Deloitte: Ekonomi Internet di Indonesia Lebih besar dari LNG dan Ekspor Elektronik
Baru-baru ini kami membahas mengenai perilaku masyarakat online di Indonesia serta potensi pertumbuhan jumlah pengguna Internet. Kami menemukan bahwa lima besar aktivitas online yang dilakukan oleh orang Indonesia melibatkan media sosial serta layanan berbagi pesan, kami juga menemukan bahwa ada sekitar 50 juta orang Indonesia yang online, angka yang dapat bertambah berlipat ganda dalam waktu kurang dari lima tahun jika melihat tingkat pertumbuhan saat ini.
Tetapi apa arti angka serta pertumbuhan ini dalam hal ekonomi? Apakah ini mempengaruhi bisnis? Jika iya, bagaimana cara membandingkan dengan industri lainnya?
The Connected Archipelago adalah sebuah laporan yang disusun oleh Deloitte, laporan ini dibuat untuk menjawab berbagai pertanyaan di atas dengan memperlakukan internet sebagai industri yang konvensional dan mengukur dengan cara tradisional. Hal ini tidak semudah kedengarannya, prosesnya ternyata cukup sulit.
Ukuran ekonomi internet
Pemerintah Indonesia tidak melacak aktivitas Internet seperti yang mereka lakukan untuk industri lainnya - jadi aktivitas internet diteliti oleh pihak lain di luar pemerintah. Jika sebuah perusahaan pelayaran menggunakan internet untuk mengurangi persediaan dan mempercepat pengiriman, maka yang dihitung adalah perluasan dari sektor pelayaran, bukan hanya dari sisi internet. Pada dasarnya, ketika internet membantu bisnis lain maka seharusnya peran internet tetap dihitung. Dan jika merugikan bisnis lain, internet juga akan dianggap berperan dalam kegagalan tersebut.
Apa yang dilakukan oleh rekan-rekan di Deloitte adalah bahwa mereka mengukur ekonomi internet dan industrinya menggunakan metode yang sama yang digunakan pemerintah untuk mengukur statistik PDB, patokan dasar dari kuantitas produksi Indonesia dalam satu tahun terakhir.
Intinya adalah, mereka telah menghasilkan sebuah laporan yang memberikan Anda cara yang lebih bermakna dalam melihat industri internet, yang memungkinkan Anda untuk melihat industri ini dengan perspektif yang berbeda.
Mereka telah menambahkan data berapa banyak yang dihabiskan Indonesia secara total di internet, yang merupakan jumlah yang sama dari apa yang diproduksi industri internet untuk Indonesia. Dan yang akhirnya memungkinkan kita untuk menilai seberapa besar industri internet sebenarnya. Lebih besar dari industri mobil? Lebih besar dari pertambangan? Lebih besar dari Syahrini, mungkin?
Salah satu temuan mereka: kegiatan yang berhubungan dengan internet di Indonesia telah menghasilkan 1,6% dari produk domestik bruto (PDB) nasional atau sama dengan Rp 116 triliun. Ini lebih besar daripada industri gas alam cair (1,45% PDB) dan lebih besar dari ekspor peralatan elektronik dan listrik (1,51% PDB). Ini juga lebih banyak tiga kali lipat dari industri kayu dan manufaktur yang berhubungan dengan kayu.
Ekonomi internet di Indonesia ternyata sudah sangat besar.
Pertumbuhannya dan apa yang bisa kita lakukan?
Jika kita menempatkan hal ini bersama industri nasional besar lainnya, bagaimana kita seharusnya memperlakukan ekonomi internet ini? Bagaimana kita bisa mendorong pertumbuhannya? Haruskah kita melindunginya? Berkat perkembangan ponsel yang bisa mengakses internet serta akses internet yang terjangkau, industri ini hanya akan tumbuh menjadi lebih besar.
Laporan dari Deloitte mengatakan, “It is likely that the number of Indonesian households with access to the Internet will double over the next five years, increasing the value of the Internet economy by around Rp 70 trillion or 1% of GDP.”
