1. Startup

Akulaku Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus 39,2 Triliun Rupiah Tahun Ini

Naik 300% dibandingkan tahun sebelumnya

Akulaku, startup yang bergerak di bidang pembiayaan, menargetkan penyaluran pinjaman sebesar Rp39,2 triliun pada tahun ini atau naik 300% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini bakal dilakukan dengan ekspansi kota, peluncuran fitur baru, serta penyempurnaan fitur yang sudah ada sebelumnya.

Target yang cukup ambisius ini dipasang lantaran ingin mengulang kesuksesan pada tahun sebelumnya sebesar Rp9,8 triliun dengan rata-rata 1,8 juta transaksi terjadi setiap bulannya. Akulaku mengklaim pencapaian di tahun lalu itu juga naik 300% di tahun 2017.

"Tahun 2018 merupakan tahun yang baik bagi kami. Semua gebrakan dan pengembangan yang telah, sedang, dan akan kami lakukan ini adalah bentuk komitmen dalam mendukung program pemerintah dalam mewujudkan inklusi keuangan," terang Director of Corporate Affairs and Public Relations Akulaku Indonesia Anggie Setia Ariningsih, Rabu (30/1).

Tak hanya itu, perusahaan juga menargetkan jumlah pengguna aktif sampai 30 juta orang, dari sebelumnya 10 juta orang. Pengguna Akulaku, menurut Anggie, tersebar di seluruh Jawa, Medan, Palembang, dan Padang.

Secara demografi, mereka mayoritas berumur antara 21-45 tahun yang berprofesi sebagai karyawan dan ibu rumah tangga. Kategori produk yang paling banyak dibeli pengguna adalah gadget dan elektronik, peralatan rumah tangga, baby & kids, fesyen, dan layanan virtual.

Nantinya Akulaku bakal hadir di lebih dari 10 kota dengan melengkapi kehadiran di Sumatera dan Kalimantan. Perusahaan juga mulai melirik potensi di Indonesia bagian Timur. Aplikasi Akulaku telah diunduh lebih dari 15 juta kali dan memiliki 120 ribu merchant.

"Tantangan saat mau ke wilayah Timur itu harus kenal demografi masyarakat di sana, bagaimana kebiasaan dan sebagainya. Riset seperti ini butuh waktu sedikit lebih lama, namun kami terus berupaya untuk terus ke arah timur Indonesia."

Terkait rumor investasi seri D yang diikuti Ant Financial, Anggie menolak untuk berkomentar lebih jauh. Dia hanya memberi pernyataan bahwa Akulaku memiliki cukup investor untuk dukung bisnisnya pada tahun ini maupun tahun depan.

Anggie menyebut 98% risk assessment di Akulaku dilakukan oleh machine learning dan berbagai risk module untuk melaksanakan risk analysis dan anti fraud. Sistem ini bertujuan untuk mencegah dan meminimalisir kesalahan manual, internal fraud, dan kesalahan lain yang kerap terjadi di perusahaan konvensional.

Diklaim dengan cara ini perusahaan dapat menekan laju kredit macet. Meski menolak menyebut secara spesifik, Akulaku mengklaim kredit macet tetap berada di bawah 5%, sesuai dengan ketentuan OJK.

"Sedari awal kami sudah jaga dari sisi depan dan belakangnya, sehingga untuk tindakan fraud bisa di deteksi dari awal. Kalaupun benar sampai menunggak kami tetap proses penagihan sesuai apa yang diatur OJK dan asosiasi."

Secara produk, Akulaku memiliki empat lini usaha. Pertama, Sell on Akulaku, sebuah marketplace di dalam aplikasi yang bisa digunakan untuk transaksi di merchant dan toko resmi. Ketika pengguna tertarik untuk membeli produk tersebut dapat difasilitasi dengan layanan kredit dari Akulaku.

Kedua, Akulaku Pay untuk sistem pembayaran terintegrasi di platform e-commerce yang sudah bermitra dengan Akulaku. Berikutnya, Akulaku Lending untuk layanan pinjaman tunai kepada pengguna (baik konsumen maupun merchant) yang disediakan Asetku, anak perusahaan Akulaku.

Yang terbaru adalah Akulaku Offline sebagai fasilitas pembayaran di merchant offline dengan pemindaian barcode.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again