Event Mobile Development Day dan Sedikit Cerita Tentang Pasar Internet/Mobile di Medan
Hari Sabtu kemaren, tidak hanya di Jogja, tetapi kota Medan juga diramaikan dengan berbagai event yang berhubungan dengan dunia teknologi dan internet secara keseluruhan, setidaknya ada 3 event yang saya ketahui, Medan Mobile Game Development Day yang disponsori Nokia, Android event dan acara roadshow idbloglicious yang di selenggarakan idBlognetwork.
Sayangnya untuk acara berkaitan dengan Android saya tidak memiliki info dan tidak hadir di acara tersebut, sedangkan untuk dua acara lain, saya berkesempatan mampir dan berbincang dengan penyelenggara.
Untuk event Mobile Development Day, acara diadakan selenggarakan oleh panitia lokal dari WebMedia, sebuah penyedia jasa pelatihan komputer, website development dan IT solution, acara dihadiri 400 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, SMK, praktisi dan kalangan umum. Acara yang diadakan di Hotel Madani, Gelora Ballroom, Jl. Sisingamangaraja no. 1 ini menghadirkan 5 pembicara antara lain Narenda Wicaksono - Developer Manager of Nokia Development, Kresna Dewantara - Chief Technical Officer of Armanovus Indonesia, Yuandra I. dan Paramitha H. - Winner of Mobile Game DevWar Bandung, Firstman M - President of NICE, Shieny Aprillia - COO Agate Studio dan Erick Kurniawan - Co-founder NICE.
Materi seminar dan workshop berkisar tentang peluang pengembangan aplikasi mobile, masing-masing pembicara sesuai dengan kapasitasnya menjelaskan tentang peluang di industri mobile, kisah sukses termasuk juga workshop untuk membuat aplikasi mobile, seperti menggunakan Qt framework dan OVI App Wizard (Kresna dan Erick). Dua pembicara lainnya (Yuandra - Paramitha dan Shieny) mengambil peran dalam menjelaskan pada para peserta tentang bagaimana mengembangkan mobile game, dilengkapi dengan share pengalaman serta tips dan cara untuk membuat aplikasi game mobile seperti mulai dari menentukan ide, game play, karakter sampai dengan mempublikasikan di toko aplikasi Nokia. Presentasi juga dilengkapi dengan penjelasan tentang komunitas serta diadakan pula peresmian NICE Medan.
Sedangkan salah satu acara lain yang sempat saya hadiri (meski hanya sebentar), adalah acara seminar dan seminar dan workshop idBloglicious, acara ini juga mencerminkan ketertarikan orang Medan akan akses dan berbagai layanan di internet, dihadiri oleh 120 orang, dikatakan pihak panitia 20% dari mereka telah memiliki blog dan 80% belum. Namun antusiasme menghadiri acara yang diadakan di Food Court Mall Grand Palladium bisa memberikan gambaran. Beberapa blogger di Medan juga mendapatkan pemasukan mereka dari usaha online dengan blog, seperti adsene, dll. Meski memang tingkat literasi serta ketahanan dalam mengelola blog masih cukup rendah. Orang Medan termasuk karakter konsumen yang cepat bosan, mereka juga dipengaruhi tren dari kota besar seperti Jakarta.
Terus terang waktu saya di kota Medan memang tidak lama dan tidak cukup untuk bisa mengetahui dan menggali lebih dalam tentang kondisi dunia digital, teknologi atau internet di sana. Namun setidaknya saya bertemu dengan beberapa orang yang cukup lama berkecimpung di dunia digital di Medan dan mendapat gambaran seklias tentang perkembangan dunia digital (internet/mobile) di sana.
Salah satunya adalah Eko Purwanto founder dari WebMedia partner acara Nokia di Medan. Kami berbincang tentang bagaimana perkembangan industri digital - internet/mobile di Medan. Beliau mejelaskan bahwa pengusaha berbasis internet di Medan sudah lumayan banyak, misalnya untuk jual-beli online, meski belum banyak yang memiliki online store sendiri, biasanya para penjual ini berjualan lewat jejaring sosial, misalnya Facebook, promosi dilakukan lewat jejaring sosial dan blog.
