Bukan Pengganggu, Startup Fintech Menjadi "Enabler" Perkembangan Industri Keuangan
Belajar dari Co-Founder dan COO Vospay Lina Gejali di #SelasaStartup
Digital adalah raja lanskap bisnis kekinian. Kita bisa lihat 6 dari 10 perusahaan dengan pertumbuhan tercepat pada tahun ini bergerak di sektor teknologi dan digital.
Kondisi tersebut tentu menyebabkan guncangan yang cukup besar bagi para pemain di segala industri. Kita bisa ambil contoh salah satu disrupsi paling besar yang lahir di era digital adalah Uber. Startup ini menggedor pakem bisnis transportasi sehingga menimbulkan disrupsi besar bagi perusahaan taksi di seluruh dunia.
Co-Founder dan COO Vospay Lina Gejali memiliki perspektif berbeda mengenai disrupsi. Hadir sebagai layanan fintech, Lina mengatakan disrupsi tak melulu harus mengguncang industri. Sebaliknya, inovasi dapat dibuat untuk memperkuat industri yang sudah ada dengan menempatkan diri sebagai enabler dalam industri keuangan.
Berikut adalah tips dari Lina Gejali dalam #SelasaStartup mengenai enabler industri ke ekosistem digital.
- Inovasi produk. Tentu saja inovasi adalah fondasi terpeting dari perusahaan teknologi seperti Vospay. Lina bercerita pihaknya kini sudah punya berbagai inovasi yang menjembatani perusahaan pembiyaan dengan e-commerce atau layanan digital lain. Menurut Lina, teknologi mereka membantu perusahaan multifinance dalam membuka akses ke konsumen membeli barang atau jasa secara cicilan online.
"Jadi kita serve dua belah pihak dan sekarang ini menurut saya strength kita di sana karena kita enggak disrupsi ke mana-mana, jadi kolaborator saja," ucap Lina.
- Hadir sebagai kawan. Tantangan startup seperti Vospay yang menempatkan diri sebagai enabler adalah merebut kepercayaan industri yang dituju. Sehebat-hebatnya inovasi baru yang mereka bawa, Lina menyebut industri pembiayaan memiliki sistem sendiri yang sudah berhasil membuat mereka besar.
Namun seiring tren digital yang terus menguat di segala lini, ada kesempatan sekaligus ancaman bagi industri. Vospay memilih hadir di industri keuangan ini dengan dengan kesadaran tersebut dan memposisikan diri sebagai enabler bagi institusi keuangan yang sudah ada.
"Saya sadar kalau ada orang baru dengan ide baru pasti akan di-challenge, entah itu karyawan atau eksekutif. Jadi yang kita bawa adalah personal approach. Waktu itu Vospay sampai berkantor di seberang kantor partner pertama kita akhirnya mereka melihat kita sebagai perpanjangan untuk ke digital," tuturnya.
- Menjaga kepercayaan industri. Muncul sebagai perusahaan enabler digital di tengah industri pembiayaan bukan perkara mudah. Industri keuangan seperti pembiayaan sangat menghargai data. Menjadi hal yang wajar ketika perusahaan-perusahaan itu khawatir jika data mereka bocor ke kompetitor.
Kendati demikian, Lina menilai kekhawatiran itu akan luntur ketika teknologi mereka terbukti ampuh sebagai enabler industri pembiayaan. Ia juga meyakini semakin banyak Vospay menggandeng mitra bisnis, semakin mudah penerimaan pemain lain.
"Itu pasti concern pertama mereka dan itu salah satu yang harus kita yakinkan ke mereka dan kalau saya lihat industri multifinance ini industri yang sudah terbentuk, ketika bisa dapat kepercayaan satu perusahaan otomatis yang lain ikut juga," imbuh Lina.
Saat ini Vospay sudah bermitra dengan 11 perusahaan multifinance dan puluhan merchant. Mereka di antaranya adalah Adira Finance, BCA Finance, BFI Finance, Blibli, iLotte, Fabelio, hingga Sociolla.
- Banyak berdiskusi dengan regulator. Bermain di industri keuangan berarti harus siap mematuhi segudang peraturan dari pemerintah. Lina mengaku pihaknya sudah berdiskusi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari jauh-jauh hari agar produk yang mereka luncurkan tak menyalahi aturan apa pun.
Keterbatasan sumber daya juga jadi alasan bagi Lina agar startup fintech aktif berdiskusi ke regulator. "Saya rasa OJK sangat terbuka kok, apalagi dengan banyaknya pemain startup di lapangan OJK mau belajar," pungkas Lina.
Sign up for our
newsletter