[Ask@DailySocial] Proses Fundraising Untuk Startup
Kolom #askdailysocial minggu ini akan mengambil isu bagaimana startup mencari investor. Selama satu minggu kemarin kami menerima banyak pertanyaan seputar isu ini antara lain dari Luki, Hengki, Rifki, dan Iyan. Bagaimana sih proses startup bertemu dan akhirnya mendapatkan funding dari investor?
Pada dasarnya proses fundraising ini bisa dibagi menjadi empat proses besar: Solution/Product Building, Launch & Traction, proses pencarian investor dan proses legal. Harap diingat bahwa pada kenyataannya sangat banyak yang harus dipikirkan ketika mendirikan startup seperti co-founder & tim yang solid, product scalability, strategi pemasaran, dan lain-lain. Yang saya bahas dibawah hanya secara general saja.
Fase 1: Membangun Solusi/Produk Ini adalah inti dari proses fundraising, hal inti yang bisa menarik hati investor dan akhirnya membuat keputusan apakah dia mau invest atau tidak. Solusi apa yang anda coba pecahkan melalui startup anda, seberapa besar market yang anda coba layani (termasuk market growth ke depannya) dan diakhiri dengan deskripsi bagaimana produk anda bisa memecahkan masalah tersebut.
Semua proses fundraising ini bermula dari premis produk anda, jadi pastikan startup anda sudah kuat dari sisi ini.
Fase 2: Launch & Traction Memang ada saja investor yang ingin berinvestasi hanya di ide anda, biasanya disebut angel investor namun biasanya investor-investor ini berasal dari keluarga, relasi dekat. Bahkan ada lelucon yang menyatakan bahwa angel investor ini biasanya FFF (Friends, Family, Fools). Namun ada baiknya ketika anda mencari investor yang kelas kakap, produk anda sudah diluncurkan terlebih dahulu dan sudah direvisi sesuai dengan feedback pengguna awal.
Peluncuran produk seringkali menjadi dilema bagi founder yang selalu merasa produknya belum cukup bagus dan siap untuk diluncurkan. Bagi anda yang merasa seperti ini, ada baiknya anda membaca mengenai konsep Minimum Viable Product (MVP) untuk membantu anda cepat meluncurkan produk anda ke pasar dan menerima timbal balik.
Hal ini sangat membantu untuk menaikkan harga startup anda di mata investor, apalagi ketika anda sudah memiliki pertumbuhan traffik atau jumlah pengguna yang stabil setiap bulannya. Cherry on top, jika anda bahkan sudah menghasilkan uang dari startup anda baik itu berupa iklan, service atau pos revenue lainnya. Hal ini juga untuk menunjukkan kepada investor bahwa anda sebagai founder memang tahu apa yang anda lakukan, dan ide anda sudah di-validasi oleh market.
Fase 3: Mencari Investor Meskipun ada banyak kasus di Indonesia dimana justru investor yang mencari startup, tidak ada salahnya sebagai founder anda mulai mengikuti konferensi seputar startup yang juga didatangi oleh investor. Seperti yang pernah saya katakan di artikel ini, cara paling efektif untuk bertemu dengan investor adalah melalui acara-acara konferensi atau networking teknologi yang ramai diadakan di kota-kota besar.
Cara lainnya adalah melalui jaringan pribadi, yang dapat digunakan oleh para founder untuk mencari orang-orang yang dekat dengan investor dan meminta untuk diperkenalkan. Kebanyakan investor justru lebih percaya rekomendasi dari koleganya, jadi jika anda ditolak oleh satu orang investor, coba saja minta diperkenalkan ke investor lain yang mungkin tertarik.
Ketika dalam proses negosiasi dengan investor, founder juga harus mempelajari Term Sheet, sebuah dokumen yang berisi poin-poin terminologi dan kondisi yang dijanjikan oleh kedua belah pihak dalam proses investasi ini. Hal-hal dari pemberian kursi komisaris, berapa persen yang diambil oleh investor di valuasi berapa sampai ke arah perusahaan setelah proses investasi bisa dimasukkan ke dalam Term Sheet.
Untuk beberapa tips dan trik mengelola Term Sheet bagi startup, Venturehacks adalah situs yang bisa jadi rujukan meskipun perlu diingat ada beberapa poin di Venturehacks yang secara hukum tidak berlaku di Indonesia. Jika anda ingin merasa lebih aman, dianjurkan agar anda melibatkan konsultan hukum anda sendiri.
Fase 4: Pasca-investasi Statistik membuktikan bahwa kebanyakan startup justru mati karena kehabisan uang setelah proses investasi dan hal ini tidak jarang terjadi di Indonesia. Startup yang mati juga banyak yang sebelumnya mendapatkan pendanaan namun kemudian gagal mengelola keuangan sehingga akhirnya mati kehabisan uang.
Paul Graham, investor yang melegenda di AS, menyarankan agar startup tidak mengeluarkan uang sedikitpun meskipun setelah mendapatkan investasi. Jika anda harus berfikir dua kali untuk mengeluarkan uang, jangan lakukan.
– Jika anda memiliki pertanyaan seputar startup, silahkan kirimkan ke kami melalui mention di Twitter atau Facebook kami + hashtag #askdailysocial. Kami akan pilih satu pertanyaan setiap minggu untuk dijawab di DailySocial. Ayo kirimkan pertanyaan-pertanyaan kamu sekarang.
Sign up for our
newsletter