Bukalapak Tentukan Kepastian Rencana IPO Tahun 2019
Perusahaan akan memutuskan apakah akan melakukan IPO atau mencari pendanaan baru tahun depan
Salah satu e-commerce unicorn Indonesia, Bukalapak menegaskan kembali belum tertarik untuk mencari pendanaan baru menjelang akhir tahun ini. Menurut Presiden Bukalapak, Fajrin Rasyid, saat ini belum ada kebutuhan pendanaan mendesak.
"Kami belum urgent cari pendanaan baru. Belum ada kebutuhan untuk saat ini," ungkap Fajrin ditemui beberapa waktu lalu di "Konferensi Bukalapak Hadirkan Buka DANA".
Ditanya mengenai rencananya untuk Initial Public Offering (IPO), ia mengungkapkan pihaknya masih mengkaji rencana tersebut. Ia memastikan keputusan untuk IPO atau tidak ditentukan tahun depan.
"Saat ini kami masih lakukan analisis plus-minusnya. Paling cepat tahun depan kami putuskan akan IPO atau cari funding baru. Tapi, kami sudah siapkan laporan keuangan teraudit selama tiga tahun terakhir, apabila IPO jadi," tutur Fajrin.
Bukalapak tercatat menyandang status unicorn dengan valuasi di atas $1 miliar pada akhir 2017 lalu. Kini Bukalapak telah mengantongi Gross Merchandise Value (GMV) bulanan Rp4 triliun ($270 juta) per bulan atau Annualized GMV mencapai Rp48 triliun (sekitar $3,2 miliar).
Pertimbangkan DANA gantikan Buka Dompet
Bukalapak baru saja meresmikan kerja sama dengan PT Espay Debit Indonesia Koe (dompet digital DANA) sebagai channel pembayaran di platform e-commerce miliknya. Dengan demikian, bertambah satu lagi channel pembayaran Bukalapak, selain melalui dompet digitalnya, Buka Dompet.
Ditanya mengenai peluang DANA menggantikan Buka Dompet, Fajrin memberikan sinyal akan mempertimbangkan hal tersebut. Pasalnya, hingga saat ini Buka Dompet belum mendapat lisensi e-wallet dari Bank Indonesia. Kolaborasi dengan DANA sudah berjalan sejak April lalu untuk versi Beta.
"Kami belum tahu dengan Buka Dompet bagaimana, makanya kami mau lihat respon (dari konsumen) seperti apa. Anything is possible. Kami juga tidak terburu-buru karena menggantikan secara keseluruhan itu takes time. Kita lihat saja ke depan nanti," papar Fajrin.
Terkait pengembangan selanjutnya, baik Bukalapak dan DANA menyatakan akan fokus terhadap pasar offline. Fajrin menyebutkan pihaknya akan menambah banyak mitra ritel offline untuk menyasar pasar konsumen offline.
"Menurut riset, hanya 10 persen yang belanja online melalui platform e-commerce. Artinya, masih ada 90 persen pangsa yang belum belanja lewat platform yang proper. Makanya, kami excited dan akan put effort banyak," tambah Fajrin.
Chief Communication Officer DANA, Chrisma Albandjar menyebutkan pihaknya tengah menunggu izin terkait layanan top up secara offline. Saat ini, DANA bisa digunakan di berbagai merchant untuk bertransaksi, seperti BlackBerry Messenger (BBM), Ramayana, dan TIX.
Sign up for our
newsletter