Amazon Web Service Tidak Memiliki Rencana Bangun Server di Indonesia
Telah memiliki kantor di Indonesia sejak Desember 2017, CTO Amazon enggan menjawab soal potensi kehadiran layanan e-commerce
Sehari setelah pemberitaan potensi masuknya layanan e-commerce Amazon ke Indonesia, di ajang AWS Startup Day 2018, CTO & VP Amazon Werner Hans Peter Vogels menegaskan, Amazon tidak bisa menjawab pertanyaan dan membenarkan pemberitaan yang berupa spekulasi atau rumor.
Di hadapan media, Vogels mengingatkan kembali bahwa kedatangannya ke Indonesia fokus untuk mempromosikan Amazon Web Service (AWS) dan bagaimana startup bisa memanfaatkan teknologi cloud yang saat ini harganya sudah sangat terjangkau, untuk startup juga UKM.
"Kita memastikan teknologi yang AWS miliki adalah relevan untuk startup, UKM hingga enterprise. Kami juga telah menurunkan harga hingga 70 kali lebih murah untuk menjangkau lebih banyak pelanggan," kata Vogels.
Tidak ada rencana server lokal
Untuk memperkuat kegiatan pemasaran, AWS memiliki tim dan kantor di Indonesia yang hadir sejak bulan Desember 2017. Disinggung apakah ada rencana membangun server di Indonesia, terkait peraturan yang membutuhkan ketersediaan server lokal di banyak sektor, Vogels menegaskan kembali hingga saat ini pelanggan AWS asal Indonesia merasa cukup puas dengan layanan yang ada, meskipun server bukan berada di Indonesia, namun di Singapura.
"Untuk mengakali persoalan tersebut, kami menawarkan solusi lain berupa struktur teknologi yang bisa diikuti dengan menggunakan koneksi langsung atau menggunakan private line di Singapura untuk mendapatkan akses langsung atau kami menempatkan tim lokal untuk bertemu langsung dengan regulator untuk bisa memenuhi peraturan yang ada," kata Werner.
Werner menambahkan, saat ini AWS memiliki pelanggan dari kalangan startup, enterprise, hingga perusahaan finansial yang dituntut menerapkan peraturan tersebut, namun bisa diatasi dengan memanfaatkan panduan arsitektur misalnya menerapkan enkripsi.
"Jadi saya bisa mengatakan saat ini kami belum mendapatkan feedback dari pelanggan yang mengharuskan AWS untuk membangun server di Indonesia. Namun kami menyadari semua negara menginginkan akses secara private," kata Werner.
Edukasi melalui AWS Academy
Salah satu kendala yang dihadapi AWS saat ini adalah edukasi yang mendalam terkait dengan teknologi cloud, penerapan dan persoalan teknis lainnya. Untuk itu perusahaan melalui AWS Academy, melancarkan rangkaian kegiatan berkolaborasi dengan universitas, salah satunya dengan ITB dan universitas lain di Singapura.
Dengan kegiatan ini, diharapkan calon engineer yang masih berstatus mahasiswa bisa mendapatkan edukasi yang tepat dan menyeluruh soal teknologi cloud, sehingga ketika lulus bisa memahami teknologi cloud dengan tepat.
"Kegiatan tersebut sudah menjadi short dan long term plan dari AWS. Untuk memberikan pengetahuan yang mendalam, AWS Academy juga menyiapkan tenaga pengajar profesional dari Amerika Serikat hingga Eropa terkait dengan teknologi cloud," kata Vogels.
Saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi cukup baik di Asia Tenggara, dilihat dari pertumbuhan entrepreneur, startup hingga penetrasi internet. Hal tersebut menjadikan AWS ingin berinvestasi lebih dan fokus menempatkan account manager yang siap membantu perusahaan untuk mengadopsi teknologi cloud-nya.
"AWS sudah hadir sejak 12 tahun lalu sebelum kompetitor hadir menawarkan layanan yang serupa. Untuk itu dengan teknologi dan jaminan keamanan yang kami miliki serta harga yang terjangkau, kami fokus membantu pelanggan menciptakan teknologi cloud yang tepat untuk kebutuhan mereka," kata Vogels.
Sign up for our
newsletter