Bagaimana Universitas Memicu Inovasi (Bagian 2) - Idealisme
Catatan Editorial: Artikel ini adalah bagian kedua dari guest post yang ditulis oleh Sigit Purnomo, Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), tentang pengalamannya mendapatkan fellowship di Baylor University, Texas – Amerika Serikat.
Setelah di tulisan bagian pertama saya membahas tentang antusiasme, maka kali ini saya akan berbagi mengenai bagaimana idealisme bisa terbangun di Baylor University. Merujuk pada tulisan saya di sini, idealisme terkait dengan bagaimana kita berinovasi untuk membuat solusi terhadap masalah yang kita atau orang lain hadapi. Berikut ini akan saya sharing-kan bagaimana Baylor University mengajarkan mahasiswa untuk berinovasi membuat solusi terhadap masalah yang ada melalui program-program mereka, khususnya di Baylor Innovation Challenges.
Painstorming
Mungkin Anda pernah mendengar pernyataan "Necessity is the Mother of Invention and 'Pain-points' are the Father." Painstorming adalah sebuah metode yang digunakan untuk men-generate rumusan masalah berdasarkan pain-points yang dihadapi oleh seseorang ataupun organisasi. Setelah rumusan masalah berhasil didefinisikan dengan baik maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan sebuah rancangan solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Metode ini juga diajarkan dalam program Baylor Innovation Challenges. Pada pertemuan dengan topik painstorming, masing-masing kelompok diminta untuk menyusun daftar pain-points yang mereka alami terkait bagaimana proses diseminasi informasi kepada mahasiswa di Baylor University. Setelah selesai membuat daftar tersebut, maka setiap kelompok diminta untuk mengembangkan rancangan/prototipe solusinya dan dipresentasikan di minggu selanjutnya. (Note: Video tentang painstorming dan hasil kompilasi dari setiap kelompok dapat Anda baca di sini)
Dengan teknik ini, peserta dapat merasakan apa saja yang benar-benar membuat mereka "menderita". Penderitaan yang dirasakan akan menjadi dasar untuk merancang solusi yang benar-benar tepat dalam membantu mengatasai penderitaan tersebut. Hasil akhir dari pertemuan ini, mayoritas solusi yang ditawarkan adalah mobile application yang mampu menyaring informasi sesuai dengan kebutuhan mereka, ada model subscribe topik informasi yang diminati dan ada model yang berbasis lokasi.
Social Invention
Social Invention mengajarkan bagaimana merumuskan suatu ide atau inovasi secara bersama-sama. Pada materi ini, setiap peserta diminta untuk memikirkan sebuah ide atau inovasi mereka secara individu kemudian menuliskan atau menggambarkannya ke papan tulis selama lima menit. Lima menit kemudian mereka diminta untuk melakukan hal yang sama tetapi kali ini secara teamwork dengan dua orang anggota tim. Proses ini diulang lagi selama lima menit tetapi dengan jumlah anggota tim empat orang.
Saya sangat senang mengamati proses ini karena semua peserta sangat antusias. Social invention juga membuat saya melihat bagaimana suatu ide atau inovasi benar-benar dapat berkembang atau bahkan layu ketika mereka bekerja dalam kelompok. Ide atau inovasi yang dihasilkan dapat berkembang melalui pengabungan ide dari masing-masing anggota tim. Menurut saya, social invention juga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk verifikasi ide atau inovasi yang kita miliki sebelum dieksekusi.
Plant Link: Inovasi dari Baylor University
Setelah menceritakan bagaimana mahasiswa Baylor University dilatih untuk berinovasi, berikut ini saya sampaikan salah satu inovasi yang dihasilkan oleh alumni Baylor University, Eduardo Torrealba. Inovasi ini berawal dari permasalahan yang dihadapi oleh Eduardo Torrealba dan istrinya ketika tanaman kemangi yang mereka tanam mati. Eduardo telah berusaha mengatasinya dengan berbagai cara sampai akhirnya dia menemukan sumber masalahnya, yaitu pengairan yang tidak tepat untuk tanaman kemanginya.
Eduardo bersama teman-temannya yang juga alumni Baylor akhirnya membuat sebuah inovasi yang dinamakan Plant Link (lihat video di bawah ini). Plant Link adalah sebuah sistem yang digunakan untuk memonitor tingkat kelembaban tanah pada tanaman. Sistem ini mampu mengirim pesan email atau teks ketika tanaman membutuhkan air, bahkan dengan penggunaan katup cerdas, sistem ini dapat secara otomatis mengairi tanaman bila diperlukan. Informasi lebih lanjut mengenai bagaimana inovasi yang dilakukan oleh Eduardo dapat Anda lihat di artikel ini dan ini.
Dari contoh inovasi di atas, kita dapat belajar bahwa inovasi dapat berasal dari permasalahan yang kita hadapi sehari-hari. Mungkin kita selama ini telah menyadari bahwa ada masalah yang kita hadapi, namun kita tidak berusaha untuk mengatasinya. Sebagai latihan, silahkan mencoba merenungkan permasalahan apa yang sekarang sedang Anda hadapi. Jika sudah Anda temukan, coba carilah ide bagaimana Anda dapat mengatasi permasalahan tersebut, baik dengan teknologi ataupun tanpa teknologi.
Kesimpulan
Idealisme harus selalu dilatih setiap kesempatan yang ada di universitas, termasuk kegiatan perkuliahan. Mahasiswa atau dosen harus senantiasa melatih diri untuk melihat masalah yang ada di sekitar mereka dan merumuskan solusi yang dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Jangan sampai teknologi yang menjadi bagian dari keseharian kita menjadi pedang bermata dua dan "membutakan" kita untuk melihat masalah yang ada di sekitar kita. If you have any pain points, start to figure it out how to fix that. Just do it, now!
Guest post ini ditulis oleh Sigit Purnomo, Dosen Program Studi Teknik Informatika Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY). Sigit juga merupakan co-founder dari PersonaFlag (jejaring sosial berbasis lokasi). Anda bisa mengikuti @sigitpurnomo di Twitter atau membaca blognya di sigitpurnomo.com.
Sign up for our
newsletter