Control Your Ego!
Pendiri startup bisa mencegah ego dengan cara selalu merefleksikan diri
Banyak orang yang berpikir bahwa membuat startup adalah sesuatu yang keren, dapat membuat mereka terlihat hebat, dan bahkan membuat mereka berani bermimpi untuk mengubah dunia termasuk dirinya sendiri. Harapan untuk memiliki hidup dan masa depan yang lebih baik pun muncul ketika mereka memulai berkiprah di dunia startup.
Banyak perusahaan startup bermula dari seseorang atau sekelompok orang yang visioner. Mereka mencoba untuk menciptakan solusi yang dirasa mampu untuk memenuhi permasalahan umum yang ada. Beberapa ide memang sesuai dengan kebutuhan, ada yang cukup sesuai dan ada pula beberapa ide cukup bombastis tapi tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan. Tipe yang manakah kamu?
Seperti sektor usaha lainnya, beberapa perusahaan startup harus memiliki biaya operasional untuk menjalankan usahanya. Beberapa mendapatkannya dari investor, beberapa sudah memikirkan cara untuk mendapatkan uang ketika mereka memulai startup, dan beberapa mendapatkan rumus tepat untuk mendapatkan uang sambil menjalaninya.
Mendapatkan pengalaman saat ide diapresiasi dalam bentuk modal oleh investor merupakan hal yang menciptakan perasaan bahagia melebihi apapun. Di saat yang bersamaan, tubuh memproduksi hormon serotonin dan dopamine secara berkesinambungan. Hal tersebut, tanpa disadari akan meningkatkan ego seseorang. Hampir seluruh pendiri startup gagal karena mereka tidak menyadari ego mereka menjadi penghambat untuk kemajuan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Beberapa orang yang kerapkali mendapatkan kesuksesan terus menerus akan memiliki ego syndrome. Mereka berpikir mereka adalah sosok yang terpintar, terhebat dan mampu melakukan apapun. Akibatnya mereka kerap kali mengacuhkan pendapat dari pegawainya yang justru memiliki kemampuan di sisi tersebut. Mereka menjadi sosok yang selalu benar dan menuding pihak lain salah ketika bertukar pikiran atau mengambil keputusan. Coba diingat, apakah kamu juga termasuk sosok seperti itu?
Sindrom ini dapat menjadi wabah yang menjangkitkan orang sekitar. Hal ini berpengaruh pada tingkat akurasi dan performa tim.
Seperti yang saya jabarkan di buku saya, don't let your ego blind you. Kita harus lebih peka untuk menyadari fase jika ego mulai merasuki dan mengontrol diri. Kita dapat mencegah hal tersebut dengan cara selalu merefleksikan diri.
Memperhatikan apa saja tindakan kita, apa saja yang kita katakan dan bagaimana cara kita memperlakukan orang lain diberbagai kesempatan yang kita miliki. Kita harus berupaya untuk melakukannya. Memiliki pemahaman diri bahwa kita bukan sosok yang sempurna dan masih selalu membutuhkan sosok lain untuk menolong kita untuk mencapai sukses bersama merupakan hal yang penting.
- Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Danny Oei Wirianto, CMO GDP Venture dan penulis buku Thinkfresh.
DailySocial mendukung peluncuran Thinkfresh yang akan terbit tanggal 27 September 2016
About Thinkfresh book:
Daily inspiration and reminder for readers about what is important in life & career, and give a self-assurance toward themselves. Simple and easy to understand writing. And also full of wonderful illustrations!
Sign up for our
newsletter