Ada juga potensi besar untuk e-commerce. Laporan tersebut memperkirakan hanya sebesar US$ 230 juta per tahun dihabiskan dalam e-commerce pada tahun 2010, kurang dari 0,1% dari PDB. Namun laporan itu mengutip sebuah survei comScore yang menemukan bahwa 50% dari pengguna internet Indonesia telah mengunjungi situs ritel di 2010, naik dari 41% pada tahun 2009.
Today, the Internet accounts for 1.6% of Indonesia’s gross domestic product (GDP). It is forecast to grow at a rate three times that of the overall economy over the next five years and is expected to account for at least 2.5% of GDP by 2016.
Sebuah survei usaha kecil dan menengah menemukan bahwa mayoritas dari mereka menggunakan Internet untuk menemukan berbagai macam produk dan pemasok dengan harga yang lebih rendah, dan hampir dua pertiganya menggunakan internet untuk menyediakan pasokan barang.
Ada sebuah petunjuk tentang bagaimana internet bisa menjadi sangat besar: kebanyakan bisnis memiliki berjalan dari diskusi bisnis yang terjadi di Internet. Jika Anda membuat masalah atas hal ini di internet, Anda akan bermasalah dengan kemampuan setiap bisnis dalam mendapatkan pasokan, mencari klien dan menangani keluhan.
Hal ini menjawab pertanyaan sebelumnya tentang perkembangan industri internet dengan cukup jelas. Dengan mengandalkan bisnis di internet untuk banyak operasi di industri, sangat masuk akal jika perlu ada lebih banyak orang yang online, terutama bisnis, yang disertakan dengan informasi sebanyak mungkin mengenai bisnis tersebut.
Membatasi jumlah orang yang online hanya akan berarti menghilangkan bagian dari PDB, serta secara efektif mengurangi kemampuan dan daya saing Indonesia di panggung dunia, di mana distribusi informasi dan pengetahuan memainkan peran yang semakin besar bagi kemajuan bangsa.
Laporan ini juga memperhitungkan bahwa ekonomi internet akan tumbuh sekitar tiga kali laju ekonomi secara keseluruhan selama lima tahun ke depan. Pada tahun 2016, mencapai sedikitnya 2,5% dari PDB, yang berarti bahwa hanya dalam beberapa tahun kita akan melihat suatu sektor yang sama atau bahkan lebih besar dari sektor tekstil, produk kulit dan industri alas kaki (semuanya menyumbang sekitar 2.1% dari PDB).
Ekonomi Bawah Tanah
Meskipun demikian laporan ini masih belum mempertimbangkan fakta bahwa orang Indonesia banyak melakukan perdagangan online dan menjual barang dan jasa, menggunakan halaman pribadi Facebook serta grup BlackBerry Messenger. "Toko bawah tanah" ini tidak memungkinkan untuk diukur, namun sering muncul dalam berbagai studi meski mudah dilupakan atau diabaikan.
Anda tahu Anda memiliki teman-teman Indonesia di Facebook suka men-tag di barang-barang jualan mereka. Alih-alih menggunakan situs seperti Multiply, eBay, Rakuten, atau Tokobagus, banyak orang-orang membeli dan menjual barang di layanan yang biasanya merupakan situs jaringan sosial.
Orang mungkin membuat lelucon tentang hal ini, tetapi ini adalah ekonomi bawah tanah, satu hal yang berkontribusi cukup tinggi dalam ekonomi Internet.
Kesimpulan
Jadi, jika belum, mungkin sudah waktunya untuk mempertimbangkan internet bukan sebagai tempat untuk bermain-main, tetapi sebagai industri serius yang memiliki efek besar pada perekonomian bangsa. Internet hanya akan terus memainkan peran dalam tahun-tahun mendatang karena menggantikan ekonomi masa lalu lain yang lebih tradisional dan menyebarkan pengaruhnya di industri-industri tersebut. Internet mungkin taman bermain untuk beberapa orang, tetapi sebenarnya ini adalah lahan bisnis yang serius.
Sign up for our
newsletter