Aplikasi Amaan Dorong Pengusaha Perempuan Mikro Naik Kelas
Amaan menghadirkan fitur solusi keuangan syariah sebagai “entry point”, didukung pilar layanan belanja, pendidikan, hingga kesehatan
Layanan berbasis syariah dan peningkatan kapasitas perempuan, khususnya di segmen mikro, punya peran signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejak beberapa tahun terakhir, penggiat startup mulai mengeksplorasi model bisnis dan inovasi untuk mengakomodasi kebutuhan di segmen ini.
Eksplorasi juga dilakukan Ratih Rachmawaty, Mulia Salim, dan Taras Siregar dengan pengalaman mereka selama bertahun-tahun di industri perbankan syariah. Terakhir mereka menjadi direksi di BTPN Syariah, salah satu bank syariah terkemuka yang telah melantai di bursa. Ketiganya bersama Johny Ng, profesional di bidang IT, mendirikan Amaan, sebuah platform digital syariah untuk para pengusaha perempuan mikro. Hari ini, 8 Maret 2021, Amaan genap setahun beroperasi.
Amaan diposisikan sebagai platform beyond financial services yang saat ini sudah melayani konsumen di enam provinsi (Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, dan Lampung), 100 kabupaten, dan 1700 kecamatan.
Apa saja layanan yang diberikan perusahaan dan bagaimana posisinya di pasar? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial mendapat kesempatan berbincang dengan tim Amaan yang diwakili Head of Go-to-Market Strategy Herman Haryanto, Head of People & Culture Fitri Dianasari, dan Digital Product Lead Ahmad Zarkasi.
Pendirian Amaan
Amaan diinkubasi dan dibangun kurang lebih dua tahun lalu, mulai dari ide, model bisnis, platform, hingga rekrutmen talenta yang relevan. Menurut Pendiri Amaan, ide ini lahir dari pengalaman mereka melayani segmen nano mikro. Mereka melihat masih banyak pelaku usaha yang memiliki keterbatasan modal untuk membangun usaha dan tak banyak yang mengakomodasi kebutuhan ini. Padahal, UMKM banyak dijalankan dan dimiliki perempuan.
Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UKM, saat ini terdapat 64,19 juta UMKM di Indonesia, di mana 99,92% merupakan usaha di segmen mikro dan kecil. Dari total tersebut, sekitar 34% usaha menengah dijalankan perempuan, sedangkan 56% usaha kecil dan 52% usaha mikro dimiliki perempuan.
Ini menjelaskan mengapa pada tahap awal Amaan masuk lewat layanan solusi keuangan dengan menjadi financing agent. Amaan menjadi kepanjangan tangan institusi finansial dalam membuka akses pembiayaan ke pengusaha perempuan mikro. Amaan menjalankan fungsi agen pembiayaan sebagai entry point yang menjadi cikal-bakal Amaan untuk mendongkrak layanan lain.
Dalam perjalanannya, para pendiri Amaan menemukan bahwa pelaku UMKM perempuan tak cuma membutuhkan akses terhadap pembiayaan atau layanan keuangan. "Para founder kami selalu selalu menekankan bahwa institusi keuangan itu sudah pasti dibutuhkan. Tapi masyarakat kita membutuhkan lebih dari sekadar akses keuangan. Mereka memerlukan aspek lain yang memampukan mereka mencapai level 'manusia utuh', insan kamil," kata Fitri.
Kondisi ini mendorong pengembangan bisnis Amaan yang tidak hanya di sektor keuangan, tetapi juga merambah di kebutuhan-kebutuhan lain bagi para pengusaha perempuan mikro ini.
Financing Agent di kategori Inovasi Keuangan Digital
Amaan tercatat sebagai financing agent di kategori Inovasi Keuangan Digital (IKD) OJK. Perusahaan pertama kali meluncur bertepatan dengan International Women's Day, yakni 8 Maret 2021, hari yang dianggap menjadi momentum penting mendorong pemberdayaan pelaku usaha perempuan di Indonesia.
Amaan menghadirkan berbagai fitur selain solusi keuangan, yaitu, fitur Belanja, Bincang Sehat, Belajar, dan Forum Promosi. Semua layanan ini dirancang dengan harapan dapat merealisasikan tiga tujuan utama pelaku usaha perempuan mikro, yakni menyekolahkan anak ke jenjang paling tinggi, memiliki/merenovasi rumah impian, dan berangkat haji/umroh.
"Mengapa kami bangun layanan secara ‘borongan’? Kami lakukan riset, berbicara dengan ibu-ibu. Ketika ditanya apa ekspektasi mereka terhadap layanan digital, mereka sederhananya mengaku ingin mendapat akses yang sama ke berbagai layanan digital seperti orang-orang di kota besar. Kebutuhan ini sebetulnya sudah kami ketahui sejak lama, tapi saat itu pergerakan kami terbatas karena kami masih bekerja di bank," tutur Herman.
Dari belanja hingga forum promosi
Fitri dan Zarkasi memaparkan lebih lanjut terkait pengembangan produk atau layanan lainnya. Seluruh layanan ini dirancang berdasarkan riset konsumen dan masalah yang mereka hadapi di lapangan. Aplikasi Amaan telah tersedia untuk pengguna Android dan sudah diunduh lebih dari satu juta kali. Rating aplikasi berada di skala 4.3.
Di fitur Pembiayaan, pengguna dapat memonitor jumlah modal yang diterima, kapan pembayaran angsuran, hingga sisa modal. Di fitur Belanja, Zarkasi mengaku layanan ini termasuk yang sudah dikembangkan lebih jauh dan beroperasi di beberapa area. Layanan Belanja menggunakan konsep group buying memanfaatkan basis komunitas pengguna Amaan.
