Business Super Ecosystem, Inovasi Bhinneka dalam Mempercepat Transformasi Ekonomi Digital
Untuk mewujudkannya, Bhinneka turut bekerja sama dengan berbagai pemerintahan kota, UMKM, dan asosiasi.
Industri perekonomian digital sejatinya merangkul seluruh sektor usaha dan bisnis di masyarakat. Tak terkecuali bagi sektor ekonomi perdagangan. Sejak digitalisasi bergulir di Indonesia, tidak butuh waktu lama bagi sektor ini untuk segera bertransformasi menjadi e-commerce, baik dalam model bisnis B2C maupun B2B.
Hampir tiga dekade lalu, atau tepatnya pada 1993, salah satu entitas teknologi yang bergerak di industri e-commerce yakni Bhinneka berdiri hingga saat ini menjadi pionir industri e-commerce di Indonesia. Perusahaan yang terkenal sebagai penyedia produk 3C (Computer, Communications, Consumer Electronics) terus menjelma menjadi market leader B2B e-commerce di Indonesia dengan menggarap berbagai layanan.
Tidak berhenti mengembangkan bisnisnya, saat ini Bhinneka sudah mempunyai 6 sektor bisnis, yaitu produk Teknologi Informasi (TI) dan Maintenance, Repair & Operational (MRO), digital printing solution, offline store dan service center, business solution, B2B2B platform marketplace, hingga digital products.
Business Super Ecosystem Bhinneka hadirkan layanan marketplace dan e-Procurement
28 tahun telah melayani Indonesia, Bhinneka terus perkokoh layanan B2B nya dengan menghadirkan inovasi baru, Business Super Ecosystem. Strategi Bhinneka menjadi pemain e-commerce B2B terdepan di Indonesia.
Ekosistem bisnis yang dibangun Bhinneka sejak akhir tahun 2019 ini membantu percepatan transformasi ekonomi digital melalui penyediaan teknologi untuk semua pelaku bisnis di segala sektor dan skala.
Konsep Business Super Ecosystem Bhinneka adalah menghadirkan solusi bisnis dari hulu (bahan baku, barang setengah jadi) hingga ke hilir (end-products). Yakni menghubungkan para pelaku bisnis enabler mulai dari para penghasil barang, penyedia jasa, fintech dan logistik, dengan para pelanggan yang terdiri dari usaha mikro, UKM, dan enterprise. Menjadikannya ekosistem yang lebih luas dan tidak terbatas.
Business Super Ecosystem ini menghadirkan dua layanan solusi digital yakni marketplace dan e-Procurement marketplace . Kedua transformasi digital ini menyasar berbagai segmen mulai dari pemerintah daerah, swasta, akademisi/universitas hingga organisasi profesi.
Seperti contohnya Bhinneka dipercaya mengadakan marketplace di beberapa universitas dan pemerintah kota di Indonesia. Hingga saat ini, Bhinneka telah bekerja sama dengan tiga universitas dan tiga pemerintah kota. Dalam pendiriannya, dikenakan investasi 0% untuk pembuatan mini marketplace ini. Sehingga memungkinkan banyak komunitas, organisasi, lembaga, dan pemerintah menciptakan aliran pendapatan (revenue stream) baru dalam payung transformasi digital.
Beberapa hasil dari kerja sama Bhinneka dengan universitas pada bagian marketplace, akhirnya menghadirkan “SetSail BizAccel” yaitu campus marketplace President University, “Biemersshop” milik Universitas Bunda Mulia, dan “UII Gerai” milik UII Yogyakarta.
Konsep pembangunan campus marketplace ini adalah menyediakan fasilitas yang dapat diakses oleh seluruh civitas akademika hingga alumni civitas akademika melakukan jual-beli. Semua juga berkesempatan menjadi merchant. Sebuah inovasi menarik yang bisa menjadi ruang belajar dan praktek langsung berbisnis karena secara tidak langsung Bhinneka menyediakan pangsa pasar untuk pelaku usaha di ranah kampus. Bahkan, sesuai komitmennya, merchant kampus pun juga masuk dalam kurasi Bhinneka untuk melayani pengadaan di program Bela Pengadaan pemerintah yang bernilai hingga Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) per transaksi.
Di lain sisi, pemerintah kota juga menjalin kerjasama dengan e-marketplace Bhinneka yang diwujudkan dalam digitalisasi pelaku UMKM lokal guna memaksimalkan pelayanan publik dan menggenjot kebutuhan belanja daerah.
