Arnold Egg Mengungkap Segala Hal tentang Masa depan Industri Digital
Dari e-commerce, OTA, lalu kembali ke e-commerce, perjalanan Arnold Egg mencapai passion di industri digital
Artikel ini adalah bagian dari Seri Mastermind DailySocial yang menampilkan para inovator dan pemimpin di industri teknologi Indonesia untuk berbagi cerita dan sudut pandang.
Sudah lebih dari 20 tahun berlalu sejak Arnold Sebastian Egg atau akrab disapa Arno Egg menginjakkan kaki di Indonesia. Selama itu, ia berusaha membangun bisnis di negeri ini, keluar-masuk dunia e-commerce, merambah industri travel, hingga menemukan passion-nya di dunia digital.
Liburan yang membawa Arno ke Indonesia, tapi bisnis digital yang membuatnya bertahan. Dia memulai di usia yang cukup muda bersama Tokobagus, menghabiskan lebih dari tiga tahun sampai akhirnya mencapai traksi, memutuskan untuk merger, dan akhirnya melepaskan diri untuk membangun usaha digitalnya sendiri. Pada tahun 2013, ia secara resmi memutuskan segala keterbatasan dengan menjadi warga negara Indonesia untuk tetap berkarya di pasar nusantara.
Arno adalah seorang product guy, dia membangun produk berdasarkan apa yang dibutuhkan konsumen. Namun, ia juga menyarankan agar tidak jatuh cinta dengan produk Anda dan tetap mendengarkan opini orang. Ia telah mengecap manis dan menyeka peluh dengan membangun startup dari nol. Tokobagus adalah warisan pertamanya. Ia kini fokus mengembangkan produk digital melalui Sprout Digital, dan baru-baru ini meluncurkan platform baru bernama Toco. Selain itu, selama 6 bulan terakhir, dia juga terlibat sebagai Mitra Pendiri dari sebuah Venture Builder bernama Wright Partners.
DailySocial berkesempatan untuk bertemu dengannya secara virtual dan berdiskusi tentang industri digital di negara ini, dan dia pun sangat bersemangat. Berikut kami sajikan kisah lebih lengkapnya.
Kapan Anda mulai tertarik untuk mendalami industri teknologi?
Saya merupakan salah satu dari anak-anak yang pertama kali menggunakan PC di sekolah. Semua bermula ketika saya masih berusia sangat muda, lalu mengembangkan minat di bidang komputer dan menjadi mahasiswa ilmu komputer angkatan pertama. Awalnya, saya belajar di Rotterdam kemudian pindah ke AS untuk mendalami hal-hal yang saya minati. Setelah itu, saya kembali ke Belanda.
Bagaimana kisah Anda sampai ke Indonesia? Apa yang membuat Anda bertahan di sini?
Saya pergi berlibur ke Indonesia. Saya menikmati bersantai di pantai, lalu menemukan warnet dan mulai berdiskusi dengan orang-orang di sana. Itu adalah bagaimana saya mulai melakukan hal-hal digital di Indonesia. Menurut saya ini adalah tempat terbaik untuk produk digital.
Saya berasal dari Belanda, namun sudah lama di Indonesia. Yang saya tahu, untuk sukses, Anda membutuhkan audiens yang banyak. Di Eropa, hal ini menjadi sangat sulit karena setiap negara memiliki budayanya sendiri, membuatnya agak sulit untuk diukur. Di Indonesia, meskipun dengan banyak budaya yang berbeda, cara orang beraktivitas masih tetap sama. Itulah mengapa saya memulai perjalanan digital saya di Indonesia.
Dulu, saya akui memang sulit, internet sangat mahal, meskipun audiens banyak, tidak ada yang bisa online. Oleh karena itu, pada masa-masa awal, saya mulai mendirikan software house di Bali, membangun jalur untuk pasar Eropa, sebagai proyek sampingan. Itu menjadi asal muasal Tokobagus.
Jadi, Tokobagus sebelumnya adalah proyek sampingan, bagaimana kisah dibaliknya?
