Berbincang Dengan Aryo Ariotedjo, Otak Di Belakang Grupara dan Freeware
Beberapa waktu lalu kita sudah sempat mendengar Grupara yang berinvestasi di startup fashion pria, Maskoolin yang juga merupakan portfolio ke dua dari Grupara selain Gravira. Kami berbincang dengan Aryo Ariotedjo, mastermind dari Grupara dan juga coworking space FREEWARE yang terletak di bilangan Ampera, Jakarta Selatan.
Perjalanan Aryo di bidang teknologi dimulai tahun 2010 silam dia bersama beberapa rekannya memulai bisnis di bidang pembayaran digital. Aryo yang tadinya berkutat di bisnis energi dan pertambangan, begitu antusias masuk ke dunia teknologi yang kala itu terlihat sangat menarik. Dalam prosesnya, Aryo bertemu dengan Christopher Satriandaru (CEO Gravira) yang memiliki keahlian teknis untuk pengembangan web dan menjalin kerjasama strategis dengan Christopher.
Saat itu, Group MEDCO juga sedang tertarik masuk ke industri teknologi dan Aryo-pun berhasil membujuk grup energi besar tersebut untuk berinvestasi di beberapa startup yang sekiranya bisa menjadi perusahaan yang menguntungkan. MEDCO-pun percaya dan memberikan dana kapital yang cukup untuk Grupara untuk memulai operasinya di industri teknologi di Indonesia. "Grup MEDCO memberikan dana kapital dan juga memberikan kami tempat yang sangat strategis di gedung MEDCO, Ampera sebagai basis operasi kami".
Diberikan tempat yang strategis dan luas di Gedung MEDCO, Aryo dan tim Grupara yang hanya terdiri kurang dari 5 orang itu justru bingung untuk memanfaatkan areal tersebut. Dari situ-lah tim Grupara berinisiatif untuk membuka ruang kerja yang terbuka untuk startup Indonesia untuk bebas bekerja, "Kami ingin tempat ini menjadi pusat aktivitas dan tempat hangout para founder di Indonesia. Kami juga sempat survey ke beberapa founder startup, dan office space merupakan salah satu hal yang selalu mereka butuhkan", sahut Aryo. Dengan fasilitas internet dan listrik, ditambah suasana kerja yang nyaman, tim Grupara memutuskan untuk membuka co-working space ini secara cuma-cuma, yang merupakan salah satu alasan tempat ini dinamakan Freeware. "Banyak juga yang tidak percaya kalau bekerja di Freeware benar-benar gratis tanpa biaya ", kata Aryo yang menerima banyak sekali email dari orang yang kurang percaya bahwa Freeware tidak dipungut biaya.
Ketika dimulai, Grupara memang bisa dibilang sebagai inkubator untuk startup teknologi, namun rupanya mereka telah meninggalkan bisnis inkubator tersebut. "Sejak September 2012 lalu, kami switch ke model investasi murni dan bukan inkubasi", kata Aryo.
Ketika ditanya mengenai kriteria startup apa yang bisa menerima investasi dari Grupara, rupanya mereka terlihat cukup membuka diri. Grupara membuka diri untuk startup yang membutuhkan pendanaan mulai dari seed funding hingga ke tingkat Series A/B, sayangnya memang belum banyak startup Indonesia yang mampu bertahan sampai ke tahap Series A/B. "Untuk Grupara kami juga fokus ke sisi bisnis dari startup tersebut. Foreseeable profitability atau memiliki bisnis model yang sudah terbukti di pasar lokal/negara lain", tambah Aryo.
Sisi bisnis memang seringkali dilupakan oleh para founder startup, sayangnya waktu telah membuktikan bahwa startup dengan model bisnis yang baik bisa bertahan jauh lebih lama dibandingkan startup yang tidak memiliki bisnis model. Begitu pula dengan Grupara, bagaimanapun juga investasi yang baik adalah investasi yang menghasilkan value, dan Grupara berniat untuk bertahan lama di Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Grupara, silahkan kunjungi websitenya atau kunjungi Freeware di bilangan Ampera Jakarta Selatan.
Sign up for our
newsletter