1. Startup

Founder IDEAL Bicara tentang Proses Inkubasi Ide, Produk, dan Inovasi

Wawancara dengan Co-founder IDEAL Albert R. Surjaudaja dan Indira Nur Shadrina

Baru-baru ini, IDEAL memulai debutnya usai memperoleh pendanaan pra-awal senilai $3,8 juta atau senilai 57 miliar Rupiah. Pendanaan akan dimanfaatkan IDEAL untuk mempercepat digitalisasi proses pembiayaan dan pengelolaan hipotek di Indonesia.

IDEAL didirikan oleh Albert R. Surjaudaja, Ian Daniel Santoso, Indira Nur Shadrina, dan Jeganathan Sethu. Aplikasi IDEAL baru meluncur pada pertengahan Juli 2022 dengan fokus awal pada produk hunian baru atau primer. Tahun ini, IDEAL juga telah menunjuk Chief Technology Officer dan menambah jumlah timnya.

DailySocial.id berkesempatan berbincang singkat bersama Co-founder IDEAL Albert Surjaudaja dan Indira Nur Shadrina untuk mengulik perjalanan di tahun pertama membangun platform.

Validasi masalah

Ide mengembangkan IDEAL bermula dari observasi para founder terhadap pasar consumer lending di Indonesia. Menurut Albert, pasar consumer lending belum terserap optimal dan prosesnya belum sepenuhnya terdigitalisasi. Sektor perbankan masih menggunakan cara tradisional untuk menyalurkan kredit maupun KPR.

Selain itu, platform digital di Indonesia banyak fokus pada produk pinjaman konsumtif, paylater, dan P2P lending. Situasi ini memberi peluang besar bagi mereka untuk memberikan experience lebih baik pada consumer lending.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, industri KPR lokal bernilai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Adapun, Gen Y dan Gen Z diprediksi mendominasi populasi pekerja dalam sepuluh tahun ke depan, yang juga akan menjadi target pasar utama di sektor properti.

Kemudian, tim IDEAL melanjutkan pengembangan ide dengan melakukan riset pasar pada Juli 2021. Tujuannya adalah memvalidasi ide dan mengumpulkan feedback menyeluruh terkait pengalaman pengajuan KPR.

"Dari survei kami, kami coba validasi masalah apakah ide kami bisa helpful bagi mereka. Apalagi jarang sekali orang kini membeli rumah dengan hard cash. Jadi, kami pikir semua orang punya problem sama. Nah, kami ingin bantu di every stage of people's live, tetapi tidak dengan produk konsumtif," ungkap Indira.

Produk MVP

Untuk tahap awal, IDEAL mengembangkan produk untuk membantu menyederhanakan proses pengajuan KPR pada hunian baru (primer). Pasar primer dinilai menjadi entry point yang tepat karena ekosistemnya lebih siap dibandingkan pasar properti sekunder.

Di samping itu, ujar Indira, pembelian hunian primer tidak melalui proses penaksiran harga rumah (appraisal) sehingga physical presence hanya dibutuhkan saat penandatanganan kredit. Berbeda dengan hunian sekunder yang memerlukan pihak ketiga karena ada proses appraisal.

Bagi founder, ini menjadi momentum tepat karena akselerasi digital banyak terjadi di masa pandemi, misalnya verifikasi data bisa dilakukan secara online melalui Dukcapil atau Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pasar primer juga dinilai mulai diminati karena dorongan produktivitas dengan adanya pemberlakuan kerja dan sekolah dari rumah.

IDEAL berupaya menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pengajuan KPR yang rumit dan memakan waktu. IDEAL menawarkan sejumlah fitur unggulan, seperti pengajuan KPR ke beberapa bank dan instant credit checking. Selain itu, IDEAL juga telah menerapkan ISO 27001 untuk keamanan data.

Untuk saat ini, tambah Albert, IDEAL masih fokus untuk mencapai product-market fit dalam beberapa bulan ke depan. Pihaknya juga akan mendorong edukasi pasar terkait pengajuan KPR secara digital mengingat cara ini masih dianggap baru bagi masyarakat.

Selanjutnya, IDEAL akan memperluas layanannya ke pasar hunian sekunder dan pengalihan kepemilikan (takeover). Pihaknya juga akan memperkuat ekosistem layanannya dengan menambah lebih banyak mitra bank dan developer.

Inovasi

Albert menilai saat ini pertumbuhan proptech di Indonesia banyak didorong oleh platform yang memfasilitasi jual-beli atau sewa rumah. Dalam konteks inovasi, pelaku startup berupaya mengembangkan fitur listing atau pencarian properti untuk mempermudah pengalaman pengguna.

More Coverage:

Ia juga menyoroti bahwa pasar properti, terutama di Indonesia, masih membutuhkan human touch. Meski prosesnya sudah terdigitalisasi, rata-rata masyarakat tetap memerlukan pengecekan properti secara langsung. "Kita tidak bisa eliminate human touch. What we can help adalah maintain itu dan membantu mereka narrow down the choices. Dengan begitu, mereka sudah tahu mana yang ingin dilihat. Tidak perlu menunda-nunda lagi," tambahnya.

Merefleksi dari perkembangan tersebut, IDEAL berupaya meningkatkan hasil pencarian demi memberikan experience lebih baik. Pihaknya juga tetap mempertahankan aspek human touch untuk mendapatkan trust dari pengguna. Dari sisi opsi pembiayaan dan KPR, IDEAL telah melakukan kurasi sehingga dapat menampilkan pilihan properti yang akurat sesuai kebutuhan calon pembeli, misal properti yang bekerja sama dengan bank tertentu.

"Pengalaman customer tidak ada yang sama atau terstandar. Semua bersifat individual dan agent-driven experience. Namun, ini akan membantu IDEAL untuk memahami kebutuhan customer dengan journey process yang lebih terstandardisasi. Mengingat ini big purchase, kami tetap sediakan IDEAL specialist bagi customer yang berkomunikasi lebih lanjut," ujar Indira.

Saat ini, pihaknya tengah mengajukan lisensi Inovasi Keuangan Digital (IKD) ke OJK untuk memperkuat kredibilitas layanannya. Adapun, IDEAL telah memiliki lisensi Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dari Kominfo dan terdaftar sebagai member Asosiasi Fintech Indonesia. (AFTECH).

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again