Dengan model ini, Amaan berharap dapat mengatasi masalah ibu-ibu yang sangat peduli terhadap harga produk dan masalah kepercayaan ketika belanja online. "Dengan membeli berbagai kebutuhan pokok di harga lebih murah, pengguna Amaan bisa saving lebih banyak," kata Zarkasi.
Sesuai dengan prinsip pengembangan Amaan, seluruh produk yang akan/sudah diluncurkan dirancang dengan model kemitraan. Sama seperti pembiayaan, Amaan belum berpikir untuk membangun sistem supply chain tersendiri untuk mengoperasikan layanan Belanja. Mereka memilih kolaborasi dengan mitra.
Selanjutnya, Amaan menyiapkan fitur Bincang Sehat yang memudahkan pengguna berkonsultasi dengan dokter umum dan psikolog. Layanan ini belum sepenuhnya dirilis dan bersifat uji coba. Demikian juga fitur Belajar yang memberikan kemudahan akses ragam konten berbasis artikel, video, dan podcast secara gratis. "Untuk layanan ini, arah kami ingin menghadirkan layanan pendidikan, di mana anak dari pemilik usaha bisa berlangganan modul belajar," tutur Fitri.
Berikutnya pengguna dapat mengoptimalkan fitur Catatan Keuangan untuk memonitor pendapatan dan pengeluaran yang masuk. Para pelaku usaha dapat mempromosikan produknya di platform Amaan. Seperti layaknya platform iklan baris, pemesanan dan pengiriman barang di segmen ini dilakukan tanpa keterlibatan platform.
Layanan-layanan ini menjadi salah satu strategi Amaan untuk mendorong keloyalan pengguna (atau yang biasa disebut retention rate).
"Intinya, layanan keuangan menjadi semacam hook atau entry point ke target pasar kami. Ketika mereka sudah terpincut dengan use case pertama, kami akan buka dengan use case lain, misalnya Belanja, supaya bisa langsung dilakukan di aplikasi kami. Kami ingin coba memahami journey pengguna setelah dapat pembiayaan. Apakah mereka excited dengan layanan lain yang sifatnya teaser ini? Semua itu jadi insight untuk melakukan riset konsumen secara lebih dalam ke pengembangan selanjutnya," jelas Zarkasi.
Pendekatan hibrida dan inklusi digital
Sebagaimana disebutkan di awal, Amaan berupaya membawa value proposition yang berbeda dengan platform digital lain. Menurut Fitri, pihaknya tak ingin cuma masuk lewat inklusi keuangan, tetapi juga melibatkan inklusi digital demi meningkatkan literasi para pelaku usaha perempuan.
Dari riset lapangan yang mereka jumpai, masih banyak ibu-ibu yang belum melek digital, apalagi memahami istilah-istilah digital, seperti pengertian dan cara kerja OTP, cara mengunduh aplikasi, atau cara membuat email.
“Salah satu nilai kami adalah mencerdaskan konsumen dalam menggunakan layanan digital dan mengatur keuangan. Kemudian, nilai lainnya adalah peduli dengan pengusaha perempuan dan keluarga. Ketiga, disiplin dalam melakukan tugas sehari-hari yang coba kami ajarkan lewat aplikasi,” ungkap Fitri.
Untuk itu, Amaan menggunakan pendekatan hibrida dengan mengawinkan sentuhan teknologi dan interaksi manusia di beberapa fitur agar pengguna dapat memakai layanannya. Proses interaksi KYC (Know Your Customer) dilakukan secara langsung (offline) dan hasilnya dilaporkan ke mitra bank.
Di layanan agen pembiayaan, Amaan mempekerjakan Community Development Partner (CDP) atau disebut "Kakak Idaman" untuk membina "Ibu Idaman" (community leader) yang menaungi komunitas ibu-ibu.
Di layanan Belanja dan Pembiayaan, pengguna baru bisa memakai layanan ini secara hibrida (self-service dan didampingi CDP). "Tidak semua layanan akan didampingi CDP seterusnya karena CDP hanya bantu sosialisasi. Semua ini sudah kami tata sampai lima tahun ke depan, di mana mereka assisted hingga menjadi self-service. [Untuk fitur] Telekonsultasi atau layanan belajar, semua self-service," kata Herman.
Brand positioning
Dengan ragam penjelasan produk, model bisnis, dan cara kerjanya, bagaimana Amaan memposisikan platformnya di pasar? Herman menegaskan Amaan dikembangkan lebih dari sekadar platform yang menyediakan layanan keuangan. Mereka bukanlah produk pinjaman online atau platform P2P lending.
Menurutnya, belum ada platform digital di Indonesia yang menghadirkan berbagai layanan digital untuk pelaku usaha perempuan, terutama untuk segmen ultra mikro.
Bicara rencananya di tahun 2022, Herman memastikan bahwa saat ini pihaknya masih akan fokus untuk meningkatkan ketersediaan layanan di enam provinsi. Menurutnya, penetrasi pasar di daerah-daerah tersebut masih memiliki peluang besar untuk ditingkatkan.
“Amaan adalah platform yang membantu ibu-ibu mengakses pembiayaan dan layanan lain untuk kehidupan sehari-hari, baik itu layanan kesehatan, belanja, maupun pendidikan. Amaan adalah 'Digital Mass Market Ecosystem Platform' untuk memberdayakan pengusaha perempuan dan keluarga," tutupnya.
Sign up for our
newsletter