Cara Menghindari Tipuan Tren dalam Berbisnis
Mulai dari salah mengira produk laku pasti tren, salah menawarkan solusi, dan berasumsi konsumen tidak mau kembali ke tren
Tidak selalu tren yang terjadi di sekitar tepat untuk diterapkan dalam bisnis Anda, kendati tren merupakan indikator penting dalam berbisnis. Ketika Anda salah menafsirkan dan membaca arti dari tren, bukannya membawa bisnis jadi mujur malah buntung.
Artikel ini akan membahas lebih jauh tiga jenis kesalahan saat menafsirkan tren dan bagaiamana cara menghindarinya. Berikut rangkumannya:
1. Salah mengira produk laku pasti tren
Tren itu sebenarnya didasarkan pada perubahan yang berkembangan dalam perilaku konsumen. Sementara, tren yang muncul hanya sekedar iseng itu terkait dengan produk yang tidak selalu menanggapi perubahan tertentu dalam perilaku konsumen atau memecahkan masalah konsumen.
Jika Anda mengingat Crocs, produsen sepatu karet warna-warni yang sukses dalam waktu singkat setelah dipromosikan oleh berbagai selebriti beberapa waktu lalu. Crocs tergolong tren dadakan. Saham perusahaan sempat melonjak ke angka US$75 pada 2007. Namun saat konsumen beralih ke produk lain, saham Crocs ambruk ke angka US$0,79 di bulan ke-8.
Anda sebagai pengusaha, pastinya ingin bisnis yang berkelanjutan dengan meluncurkan lebih dari satu produk bukan? Kalau begitu ambil contoh dari Kale, sayuran sehat dengan nutrisi lengkap, disajikan sebagai salah satu bahan menu salad di Sweetgreen dan The Little Bit.
Hasilnya, konsumen pun meminta restoran untuk mengembangkan menu sayuran sehat lainnya, menarik mereka untuk hidup sehat dengan makanan lokal.
Dari perbandingan ini, coba tanyakan ke diri Anda sendiri, apakah Anda ingin bangun bisnis berdasarkan perilaku konsumen atau membangun bisnis berdasarkan produk tertentu?. Lalu pikirkan kembali bagaimana strateginya untuk mencerminkan perilaku konsumen di tengah tren yang kuat di pasar, bukan karena tren dadakan saja.
2. Sudah identifikasi dengan benar, tapi salah menawarkan solusi
Pada awal 90-an konsumen cenderung lebih sadar dengan kesehatan dan mencari makanan dan minuman yang ramah diet. Contohnya dari McDonald's memperkenalkan McLean Deluxe Burger pada 1991. McDonald's menafsirkan dengan benar kebiasaan makan pelanggan yang cenderung adalah menu sehat dan menciptakan burger rendah lemak.
Akan tetapi pihak McDonald's salah eksekusi, mulai dari penamaan menu McLean Deluxe Burger tidak laku karena demografi konsumen McD adalah laki-laki. Kemudian, mengganti 91% lemak daging dengan air. Menurut konsumen yang telah mencobanya, burger tersebut rasanya sangat tidak enak.
Di sisi lain, produk Vitaminmater adalah contoh yang baik ketika perusahaan berhasil mengidentifikasi permasalahan dan menawarkan solusi yang tepat. Sebelum produk itu tiba di pasar, industri minuman di Amerika Serikat telah berada di kondisi menu makanan dan minuman sehat dengan menawarkan diet dan minuman karbonasi dengan 0 kalori.
Vitaminwater justru menawarkan produk yang lebih memperhatikan suasana hati dan tingkat energi masing-masing orang. Ketika orang merasa lelah dan perlu dorongan energi? Ada Vitaminwater. Ingin bersantai setelah pekerjaan yang melelahkan selama seharian? Ada Vitaminwater.
Efek dari tren Vitaminwater menggiring perusahaan tersebut dibeli oleh Coca Cola pada 2007 seharga valuasi US$4,2 miliar.
Kunci yang terpenting dari sini adalah melakukan due diligence, memahami perilaku orang yang mendorong tren, menciptakan produk yang menawarkan solusi terhadap masalah, lalu tes, tes, dan tes.
3. Mengasumsikan konsumen tidak ingin kembali ke tren
Membaca tentang tren mikro dan makro dalam industri kesehatan akan membawa Anda untuk menganggap bahwa konsumen telah bergerak menjauh dari makanan yang bersifat memanjakan. Misalnya, produk In-n-Out Burger yang tumbuh dengan pesat karena fokus pada made-to-order burger dengan bahan berkualitas tinggi dan non roti beku.
Hal ini bila ditafsirkan dalam tren kesehatan, banyak produk menawarkan menu salad. Menu tersebut menawarkan apa yang konsumen cari. Apabila produk Anda berada di pihak oposisi, jangan langsung menyerah.
Tanya ke diri sendiri dan lakukan penelitian, apakah orang-orang masih menghabiskan uangnya untuk apa yang akan saya ingin bawa ke pasar? Apakah mereka masih membeli soda, meski mereka lebih banyak beli air mineral?.
Jika jawabannya adalah ya, dan tetap konsisten di jawaban ya, artinya masih ada pasar untuk Anda jelajahi dan kuasai.
Sign up for our
newsletter