Sebenarnya ini cerita lucu yang telah berkali-kali saya sampaikan. Pekerjaan ini datang dari seorang klien di Belanda yang ingin mendirikan bisnis classified kemudian gagal dan menyalahkan kami karena menghabiskan banyak uang tanpa hasil yang signifikan. Dari kesulitan mendapatkan pengguna hingga akhirnya gagal sebelum bisa masuk ke pasar. Saya rasa kebanyakan orang lupa ketika memulai perusahaan digital, butuh waktu yang cukup lama untuk mendapatkan traksi.
Dengan Tokobagus, memakan waktu selama 2005-2008 sampai kita mendapatkan traksi yang nyata, kira-kira sekitar 3 tahun. Saya pikir pelajaran terbesar di sini adalah Anda harus bersabar. Ketika perusahaan mulai tumbuh, banyak yang mulai berkolaborasi di pasar, mereka bergabung dengan perusahaan lain. Kami mengakuisisi Berniaga karena jelas bahwa kami berdua berjuang untuk posisi yang sama. Hal ini menjadi masuk akal, dan kami dapat memfokuskan energi dan sumber daya kami untuk mengembangkan produk dan melayani konsumen. Hal ini juga untuk membawa perdamaian ke pasar.
Tidak lama setelah Tokobagus, Anda memulai bisnis di ranah OTA. Bagaimana pengalaman Anda?
Ketika saya pergi, saya memiliki klausul non-kompetisi yang sangat ketat dengan Tokobagus, jadi saya tidak dapat melakukan apa pun dengan basis e-commerce. Setelah melakukan eksplorasi, satu-satunya hal yang dapat saya lakukan saat itu adalah OTA. Selama itu saya juga akhirnya resmi menjadi orang Indonesia untuk bisa tetap berkarya di pasar, keadaannya bahkan jadi jauh lebih baik. Ketika saya masih sebagai orang asing, berbisnis di Indonesia cukup menantang dengan segala keterbatasannya.
Bagi saya, industri perjalanan adalah pengalaman yang sangat luar biasa tetapi sangat sulit. Meskipun semakin digital, hal itu cenderung masih cukup konvensional dengan internet. Satu-satunya pengalaman saya di OTA hanyalah menjadi penonton di pinggir lapangan. Saya menghabiskan masa itu untuk membangun jaringan, mendapatkan konteks dengan produknya. Segera setelah limitasi saya berakhir, saya bisa kembali ke basis e-commerce. Meskipun saya menikmati perjalanannya, OTA menjadi pertempuran yang sangat sulit untuk dimenangkan, ada banyak pemain besar dengan pendanaan dan pengalaman lebih banyak. Oleh karena itu, tidak apa-apa untuk jatuh, bersiap untuk petualangan selanjutnya!
Akhirnya Anda kembali ke industri e-commerce. Bisa jelaskan secara singkat bagaimana prosesnya?
Kembali ke e-commerce, saya bekerja untuk korporat, membantu menyiapkan online channel untuk HP yang fokus pada pasar konsumen dan UKM di Indonesia. Dalam industri korporat, mereka melakukan banyak hal dengan sangat berbeda. Meskipun mereka memiliki produk yang luar biasa kuat, pergerakan digitalnya masih cukup lambat. Saya tidak terlalu lama di tempat ini, tapi saya belajar banyak hal. Pengalaman ini memberi saya wawasan tentang bagaimana bergerak di pasar dengan cara korporasi dan bagaimana eksekusi mereka berbeda dari startup digital lainnya. Setelah itu, saya diminta oleh seorang teman untuk membantu menyiapkan produk digital di Lippo.
Saya terjun ke Lippo sebenarnya untuk mendirikan bank digital, yang sekarang dikenal sebagai OVO. Karena kami banyak melakukan riset, selain itu saya juga membantu MatahariMall.com (E-Commerce Marketplace), Mbiz.co.id (e-procurement B2B No.1 di Indonesia), dan Red Carper Logistics (RCL - Perusahaan logistik yang mengkhususkan diri dalam pemenuhan last-mile). Namun, OVO menjadi kasus pertama saya di bidang fintech. Sangat menyenangkan, karena saya suka melakukan hal-hal baru. Kita belajar bagaimana melakukan core banking system, switch, dan bagaimana sistem pembayaran di Indonesia. Ini menjadi perjalanan yang luar biasa dalam mempelajari banyak hal dan memahami cara kerja perbankan dan bagaimana kami dapat melakukan disrupsi dalam hal itu.
