1. Startup

Ini Pandangan Sang CEO Automattic Yang Menyerukan Bahwa Startup (Seharusnya) Tidak Memiliki Kantor

Bekerja dan mencari nafkah adalah kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi setiap orang. Namun, bagaimana jika kebutuhan tersebut terkendala berkat kurang nyamannya tempat di mana Anda bekerja. Matt Mullenweg, seorang CEO Automattic yang juga pendiri WordPress ternyata punya solusi yang cukup jitu. Ia menyarankan, bahwa perusahaan (terlebih pada startup) sebaiknya jangan memiliki kantor. Bagaimana bisa?

Resepnya sederhana, mengacu pada generasi pekerja masa kini yang dinamis dan aktif, Matt berpendapat, produktivitas suatu perusahaan tidak harus melulu mendirikan kantor dan menerapkan sistem kepegawaian seperti halnya di kantor-kantor konvensional. Walau terdaftar bermarkas di San Fransisco, Amerika Serikat, nyatanya Automattic saat ini berjalan dengan stabil dan terus meningkat dengan segenap tim yang tidak terus duduk rapih di belakang meja kantor.

“Kami menggunakan sistem seperti di pabrik. Kami akan menganggap seseorang bekerja jika ia hadir di kantor, tidak tidur di jam kantor, dan pulang tepat waktu. Namun, semua hal tersebut tidak ada hubungannya dengan apa yang mereka kerjakan selama di kantor. Kita tentu sudah mendengar banyak orang yang telah menciptakan banyak hal tanpa terikat dalam rutinitas kantor tersebut,” ujar Matt yang dikutip dari situs Quartz.

Automattic sendiri merupakan platform open source blogging untuk platform blog populer, WordPress. Pada tahun 2013 kemarin, Automattic memiliki lebih dari 190 karyawan yang tersebar di 141 kota dan 28 negara tanpa memperoleh sedikit masalah pun terkait kinerja perusahaan, yang ada malah justru semakin bertumbuh.

Ia menambahkan, para pekerja Automattic yang kebanyakan berupa self-employee dan pekerja paruh waktu, membuat tim Automattic saat ini memiliki sifat kemandirian yang pada akhirnya mereka tidak membutuhkan kantor dan jam kerja yang mengikat. Pola seperti ini sepertinya sangat umum ditemui dalam ekosistem startup di mana saja, tak terkecuali di Indonesia. Kreativitas dan hasil menjadi prioritas utama ketimbang memikirkan bagaimana mendirikan sebuah kantor yang solid dan diisi oleh banyak pegawai.

Hal ini persis seperti yang dijalankan oleh Automattic, di mana Matt lebih percaya akan hasil yang didapat dari sistem kerja a la remote. Sebagai sosok pengambil keputusan, ia mengambil kebijakan yang cukup nyeleneh bagi sebagian pengusaha. Kebijakan yang ia lakukan ialah, modal operasional kantor sebagian besar justru dialokasikan untuk membuat acara meet-up tim internal dengan pemilihan lokasi yang fleksibel ketimbang harus mendirikan kantor.

Sejauh ini, komunikasi antar tim internalnya dilakukan melalui platform P2 yang cara kerjanya mirip dengan platform Yammer, Slack, dan sebagainya. Selebihnya komunikasi juga dilakukan melalui platform Google Hangouts yang mengarah pada dasarnya, tim Automattic tidak menggunakan email “konvensional” sebagai media berkomunikasi.

Biar bagaimana pun, berinteraksi langsung di dunia nyata juga kerap dilakukan. Seperti yang kembali dikutip dari Quartz, secara berkelangsungan tim Automattic memiliki agenda pertemuan setiap beberapa bulan sekali di kota yang mereka tentukan sendiri. Pertemuan agenda tahunan pun juga tak luput dilakukannya.

Budaya kerja yang dilakukan Automattic tentu bisa memberikan pandangan bahwasanya sebagai pelaku bisnis digital bertaraf startup, menghabiskan uang untuk membangun kantor tidaklah seefektif ketika mempercayakan tim untuk bekerja secara remote yang bahkan justru mungkin saja bisa jauh lebih produktif ketimbang harus duduk manis di belakang meja.

Di Indonesia, hal ini mungkin masih menjadi perdebatan di mana mendirikan kantor dan sistem kehadiran, saat ini masih menjadi suatu keharusan untuk menakar produktivitas bisnis dan karyawan. Konsep dasar “bekerja di bidang online” sebenarnya tidak selalu membutuhkan hal itu, banyak pekerjaan yang bisa diselesaikan tanpa harus hadir di depan atasan. Seperti yang dikatakan oleh Scott Berkun, eks team leader Automattic yang dikutip dari sumber yang sama.

"Kita [sebelumnya] berkeyakinan bahwa kebanyakan pekerjaan tidak dapat di-distribusikan [melalui online], dan harus di-distribusikan di dalam kantor. Namun sebenarnya saat ini orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu mereka di depan layar [komputer]. Jika Anda termasuk di dalamnya, maka sebenarnya Anda tidak perlu berada di kantor,” ujarnya.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again