Untuk internet startup yang ada di Medan, Pak Eko juga menjelaskan bahwa perkembangannya cukup baik, namun, kota yang juga menjadi kota asal dari Batara Eto, Willson Cuaca, Chandra dari East Venture ini menyimpan peluang untuk pengembangan mobile, meski memang masih termasuk hal baru dan diprediksikan akan mulai berkembang.
Bagi saya perkembangan yang terjadi di Medan mirip dengan apa yang terjadi pada 3-4 tahun yang lalu di kota Bandung. Hal ini juga diamini oleh pak Eko, dari diskusi, kami sepakat bahwa perkembangan di medan mirip dengan bandung 3-4 tahun yang lalu, tingkat ketertarikan bertumbuh pesat dan mereka yang tertarik ini masih dalam proses mencari informasi dan mengembangkan pengetahuan basic, tingkat literasi masih rendah namun terus bertumbuh. Ini juga bisa dibuktikan dari ketertarikan peserta yang mengikuti berbagai acara di Medan. Sebagai informasi, acara Mobile Development ini menarik 400 peserta dengan biaya Rp 100.000. Bahkan ada anak SMK dari wilayah Rantau Prapat (8 jam dari Medan) yang dengan semangat mengikuti acara seminar dan workshop ini.
Blog sebagai media untuk mengenal berbagai layanan internet juga terlihat dari peserta seminar dan workshop mobile development, dikatakan pak Eko, 80% dari peserta diperkirakan telah memiliki blog. Facebook juga tetap menjadi primadona, dari pengamatan saya selama event, sekitar 40% peserta tidak lupa membuka akun Facebook mereka.
Untuk akses internet, dari diskusi dengan beberapa teman di sana, Medan memiliki jumlah warnet dan game center yang cukup banyak, pengunjung rata-rata remaja, kecepatan internet yang saya rasakan sendiri di hotel juga cukup baik. Medan juga dikenal sebagai orang yang konsumtif, mereka melek tren, seperti Blackberry dan iPhone, meski masih dimiliki kalangan tertentu, namun dari peserta yang saya lihat, mereka juga ada yang menggunakan ponsel BlackBerry, iPhone dan juga Android, namun feature phone masih menjadi ponsel yang dimiliki hampir sebagian besar peserta.
Jika kita melihat data dari tulisan Rama di DailySocial beberapa waktu lalu (yang mengutip grafik dari penelitian yang dilakukan majalah Marketeers) Medan memang masih memiliki tingkat penggunaan media internet yang masih rendah, setidaknya jika dibandingkang dengan kota Banjarmasin, Surabaya dan Semarang, namun tingkat kepemilikian laptop sudah cukup besar, lagi-lagi saya melihat kondisi yang mirip dengan kota bandung 3-4 tahun ke belakang, sebelum tren tablet menggantikan kepemilikan laptop.
Medan memiliki potensi yang cukup besar, setidaknya dari antusiasme yang diperlihatkan pada beberapa event, yang digelar pada hari yang sama, bahkan event mobile yang disponsori Nokia ini menjadi salah satu acara yang pesertanya paling banyak, padahal biaya yang dikeluarkan cukup besar, saya jadi berpikir jika acara seperti ini diadakan di Bandung, bahkan dengan pembicara yang lebih banyak belum tentu bisa menarik peserta sebanyak ini. Meski memang ada harga diskon dan kemudahan lain untuk peserta tertentu, misalnya kalangan pendidikan. Namun bagi saya tetap memperlihatkan antusiasme masyarakat Medan akan berbagai hal yang berhubungan dengan penggunaan dan pemaksimalan teknologi khususnya internet dan mobile, meski, seperti yang saya jelaskan di atas, tingkat kemampuan dan memaksimalkan peluang masih harus dikembangkan.
Jika kota besar, misalnya Bandung dan kini beberapa kota lain seperti Jogja, Surabaya, Malang dan Bali mulai menunjukkan potensinya untuk usaha awal berbasis internet, Medan bisa jadi, dalam 2-3 tahun ke depan akan menjadi kota yang memiliki potensi yang besar pula. Pasar masih teramat besar di Indonesia, dan ini peluang yang harus dimanfaatkan, tidak hanya oleh perusahaan teknologi yang sudah mapan, tetapi juga oleh startup Indonesia.
Sign up for our
newsletter