Anda sempat menjajal industri e-commerce, OTA, lalu fintech. Apa yang sebenarnya menjadi passion Anda?
Passion saya adalah digital. Saya sangat senang saat ini digital telah menjadi cara kerja bisnis normal. Dengan begitu, Anda harus aktif di ranah digital untuk bisa bertahan. Kejadian ini sunguh cepat. Memang, hasrat awal saya adalah di e-commerce, dan sementara saya mencurahkan banyak waktu saya di sana, saya tetap menikmati melakukan hal lainnya.
Saya bahagia bersama Sprout digital, membantu orang membangun produknya, juga membangun bisnis perusahaan. Selama berada di Lippo atau Bizzy, saya memiliki banyak ide yang tidak dapat persetujuan atau pendanaan. Namun, sekarang saya bisa mengeksekusinya sendiri dan mengeluarkannya ke pasar serta siap melayani pasar Indonesia. Kapanpun ada ide muncul di benak saya dan saya punya waktu untuk mencoba mengerjakannya dan melihat apa yang terjadi, saya merasa diberkati.
Pada satu linimasa, Anda memiliki tanggung jawab di beberapa perusahaan secara paralel. Bagaimana Anda memastikan semua berjalan seiring?
Sangat penting untuk menaruh kepercayaan Anda pada orang yang tepat di sekitar Anda serta menjalin hubungan yang baik dengan semua orang yang bekerja dengan Anda. Dengan lapisan yang baik di sekitar Anda, segala hal bisa jadi lebih mudah, karena mereka dapat memberi Anda informasi yang Anda butuhkan untuk membuat keputusan. Di OVO kami belum memiliki lapisan itu, jadi semua orang melapor langsung kepada saya, dan sangat penting untuk mengenal semua orang.
Ketika Anda membangun koneksi, bukan berarti hanya di tingkat rekan kerja namun juga secara pribadi, oleh karena itu, Anda dapat memahami apa yang dialami orang lain. Saya pribadi tidak percaya semua orang bisa berfungsi 100% setiap saat. Selalu ada suka dan duka. Setiap orang memiliki masalah pribadi dan masalah pekerjaan. Jika Anda bisa memahaminya dan Anda bisa memberi ruang saat mereka membutuhkannya. Itu juga penting.
Ketika pertama kali datang ke Indonesia sebagai non-native, bagaimana impresi Anda terhadap negara ini? Adakah kesulitan untuk beradaptasi?
Tentu saja, itu membutuhkan waktu. Saya berasal dari Eropa yang pergerakan masyarakatnya tidak secepat saat saya tinggal di Bali. Di Jakarta, semakin hidup. Bagi saya, karena saya masih sangat muda ketika tiba di sini, saya dapat menyesuaikan diri dengan mudah, hanya mencoba untuk berbaur. Saya selayaknya bocah biasa yang kebetulan orang asing. Sesampainya di Indonesia, saya memutuskan ingin bekerja di sini, lalu saya pelajari bahasanya secepat mungkin. Meskipun bahasa Inggrisberfungsi dengan baik, karena orang-orang berbicara dalam bahasa Inggris di mana-mana, untuk tujuan tertentu, sangat penting untuk memahami penduduk setempat. Anda akan mendapatkan banyak informasi saat Anda berbicara dalam bahasa yang sama.
Anda telah membangun beberapa perusahaan, dengan segala ups and downs, apa yang membuat Anda percaya dengan pasar Indonesia?
