Amartha Catat Penyaluran Pinjaman Rp402,8 Miliar Selama Delapan Tahun Berdiri
Mulai pacu kinerja dengan mengggandeng mitra institusi keuangan sebagai peminjam
Startup fintech p2p lending Amartha mencatatkan realisasi penyaluran pinjaman sebesar Rp402,8 miliar secara akumulatif sejak delapan tahun berdiri hingga kini, dengan total peminjam 104.537 orang yang seluruhnya adalah pengusaha mikro perempuan.
Bila dilihat kinerja Amartha pada tahun lalu, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp200 miliar dengan total peminjam sekitar 80 ribu pengusaha mikro.
"Setelah delapan tahun, Amartha berhasil memperoleh capaian yang membanggakan dalam menjembatani pendana di perkotaan dan perempuan di pedesaan yang ingin meningkatkan taraf hidup mereka dan keluarganya," ucap CEO dan Founder Amartha Andi Taufan Garuda Putra, kemarin (22/5).
Amartha juga mengklaim berkat kajian dan pendekatan yang tepat, para mitra usaha mikro yang didukung Amartha mampu membangun reputasi mereka sebagai peminjam yang terpercaya bagi para investor. Oleh karenanya, mitra mampu memberikan ketepatan waktu pembayaran mereka yang berada di atas 99,84%.
Perusahaan melakukan sistem tanggung renteng dalam setiap pengelompokan yang biasanya terdiri atas 10-20 orang untuk mencegah terjadinya kredit macet. Sehingga apabila ada salah satu anggota yang belum bisa membayar tagihannya, di dalam kelompoknya akan menanggungnya secara bersama.
Besaran bunga untuk para peminjam biasanya dilihat dari credit scoring, besaran angkanya berada di kisaran 10%-20% per tahun.
"Kami masih berani klaim NPL-nya 0% karena model tanggung renteng itu proven di lapangan dan cocok untuk segmen perempuan."
Rencana berikutnya
Kendati Taufan enggan menyebutkan target realisasi yang ingin dicapai Amartha tahun ini, namun dia menuturkan bahwa Amartha sedang mempersiapkan aplikasi dan memperbaiki situs mobile yang ramah agar para investor dapat lebih mudah melakukan aktivitas investasi.
Berikutnya, Amartha bakal perbanyak kemitraan dengan berbagai institusi dari jasa keuangan untuk menjadi pendana. Tercatat Amartha baru memiliki dua kemitraan sebagai pendana, yakni Bank Permata dan Mandiri Tunas Finance. Juga Jamkrindo untuk penjamin kreditnya.
"Dengan Bank Permata ini masih baru, belum bisa disebutkan bagaimana kontribusinya dalam realisasi penyaluran. Sekarang yang terbanyak [sumber dana penyaluran] itu masih dari investor individu."
Tak hanya menggandeng institusi untuk menjadi pendana, Amartha juga bakal perbanyak kemitraan dengan LSM dan perusahaan untuk kebutuhan CSR. Tujuannya untuk memberikan nilai tambah bagi para peminjam, tak hanya memberikan material saja. Beberapa nama yang sudah bekerja sama diantaranya Pulse Lab Jakarta, Oxford Microfinance Initiative, dan Melbourne Microfinance Initiative.
"Harapannya kami bisa lebih banyak menyalurkan pinjaman berkali-kali lipat dibandingkan tahun lalu."
Taufan juga menuturkan pihaknya saat ini belum ada rencana melakukan pendanaan tahap lanjutan untuk eskalasi bisnis. Terakhir perusahaan mendapatkan investasi seri A yang dipimpin oleh Mandiri Capital senilai US$2 juta.
Klaim SROI lebih tinggi dari rata-rata dunia
Dalam kesempatan yang sama, Taufan juga mengumumkan pencapaian SROI (Social Return on Investment) atau dampak sosial dari pembiayaan yang tinggi. Di dalam Amartha, SROI yang diberikan kepada pengusaha mikro mencapai 98% per tahun diharapkan dapat memberikan kepercayaan investor maupun calon investor yang dikelola Amartha. Angka ini diklaim melampaui rata-rata SROI dunia yang tercatat sebesar 72,5%.
SROI adalah studi analisa yang mengubah nilai beragam dampak sosial yang telah timbul berdasarkan indikator terpilih untuk menentukan kesejahteraan ekonomi, sosial, lingkungan, menjadi nilai mata uang. Hasil analisa SROI adalah rasio yang menunjukkan hubungan antara biaya investasi dengan dampak yang terhasilkan.
Makna SROI 98% adalah setiap rata-rata pinjaman sebesar Rp3 juta dari Amartha, secara langsung akan menciptakan dampak sosial senilai Rp5,94 juta. Imbasnya adalah peningkatan kesejahteraan yang lebih baik, terindikasi dari kepemilikan aset mereka yang berkembang, tingkat pendidikan anak yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik, kepemimpinan dalam keluarga, hingga hubungan antar individu lebih berkualitas.
Amartha mencatat dari hasil analisa di tahun lalu, terjadi peningkatan penghasilan dari 45% mitra pengusaha di atas Rp1,5 juta. Berikutnya, untuk menandakan peningkatan kesejahteraan sebanyak 31% mitra melakukan renovasi rumah mereka mulai dari lantai, dinding, dan atap.
Sebanyak 68% mitra kini memiliki pompa air dan aliran PAM (19%) sebagai sumber air bersihnya. Kini hanya 2% mitra yang tidak memiliki toilet di rumahnya, berkurang dari tahun sebelumnya 4%.
Sign up for our
newsletter