DataHub.id Permudah Survei Pertanian, Lakukan Pendataan Lapangan Berbasis Aplikasi
Dibangun oleh 8Villages, menawarkan solusi pendataan di lapangan secara real-time untuk sektor pertanian
Kegiatan riset untuk berbagai kebutuhan kini semakin mudah dengan solusi pendataan lapangan berbasis aplikasi. Setelah satu tahun berjalan, PT 8Villages Indonesia akhirnya meresmikan kehadiran DataHub yang menawarkan solusi pendataan lapangan secara real time.
PT 8Villages Indonesia merupakan startup yang bergerak di bidang TIK dengan visi memodernisasi dunia pertanian. Selain DataHub.id, perusahaan juga mengembangkan social network Layanan Informasi Desa (LISA) dan Rego Pantes yang merupakan layanan jual-beli produk pertanian.
Head of DataHub.id Gia Pratama mengatakan, saat ini DataHub.id fokus untuk sektor di riset pertanian. Sektor ini dipilih karena perusahaan memiliki visi untuk mendorong sektor pertanian di Indonesia. Apalagi, menurut data Badan Pusat Statistik periode 2003-2010, Indonesia telah kehilangan sebanyak 5,1 juta petani.
“Kami punya visi untuk memodernisasi sektor pertanian di Indonesia, maka itu perlu sentuhan teknologi dengan solusi pendataan lapangan DataHub.id,” ujar Gia ditemui di Media Briefing DataHub.id.
Gia memaparkan ada sejumlah masalah yang acap kali ditemui saat pendataan di lapangan terjadi. Misalnya, rendahnya kualitas data akibat manipulasi, validasi, dan salah input. Kendala lainnya adalah sulitnya memonitor kinerja tim di lapangan serta tingginya biaya dan yang dibutuhkan dalam mengolah data dalam bentuk digital.
Kehadiran DataHub.id diharapkan dapat mempermudah kegiatan riset karena pengumpulan data tidak lagi menggunakan material kertas. Semua informasi dicatat di aplikasi dan tanpa koneksi internet. Solusi ini dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan bisnis maupun studi akademis, mulai dari institusi, komunitas, hingga mahasiswa.
Keuntungan lainnya adalah tim yang melakukan riset dapat dimonitor, hasil riset dapat dilaporkan secara otomatis, serta DataHub.id dapat digunakan dengan kustomisasi (white label) baik dari sisi flow, laporan, fitur, hingga logo.
“Kami akan mengembangkan sistem cerdas yang dapat menjadi standar agar dapat di-push ke tim kapangan. Selain itu, kami juga membekali pelatihan aplikasi kepada 300 penyuluh lapangan dan administrasi dari pemerintah,” tambah Gia.
Perlu diketahui, pengumpulan data memang dilakukan menggunakan aplikasi (mobile-based). Sementara pengolahan data dapat diakses lewat situs web (web-based). Dalam mengakses pengeolahan data, DataHub.id menyediakan dashboard yang juga dapat menunjukkan perkembangan distribusi data di lapangan secara real-time.
Saat ini, DataHub.id sudah digunakan Komunitas Lada di wilayah pertanian Bangka Belitung untuk memonitor standar pertanian yang berdampak terhadap pada kualitas hidup para petaninya dan juga untuk mengukur efektivitas asuransi petani jagung di Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Mencari model bisnis
Gia menuturkan, pihaknya masih mencari model yang tepat untuk bisa memonetisasi bisnisnya. Saat ini, DataHub.id menjalankan bisnisnya berbasis proyek yang diterima (project based). Ada insentif diberikan kepada para penyuluh dan surveyor.
Ia mencontohkan, untuk proyek dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), penyuluh mendapatkan insentif apabila mencapai target, meskipun mereka sebetulnya telah mendapat gaji dari pemerintah. Untuk non penyuluh, insentif yang diberikan berdasarkan per data yang masuk.
"Kami sedang mencari model bisnis yang tepat, makanya saat ini kami masih berjalan dari proyek. Apabila dari proyek-proyek ini, kami menemukan temuan baru, seperti fitur, kami mau kembangkan sistem yang independen," tutur Gia.
Sign up for our
newsletter