BlackBerry DEVCON Asia 2011: Sesi Diskusi dan Tanya Jawab Dengan Tema Monetizing Mobile Apps
Satu lagi liputan dari BlackBerry DEVCON Asia 2011 yang kini akan membahas tema seputar monetisasi aplikasi untuk perangkat bergerak (BlackBerry).
Seperti yang dituliskan pada artikel pembuka acara BlackBerry DEVCON Asia 2011, DailySocial berkesempatan untuk menghadiri sesi diskusi dan tanya jawab dengan tema 'Monetizing Mobile Apps' bersama dengan rekan media lain, Sesi tanya jawab ini dihadiri oleh Mike Kirkup, Director for the Developer Relations program RIM, Dr KF Lai, CEO BuzzCity serta Shalini Verma, Principal Analyst dari Gartner.
Pada sesi ini diungkapkan berbagai hal yang berhubungan dengan cara atau model bisnis (monetisasi) aplikasi yang dikembangkan dan dipasarkan oleh para pengembang ke App World BlackBerry. Cukup banyak juga informasi yang berkenaan dengan strategi monetisasi aplikasi.
Tentang Riset atas Pangsa Pasar
Intinya adalah riset, para pengembang aplikasi harus melakukan riset pangsa pasar untuk menentukan model monetisasi yang akan digunakan bagi aplikasi mereka. Setiap pangsa pasar memiliki pola perilaku pengguna yang berbeda. Mike Kirkup menjelaskan bahwa untuk pangsa pasar lokal (Indonesia) model aplikasi iklan sangat populer, misalnya aplikasi untuk festival atau film. Advertising model ini bisa berupa aplikasi yang dibiayai oleh pengiklan, aplikasi khusus untuk iklan dari klien, atau in app advertising bisa juga kombinasi dari beberapa atau semua model yang disebutkan tadi.
Dr KF Lai juga menjelaskan bahwa berdasarkan pengalamannya di BuzzCity untuk emerging market seperti Indonesia dimana sistem pembayaran masih minim, advertising model atau sponsored app bisa menjadi pilihan, sedangkan untuk di developing market, sistem yang lebih berkembang antara lain freemium model.
Shalini Verma menambahkan beberapa data seperti untuk pangsa pasar Cina, Korea dan Jepang, model aplikasi yang lebih cocok adalah freemiummodel, sedangkan Australia adalah prepaid download, sedangkan India dan Indonesia adalah advertising based app model.
Untuk India, salah satu alasan kenapa try-buy app model kurang berhasil adalah pertimbangan biaya akses internet, try-buy app model mengharuskan pengguna melakukan unduhan dua kali, pertama untuk mencoba dan kedua untuk membeli jika mereka menyukai aplikasi tersebut, selain itu konsumen juga akan berpikir sebelum mencobanya, karena dalam benak mereka ada pikiran bahwa untuk menggunakan aplikasi ini nantinya harus bayar.
Mike Kirkup juga menambahkan adalah penting bagi para pengembang untuk melihat pangsa pasar yang mereka tuju dan memilih untuk menetapkan model aplikasi mereka, bisa salah satu bisa kombinasi atas beberapa model aplikasi. Untuk model aplikasi iklan, yang bisa dilakukan adalah termasuk juga riset atas penggguna, aplikasinya sendiri serta klien, Mike juga menambahkan masih jarang pengembang yang menerapkan strategi khusus untuk advertising based app model.
Tentang Model Aplikasi
Apapun model monetisasi aplikasi yang akan dipilih, one time payment app, advertising (free app), try-buy app, freemium, atau kombinasi dari satu atau beberapa model, yang terpenting adalah pangsa pasar yang dituju. Model aplikasi yang satu mungkin cocok untuk pasar Asia tetapi bisa jadi tidak cocok untuk pangsa pasar lain, bahkan mungkin saja model aplikasi di negara Asia juga berbeda satu dan lainnya.
Dikatakan oleh Dr KF Lai bahwa aplikasi dunia hiburan dan gaya hidup berpeluang besar untuk sukses di Asia, ia juga menambahkan bahwa salah satu faktor penting untuk advertising based add model, adalah jangan menggangu aktivitas pertama pengguna, pengembang harus bisa secara jeli melihat celah untuk memasukkan iklan dengan tepat. Shalini juga menambahkan bahwa konteks yang ada di aplikasi juga punya faktor penting.
Penentuan model pemasukan dari aplikasi juga akan tergantung dari jenis aplikasi tersebut, untuk aplikasi berbau sosial, model monetisasi aplikasi bisa berupa iklan, lain lagi misalnya untuk aplikasi game, bisa menggunakan try-buy model atau gabungan antara iklan dan try-buy model. Strategi penetapan harga, untuk aplikasi berbayar, juga mengambil peran penting, psikologi harga seperti '0,99' patut dicermati dan dipelajari juga.
Promosi Aplikasi
Selain riset pasar serta strategi dalam menentukan model monetisasi untuk aplikasi, promosi juga mengambil peran penting. Tingkat persaingan aplikasi di App World cukup ketat, berbagai aplikasi serupa juga sering muncul, seperti yang dikatakan Dr KF Lai, toko aplikasi independen seperti Getjar juga menaikkan tingkat persaingan, dan proses promosi menjadi bagian penting.
Selain menjalankan model try-buy atau free app, promosi langsung ke pengguna juga bisa memberikan dampak positif, Mike menjelaskan bahwa pengembang bisa menggunakan blogger atau reviewer untuk mencoba aplikasi mereka dan memberi masukan dan saran, dari langkah uji produk ini juga selain promosi, developer bisa mendapatkan masukan atas aplikasi mereka untuk perbaikan.
Intinya para developer harus melakukan promosi aplikasi layaknya produk bisnis lain, misalnya produk makanan atau produk elektronik. Dr KF Lai juga menambahkan bahwa membuat buzz serta social presence untuk aplikasi di pengguna gadget juga penting. Pengembang juga harus melihat umur aplikasi yang mereka kembangkan, aplikasi biasanya berumur pendek, jadi strategi rilis terbaru, penambahan level untuk game atau aplikasi terbaru yang dirilis dari studio pengembang tertentu juga harus dipertimbangkan.
Info Seputar App World
Dari sesi monetizing mobile apps ini juga diungkapkan bahwa RIM akan memperbaiki sistem review (rating) bintang pada App World mereka, karena sistem bintang ini kurang baik, kemungkinan mereka akan menerapkan sistem semacam 'like' - 'dislike' untuk memudahkan pertimbangan atas aplikasi tertentu, jadi hanya ada dua pilihan suka/bagus atau tidak suka/kurang bagus.
Untuk App World versi terbaru, RIM juga akan menambahkan fitur bagi para pengembang, yang memungkinkan untuk memilih negara tertentu yang akan di sasar untuk aplikasi yang mereka luncurkan, selain itu RIM juga akan menyediakan program unik berdasarkan operator telekomunikasi.
PS: Untuk sesi monetizing mobile apps ini, seperti yang dituliskan di artikel awal DailySocial tentang BlackBerry DEVCON Asia 2011, seharusnya saya melakukan wawancara dengan Gregory Wade, tetapi mohon maaf, karena ada kesalahan dari diri saya sendiri, saya tidak jadi melakukan sesi wawancara dengan Gregory Wade, sebagai gantinya saya memasuki sesi yang seperti dituliskan di atas, bersama perwakilan RIM, Mike Kirkup, Dr KF Lai (BuzzCity) dan Shalini Verma (Gartner).
Sign up for our
newsletter