Sebab, berdasarkan catatan LKPP dalam transaksi pengadaan barang/jasa tertinggi melalui e-Katalog periode Januari 2020-Mei 2021, penyerapan anggaran belanja untuk barang/jasa dari produk impor tampak lebih tinggi, yaitu Rp31,3 triliun.
Beberapa pemerintah kota yang telah bekerja sama dengan Bhinneka guna menjawab permasalahan ini yaitu, Pemerintah Kota Mojokerto, Pemerintah Kota Ternate, dan Pemerintah Kota Surakarta.
Dalam pengembangan bisnisnya, seperti dikatakan di awal, Bhinneka juga melebarkan sayapnya dengan menawarkan layanan e-Procurement Marketplace. Layanan ini dirancang untuk memusatkan interaksi antara organisasi, pelanggan, dan vendor untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi proses procurement bagi segmen korporat, UKM, dan instansi pemerintah.
Dilansir dari Kontan.co.id, untuk layanan e-Procurement, Bhinneka menawarkan efisiensi biaya hingga 25% per tahun melalui platform Bhinneka Bisnis (business-to-business/B2B), dan bekerja sama dengan LKPP untuk pengadaan pemerintah dengan menawarkan 150.000 SKU dari 9.000 suppliers. Penetapan ini berlandaskan pada data Kinerja Pengadaan LKPP Per 17 Mei 2021, tentang anggaran belanja pengadaan barang/jasa pemerintah (PBJP) pemerintah daerah TA 2021 adalah sebesar Rp 606,6 triliun.
Business Super Ecosystem seperti milik Bhinneka akan jadi “The Next Big Thing”?
Melihat berbagai praktik yang telah dibangun oleh Bhinneka di atas, rasanya membuka lebar peluang bisnis yang dapat dipersonalisasi dengan mudah.
Ditambah lagi pada tahun 2020, Indonesia menjadi negara dengan skor Global Entrepreneurship Monitor’s National Entrepreneurship Context Index (GEM NECI) tertinggi. Ini berarti Indonesia merupakan negara yang sangat konduktif bagi pertumbuhan semua jenis entrepreneur. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang Bhinneka untuk mengembangkan bisnis nya dengan lancar.
Model B2B e-commerce seperti Bhinneka diperkirakan akan terus tumbuh besar. Menteri Perdagangan Indonesia menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi digital akan tumbuh delapan kali lipat, dari Rp632 triliun menjadi Rp4.531 triliun. Dalam hal ini, e-commerce turut andil dan memiliki peran yang sangat besar, yaitu 34% atau setara dengan Rp1.900 triliun. Diperkirakan, sektor B2B atau business-to-business juga akan tumbuh dengan besaran 13% atau setara dengan Rp763 triliun di tahun 2030.
Tingginya pengguna e-commerce di Indonesia dapat diarahkan untuk melakukan transaksi offline. Konsep Online-to-Offline (O2O) diharapkan dapat diterapkan dengan baik, sebab Online-to-offline (O2O) commerce merupakan strategi bisnis yang dapat menarik pelanggan potensial dari saluran online untuk melakukan pembelian di toko fisik. O2O dapat mengidentifikasi pelanggan di ruang online, seperti melalui email dan iklan Internet, dan kemudian menggunakan berbagai alat dan pendekatan untuk menarik pelanggan meninggalkan ruang online dan dapat melakukan transaksi offline.
Jauh sebelum bermunculan e-commerce baru yang mengimplementasi konsep O2O (online-to-offline), Bhinneka menjadi e-commerce pertama yang menawarkan konsep omnichannel dengan kanal penjualan yang terintegrasi (platform & physical store) yang diperkuat dengan 10.000+ vendors & merchants, 2.500.000 SKUs, dan total 1.500.000+ MSMEs, corporate customers, instansi pemerintah.
Seperti sebelumnya yang sukses menjadi pelopor perdagangan online, dua program pembangunan marketplace dan e-Procurement marketplace tadi menjadi upaya Bhinneka mengokohkan posisinya untuk selalu jadi yang terdepan dengan membangun Business Super Ecosystem (Ekosistem B2B2B) yang akan menjadi masa depan industri e-commerce B2B.
Dengan ini diharapkan inovasi yang dilakukan oleh Bhinneka benar dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, serta dapat mengarahkan para pelaku UMKM melakukan digitalisasi. Pada era masyarakat digital ini sepatutnya kita memanfaatkan teknologi digital dengan maksimal.
Sign up for our
newsletter