarta, Sumatera Utara, dan Jawa Timur sebagai wilayah dengan indeks yang tinggi. Ini sejalan dengan Nielsen yang menyebutkan bahwa 76 persen pengguna internet di Indonesia sudah sadar dengan gerakan Harbolnas. Selain itu, ditemukan juga bahwa 50 persen dari mereka yang sudah pernah berbelanja online mau berbelanja online kembali karena event Harbolnas.

Menariknya, informasi digelarnya Harbolnas 2015 ini oleh para konsumen kebanyakan masih diperoleh mereka melalui Televisi dengan persentase mencapai 39 persen. Diikuti situs resmi online shoping (29 persen), Social Media (7 persen), dan Portal Berita (4 persen).

Sedangkan untuk jumlah transaksi selama Harbolnas 2015, diperkirakan Nielsen jumlahnya mencapai 2,1 triliun Rupiah. Ini 1,8 kali lebih tinggi dari penjualan di luar Harbolnas.

Associate Director Consumer Insights Nielsen Rusdy Sumantri menyampaikan, “Angka tersebut naik 1,8 kali dari penjualan di luar Harbolnas. […] Kami mendapatkan data melalui 700 responden yang jadi sampel acak lewat survei online dengan 19 kota terdektesi. […] Estimasi penjualan ditanyakan langsung ke pelanggan, kemudian datanya kami olah dan validasi kembali dari para pelaku e-commerce dan data yang kami punya sebelumnya.”

Data lain yang menarik untuk diperhatikan adalah, produk kategori fesyen masih menjadi yang paling banyak dibeli konsumen (65 persen), diikuti gawai (44 persen), dan barang elektronik (41 persen). Dari sisi demografi konsumen, sebagian besar berusia antara 25-34 tahun dan sebagian besar berasal dari masyarakat golongan A (berpendapatan di atas 4 juta Rupiah).

Terakhir, ditemukan juga bahwa masyarakat gemar berbelanja melalui perangkat bergerak seperti laptop (62 persen) dan ponsel pintar (50 persen). Sedangkan lokasi favorit untuk berbelanja online bagi masyarakat Indonesia adalah rumah mereka sendiri (86 persen).

Satu hal yang bisa ditarik dari data yang diungkapkan adalah kepercayaan kini bisa dikatakan bukan lagi menjadi isu utama dalam industri e-commerce tanah air. Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan dengan masa-masa awal e-commerce mulai naik kepermukaan di Indonesia.

Memang masih ada saja beberapa oknum yang masih berulah. Tapi dengan semakin matangnya ekosistem nanti di masa depan, hal tersebut tentu akan berkurang dengan sendirinya. Itu semua dapat dicapai dengan kolaborasi dari para pemangku kepentingan terkait di industri e-commerce tanah air.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again