Menurut saya, Indonesia adalah pasar yang sempurna untuk digital. Cukup mengecewakan mengetahui beberapa investor global yang tidak pernah memasukkan Indonesia ke dalam peta. Ada begitu banyak pulau dan digital dapat membawa kesetaraan ke pasar. Masalah itu belum selesai sampai hari ini, saya sedang bekerja untuk digitalisasi rantai pasok logistik, mengerjakan beberapa proyek dengan petani untuk memastikan mereka yang berada di luar Jawa dapat tetap terlibat. Infrastruktur belum optimal dan banyak sekali proses yang masih belum efisien, negeri ini sangatlah luas. Digital akan jadi alat yang luar biasa untuk membuatnya lebih efisien dan menempatkan Indonesia pada posisi kompetitif di kawasan.
Di sekolah saya belajar banyak tentang Indonesia, ada banyak kontak di masa lalu saya. Setidaknya saya senang menyebut Indonesia sebagai rumah saya, untuk dapat mewujudkan impian saya, Indonesia adalah pasar terbaik untuk melakukannya. Tanah ini memiliki semua elemen untuk menjadi negara yang sangat kuat. Dengan semua perusahaan unicorn dan pemain besar, jika Anda membandingkan dengan pasar lain di kawasan ini. Ada banyak pemenang terlibat dalam kompetisi dan pasarnya sudah teredukasi. Saya sangat bersemangat mendengar hal itu.
Coba ceritakan tentang perusahaan Anda sekarang, Sprout Digital? Apa visi yang ingin Anda wujudkan?
Bagi saya, Sprout adalah sebuah yayasan. Ada beberapa tujuan yang ingin saya capai bersama Sprout, yaitu untuk menempatkan bakat baru ke pasar. Saya sangat senang melihat banyak orang yang sebelumnya di Tokobagus kini memiliki posisi yang baik di industri. Itu juga yang ingin saya lakukan di sini. Saya menaungi banyak anak muda yang baru memulai di industri digital. Saya ingin memberi mereka alat yang tepat untuk kemudian sukses di masa depan.
Dan tentu saja, Sprout memungkinkan saya membangun produk yang saya sukai. Kami baru saja meluncurkan Toco. Dari awal, cerita Tokobagus tidak pernah selesai. Melihat e-commerce semakin kurang bermanfaat bagi pemain kecil membuat saya berpikir bahwa inilah saatnya untuk melanjutkan bagian yang saya tinggalkan. Toco sekarang tidak jauh berbeda dengan Tokobagus di masa lalu, tetapi kami akan terus menambahkan fitur untuk memungkinkan pengguna membeli dan menjual dengan lebih nyaman tanpa menghilangkan keuntungan yang diperoleh dengan susah payah. Menjadikannya lebih transparan. Saat ini, bentuknya adalah C2C dan akan semakin banyak bergerak ke pasar campuran C2C dan B2C. Prosesnya tidak akan cepat tapi pasti.
Di pikiranku selalu muncul hal-hal baru. Selain mendukung banyak perusahaan untuk sukses di ruang digital, Sprout memungkinkan saya untuk mengeluarkan ide-ide itu dari pikiran saya ke dalam produk yang dapat mulai digunakan orang.
Sungguh mengerikan apa yang terjadi pada dunia, sungguh menyakitkan melihat orang-orang menderita karena Covid, tidak hanya dalam dunia kesehatan tetapi juga dalam bisnis. Satu hal yang positif, yaitu hal ini mempercepat edukasi pasar. Saya pergi ke Lampung untuk proyek membantu petani. Saya melihat semua orang memiliki smartphone untuk pendidikan anak-anak mereka. Hal itu mempercepat seluruh proses digital, orang mulai memahami cara menggunakannya. Semua akan semakin mendekatkan jarak antara penduduk desa dan penduduk perkotaan. Transformasi digital membantu menyeimbangkan level dari liga permainan ini dan menggerakkan semua orang dalam fase yang sama.
Di era digital seperti sekarang, bagaimana Anda menggambarkan industri teknologi di masa depan?
