Bagaimana Caranya Untuk Membawa Penjualan Musik Digital di Indonesia?
Industri musik di Indonesia saat ini sangat bergantung pada layanan ringback tone (RBT), sebuah layanan yang menggantikan suara yang Anda dengar ketika Anda membuat panggilan telepon ke nomor ponsel. Ketika penjualan album fisik memburuk selama dekade terakhir, ringback tone menjadi sangat populer sejak diperkenalkan pada pertengahan 2000-an. Layanan RBT ini bisa berbentuk potongan lagu, kutipan, nyanyian atau suara lainnya.
Ringback tone adalah layanan premium yang disediakan oleh content provider (CP) yang menawarkan potongan audio melalui penggunaan layanan SMS premium. Pelanggan mobile dapat meminta untuk mengubah nada panggilan mereka ke salah satu dari banyak pilihan yang disediakan oleh jaringan operator.
Meskipun ada banyak potongan suara yang tersedia, yang paling populer di layanan RBT adalah lagu. Ini berarti penyedia konten harus bekerja sama dengan label musik untuk membuat lagu yang tersedia sebagai nada singkat selama 30 detik.
Keuntungan untuk pihak label adalah bahwa RBT memungkinkan mereka untuk memanfaatkan perpustakaan konten mereka yang terdiri dari puluhan ribu lagu dari rentang dekade yang cukup panjang. Hal ini juga berarti bahwa popularitas lagu-lagu tidak lagi bergantung sepenuhnya pada pemutaran lagu di radio.
Jatuhnya penjualan album dan RBT
Mengingat penurunan album dan munculnya pembajakan yang menyumbang sekitar 80% dari penjualan musik di negeri ini, popularitas RBT memberikan label udara segar dan sumber pendapatan baru.
Seperti yang dikutip dari Detik, Jusak Irwan Sutiono, Managing Director dari Warner Music Indonesia yang juga menjabat sebagai ketua ASIRI - Asosiasi Industri Rekaman Indonesia mengatakan bahwa mayoritas pendapatan di Warner Music Indonesia dihasilkan melalui layanan berlangganan RBT, yang tampaknya mencapai 90%.
RBT mengalami penurunan yang parah dalam hal adopsi karena larangan atas layanan SMS premium yang kerap disalahgunakan oleh penyedia berbagai konten untuk mendapatkan uang secara cepat. Sutiono mengatakan bahwa jumlah pelanggan RBT telah menurun dari 25 juta menjadi hanya tiga juta setelah pelarangan SMS premium pada bulan Oktober lalu.
Label musik telah mencari sumber pendapatan alternatif bahkan sebelum larangan ini terjadi, namun usaha mereka dalam rangka mengurangi ketergantungan hanya pada satu metode distribusi belum menemukan keberhasilan.
Kesulitan pada proses digital download
Model digital download yang dipopulerkan oleh iTunes sejak tahun 2003 sebenarnya tidak layak untuk Indonesia karena sangat bergantung pada kepemilikan kartu kredit. Dari 240 juta orang Indonesia, hanya sekitar enam juta orang yang memiliki kartu kredit dan tidak semua dari mereka adalah pengguna Internet dan untuk saat ini, Apple tampaknya tidak tertarik dalam menjalankan program gift card mereka untuk pengguna di Asia selain di Jepang.
Selain itu label musik lokal masih sangat mendukung model lagu terproteksi yang berarti isi atau lagu akan dikemas dalam skema manajemen hak cipta tertentu. Skema ini membatasi apa yang bisa dilakukan dengan file yang telah di-download, walaupun iTunes dan Amazon, dua toko musik terbesar di dunia, tidak menggunakan atau mengurangi drastis batasan DRM dalam lagu yang dijual dari toko masing-masing.
Mencari alternatif
Jadi cara apa yang paling layak untuk musisi Indonesia dan label dalam menyambut perkembangan di dunia digital?
Berbagai upaya telah dilakukan untuk membawa musisi Indonesia untuk masuk dalam dunia paska-Napster, tetapi hampir semua dari usaha mereka gagal atau belum berhasil, meskipun investasi yang dikeluarkan sudah cukup besar.
Memahami perilaku konsumen musik Indonesia merupakan faktor yang sangat penting untuk menemukan model yang bisa diterapkan dalam mendistribusikan musik dalam bentuk digital, yang nantinya dapat bermanfaat bagi semua pihak di industri.
Popularitas RBT sebenarnya mengungkapkan bahwa konsumen Indonesia dapat menerima model sewa atau berlangganan, yang mana mereka membayar untuk dapat bisa menikmati lagu atau koleksi lagu selama rentang periode tertentu. Ini merupakan model bisnis yang digunakan oleh penyedia RBT.
Perbedaannya adalah, RBT didengar oleh orang-orang yang membuat panggilan telepon saat mereka menunggu panggilan tersebut diangkat. Di sini RBT berfungsi sebagai semacam identitas bagi orang yang membayar untuk nada itu.
Apakah skema musik streaming seperti Spotify dan Deezer akan bekerja di negara ini memang masih harus dilihat implementasinya, tetapi tampaknya saat ini tidak ada layanan lokal yang bersedia untuk mencoba skema streaming a la dua layanan di atas.
Dengan didirikannya kantor Spotify di Hong Kong untuk ekspansi Asia Pasifik dan Deezer yang mengumumkan rencana untuk memasuki negara ini, tampaknya Indonesia akan dapat menikmati layanan musik streaming dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kami juga mendengar bahwa Telkom dan anak perusahaan mobile mereka Telkomsel mungkin akan menyatukan layanan MelOn dan layanan LangitMusik di bawah satu payung dan menawarkan layanan baru, namun rincian layanan seperti apa yang akan diberikan, belum bisa diketahui. Bentuk yang ada dari kedua layanan ini sangat tidak populer di antara basis pelanggan mereka (pelanggan Telkom dan Telkomsel). Pertanyaannya adalah: Jenis layanan seperti apa yang akan dihadirkan dan bagaimana masyarakat Indonesia akan bereaksi atas pembaruan ini.
Sign up for our
newsletter