Berbenah Sistem Pendidikan, Blitar Secara Tak Langsung Incar Gelar Kota Pintar
Apa yang kita kenal dari kota Blitar? Yang pertama muncul mungkin adalah kota kelahiran Bung Karno, sang proklamator kemerdekaan sekaligus presiden pertama negara kita.
Kedua, Candi Penataran yang merupakan peninggalan Kerajaan Kediri. Selebihnya, mungkin sebagian besar dari kita hanya mengenalnya sebagai kota kecil di provinsi Jawa Timur, yang berjarak sekitar 60 km dari kabupaten Tulungagung, salah satu penghasil marmer terbesar di Indonesia.
Meski demikian, walikota Blitar Samanhudi Anwar, memiliki ambisi yang kuat dalam memajukan daerah yang dipimpinnya tersebut. Dimulai dari pembenahan sistem pendidikan, secara tak langsung kota Blitar juga mengincar gelar kota pintar – paling tidak di mata saya pribadi.
Langkah awal yang diambil memang sangat sederhana, yakni pemerataan pendidikan warga dengan menggratiskan biaya sekolah di semua jenjang. Memanfaatkan anggaran pendidikan sebesar 46 persen dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang berjumlah Rp 782,8 miliar, pemerintah kota Blitar pun menyanggupi biaya pendidikan semua siswanya.
Bersamaan dengan itu, seperti yang diberitakan Jawa Pos, sang walikota juga memiliki pemikiran lain yang tidak kalah ambisius, yakni meningkatkan pemahaman warganya terhadap teknologi informasi. Caranya adalah dengan menghubungkan satu kota seluas 32,58 km² tersebut ke jaringan internet, menyulap Blitar menjadi sebuah kota pintar yang melek teknologi.
Info menarik: Layanan M2M Indosat Dukung Pengembangan Smart City di Kota Surakarta
Sejumlah router Wi-Fi diperkerjakan di sekitar lingkungan kantor pemerintahan kota, meliputi 21 kantor kelurahan, 3 kantor kecamatan, semua kantor Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan beberapa lokasi yang sering dikunjungi oleh warga Blitar.
Masing-masing router memiliki jangkauan sekitar 300 meter, dan sang walikota dengan percaya diri mengklaim hampir 100 persen wilayah kota Blitar sudah memiliki akses ke jaringan internet. Sama seperti kebijakan pendidikannya, jaringan Wi-Fi yang dibangun oleh pemerintah kota Blitar ini bisa diakses oleh warga secara cuma-cuma.
Selanjutnya, usai akses internet dipermudah, pemerintah kota Blitar juga bermisi mendistribusikan perangkat mobile – dalam kasus ini tablet – bagi semua siswa yang mengenyam pendidikan di sana. Sebagai awal, sebanyak 525 unit tablet akan diserahkan kepada siswa-siswa yang kurang mampu dan berprestasi di lingkungan sekolahnya.
Target ke depannya adalah semua siswa di setiap jenjang pendidikan akan memperoleh tablet dari pemerintah kota di akhir tahun 2015. Tahun depan, diharapkan siswa-siswa Blitar tidak perlu lagi menggunakan buku dalam menjalani kegiatan belajar-mengajar.
Sang walikota juga melakukan pendekatan serupa terhadap ‘anak buahnya’. Para PNS di lingkungan pemerintahan kota Blitar juga akan dijatahi tablet secara cuma-cuma, dengan konsekuensi mereka harus terus online selama 24 jam non-stop.
Info menarik: Pemprov DKI Siap Anggarkan 30 Miliar Rupiah untuk Proyek Smart City Tahun 2015
Sejauh ini kita bisa berargumen bahwa kota Blitar cukup kecil sehingga penerapannya jauh lebih mudah. Akan tetapi, kota-kota yang lebih besar tentu saja juga memiliki anggaran belanja yang lebih besar untuk menerapkan program serupa.
Lagipula, ini hanyalah langkah awal bagi Blitar dalam menjadi kota pintar – sengaja atau tidak sengaja. Masih banyak yang harus dilakukan jika sang walikota memang benar merujuk pada konsep smart city dalam meningkatkan kesejahteraan warganya.
Masih ada sektor lain yang bisa digarap dengan konsep kota pintar. Salah satunya adalah transportasi, dimana dalam sekitar 10 tahun ke depan saya yakin mobil-mobil listrik sudah mulai memasuki tahap mainstream apabila infrastrukturnya dikerjakan dengan baik – tempat mengisi ulang baterai mobil harus tersebar di berbagai titik kota, tidak hanya di garasi masing-masing pemilik mobil.
Sektor lain misalnya pengolahan dan pendistribusian energi – khususnya energi biomassa (terbaharukan) – yang jika diterapkan dengan baik, juga bisa berdampak pada penurunan biaya hidup sekaligus berkurangnya tingkat polusi di wilayah tersebut.
Sign up for our
newsletter