Saya senang melihat bagaimana orang-orang menyiapkan bisnis mereka sekarang. Indonesia sendiri sudah menjadi pasar yang menarik, kita tidak perlu terlalu banyak melihat ke dunia global sejak awal. Jika Anda ingin memulai sesuatu di Indonesia, jika Anda sukses, itu adalah pasar yang besar untuk dilayani. Bukannya saya tidak melihat Indonesia bisa bersaing di pasar global, saya kira ke depan mungkin bisa. Namun menurut saya, penting juga untuk mengambil langkah demi langkah. Jangan lakukan itu karena Anda ingin, namun jika ada demand, maka lakukan. Bagi saya, sukses di Indonesia itu sudah cukup, mendunia bukanlah tujuan terbesar saya.
Pertumbuhan organik itu fundamental. Anda dapat mempercepat tetapi Anda jangan sampai meledak dengan membeli pengguna. Itu tidak akan menyisakan apa pun untuk Anda. Saya mengaku kuno, hal itu membuat saya melawan arus. Bagi saya, ini semua tentang PnL (untung dan rugi). Apakah bisnis ini masuk akal? bisakah kamu menskalakannya? Jika Anda menskalakannya, apakah masih menghasilkan atau tidak? Saya membangun produk karena saya ingin melayani pelanggan. Saya memahami pelanggan, apa yang mereka butuhkan, dan masalahnya. Saya pikir itu juga alasan mengapa perusahaan Indonesia dapat bersaing dengan pemain global ketika mereka masuk. Amazon, eBay, Rakuten tidak memahami pengguna, kami memahami pelanggan kami. Itu adalah pengalaman yang membuka mata.
Namun dalam hal investasi, hal itu adalah sesuatu yang harus dipahami orang. Perusahaan membual tentang bagaimana mereka mengumpulkan lebih banyak uang sementara yang seharusnya mereka lakukan adalah fokus pada membangun perusahaan yang tepat. Penting untuk membuat iklim investasi sehat.
Sebagai seorang serial entrepreneur, apa yang bisa Anda sampaikan pada para penggiat teknologi dan digital di luar sana yang ingin berhasil dalam industri ini?
Anda perlu mencintai apa yang Anda lakukan, oleh karena itu, setiap perjuangan akan menjadi menyenangkan karena Anda menikmatinya. Tidak ada kisah sukses yang terjadi sejak hari pertama. Semua adalah tentang perjuangan, selalu ada pertarungan. Sangat sulit untuk sukses. Saya bilang seperti ini karena saya mengalaminya sendiri, setiap startup akan menyakitkan dan memiliki banyak rintangan. Saya memulai Tokobagus dengan domain saya sendiri, membangunnya dengan semua waktu yang saya punya. Kalau boleh saya katakan, bootstrap adalah cara yang baik untuk memulai bisnis.
Jangan jatuh cinta dengan produk Anda sendiri. Jika konsumen Anda mengatakan bahwa mereka tidak menyukainya, percayalah. Tidak apa-apa gagal, lebih baik gagal tapi cepat, daripada terlanjur malangkah jauh. Buat manuver, pivot, pahami apa yang diinginkan konsumen dan lakukan lagi. Jika Anda ingin melakukan sesuatu yang benar-benar baru, bersiaplah untuk perjuangan berat karena Anda perlu edukasi pasar. Catatan untuk diri sendiri: Bekerja itu penting tetapi Anda perlu menyisihkan waktu untuk bersama keluarga dan orang yang Anda cintai. Penting untuk memiliki keseimbangan yang tepat dalam hidup.
Jika ada kesempatan, apakah Anda ingin kembali ke Belanda untuk memulai bisnis baru?
Tidak. Di Indonesia orang suka inovasi, orang suka mencoba hal baru. Setiap kali saya kembali ke kampung halaman, hal itu selalu membuat saya takut. Saya selalu melakukan hal yang sama persis dengan yang saya lakukan ketika di sana. Yang ingin saya katakan adalah, mereka jauh lebih lambat dalam berinovasi, hal itu akan sangat melelahkan bagi saya. Saya sangat diberkati karena saya pergi ke Asia. Saat ini saya berada di tengah episentrum. Asia adalah tempat inovasi atau pasar baru akan menuju masa depan. Saya percaya akan ada ups and downs. Adalah saat yang menyenangkan berada di sini. Mengapa kembali ke masa lalu?
–Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian
Sign up for our
newsletter