Bank Jago Siapkan Layanan Syariah dan Pembiayaan UMKM Tahun Ini
Menurut Bank Jago, pasar syariah dan UMKM memiliki peluang menjanjikan untuk layanan keuangan digital
Selain integrasi bertahap dengan ekosistem Gojek, PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) juga bersiap menambah cakupan layanan perbankan digital di 2021.
Segmen pasar yang dibidik Bank Jago di tahun ini antara lain middle income dan mass market, termasuk dalamnya UMKM dan retail (consumer), baik konvensional maupun syariah.
President Director Bank Jago Kharim Indra Gupta Siregar mengungkap ada dua fokus utama yang dipersiapkan, yaitu layanan syariah berbasis digital dan penyaluran pinjaman melalui platform digital untuk UMKM.
Berikut ini adalah kelanjutan wawancara ekskusif DailySocial dengan Kharim Indra Gupta Siregar dan Komisaris Bank Jago Anika Faisal.
Perbankan syariah digital
Saat ini, Bank Jago tengah mengeksplorasi apakah syariah digital ini akan hadir dalam aplikasi baru atau hanya layanan tambahan di aplikasi yang sudah ada, yakni Jago App. Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan perusahaan terkait pengembangan ini.
Menurut Kharim, selama ini produk perbankan syariah di Indonesia cenderung diasosiasikan sebagai produk berbeda dengan induk usahanya yang notabene merupakan bank konvensional. Faktor ini membuat pengembangan layanan syariah baru juga ikut-ikutan memakai cara konvensional.
Peluang pasar bank syariah juga sangat besar mengingat penetrasinya di Indonesia masih rendah. Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pangsa pasar bank syariah hanya 6,33% per Oktober 2020. Kenaikannya tidak terlalu signifikan dibandingkan pangsa pasar di 2017 yang cuma 5%.
Di samping itu, selama ini layanan perbankan mobile syariah kebanyakan memanfaatkan menu USSD mengingat ekosistem digital saat itu belum siap, smartphone dan airtime masih terbilang mahal.
Ia menilai posisi Bank Jago sebagai tech-based bank memberi ruang bagi perusahaan untuk memanfaatkan 100% kapabilitas yang sama dalam mengembangkan platform perbankan syariah. Jika memang hadir dalam bentuk aplikasi, pihaknya bakal menduplikasi fitur Pocket (Kantong) Jago App ke platform syariah.
"Saat ini, kami sedang melalui berbagai proses, seperti approval dan lainnya. We will have it soon. Kami lihat ada peluang bagus di mana pengguna syariah bisa mendapatkan layanan serupa di Jago App. Kami sediakan semua capabilities di situ," ujar Kharim.
Sementara itu, Anika Faisal menganggap saat ini belum ada produk perbankan syariah di Indonesia yang mampu memberikan user experience yang bagus. Menurutnya, berbagai pertimbangan ini untuk memastikan perusahaan dapat memberikan product proposition yang sama bagusnya dengan Jago App.
"Saya memiliki preferensi sendiri untuk layanan syariah, bukan konteksnya [preferensi layanan] golongan riba atau tidak. Sayangnya, mobile banking syariah di Indonesia saat belum bisa kasih convenience. Makanya, saya challenge apakah Bank Jago bisa produk yang punya convenience yang bagus. Produk [syariah] pada dasarnya sama, tetapi yang penting adalah layanannya," jelasnya.
Digital lending untuk UMKM
Pada 2020, jumlah pelaku UMKM di Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 65 juta yang tercatat berkontrobusi lebih dari 50% terhadap PDB Indonesia, dan menyerap sebesar 97% dari anggaran kerja aktif di Indonesia.
Laporan Bain & Company di 2019 mencatat ada sebanyak 92 juta jiwa atau 50% dari total populasi yang belum mendapatkan akses ke layanan perbankan (unbanked). 25% atau 47 juta jiwa di antaranya belum punya akses memadai ke layanan perbankan (underbanked).
Bank Jago melihat ada potensi menjanjikan pada kedua segmen ini. Dalam laporan keuangan 2020, Bank Jago menyebut akan membangun bisnis pembiayaan dengan ekosistem digital yang dikelola lewat Partnership Lending (Business Finance Solution). Sejak tahun lalu, Bank Jago telah menggandeng platform fintech untuk menyalurkan pembiayaan.
Beberapa yang sudah diumumkan antara lain Akseleran, Akulaku Finance, dan AdaKami.
Kolaborasi ini diharapkan dapat mempercepat proses akuisisi customer yang didefinisikan Bank Jago sebagai segmen pra sejahtera produktif. Segmen ini dinilai sudah melewati tingkat kemiskinan, tetapi tetap membutuhkan pembiayaan. Pihaknya menargetkan lending ini akan terdistribusi secara signifikan ke segmen tersebut.
"Kami akan menyiapkan produk/layanan untuk segmen wirausaha karena kami melihat ada potensi besar dari segmen pelaku usaha yang belum sepenuhnya formal ini. We are going to announce and it's in progress. Setelah right issue kedua, kami dapat modal kuat untuk pursue pertumbuhan lending karena legacy produk lending kami tidak banyak. Jadi kami bisa lebih fokus ke partnership. Saat ini, kami sudah bermitra dengan sepuluh lending sites," papar Kharim
Secara keseluruhan, ungkapnya, Bank Jago menutup pertumbuhan apik pada penyaluran pinjaman. Menurut catatannya, per akhir 2020 hingga kuartal pertama 2021, Bank Jago telah menyalurkan pinjaman dari sekitar Rp900 miliar ke Rp1,3 triliun dengan kenaikan 40%.
Kharim mengungkap, pihaknya akan berkolaborasi dengan mitra untuk menyediakan produk lending di Jago App demi mendukung proses underwriting dan menentukan apakah calon customer layak diberikan pinjaman.
"Saat ini, nasabah Gojek sudah ditawarkan produk PayLater. Artinya, ada analitik di belakang untuk menyediakan lending ke customer. Untuk model ini, kami ingin perluas apa yang bisa diberikan lewat produk lending. Ini juga tergantung ekosistem, seperti Gojek punya ekosistem pengguna, mitra driver, dan mitra merchant. Masing-masing punya pendekatan berbeda. We can do this setelah integrasi Jago App dan Gojek berjalan," jelasnya.
Sign up for our
newsletter