Fresh Graduate: Memulai Karier di Korporasi atau Startup
Beberapa poin kunci, seperti kultur bisnis, misi, cakupan, dan tunjangan menjadi pembeda ara korporasi dan startup
Meskipun istilah startup (mengacu pada startup teknologi) masih asing bagi sebagian besar masyarakat umum, namun bagi kalangan IT, termasuk mahasiswa, saat ini bisnis tersebut terlihat begitu menawan. Beberapa praktisi dan pakar bahkan begitu menyarankan bagi seorang fresh graduate untuk bergabung di startup guna mengilhami kultur kerja di dalamnya yang syarat dengan perjuang. Meskipun demikian nyatanya korporasi lebih menjanjikan banyak hal. Lalu sebenarnya mana yang lebih menguntungkan bagi pengembangan karier seorang fresh graduate berkompetensi IT, bergabung di perusahaan yang sudah mapan ala Microsoft atau Google, atau menjadi bagian di startup potensial ala Traveloka, Go-Jek atau lainnya.
Pada dasarnya bagi seorang fresh graduate masih butuh belajar banyak hal. Belajar mengimplementasikan apa yang telah lama dipelajari ke dalam lingkungan praktis. Kunci utamanya adalah “belajar”, karena proses ini yang akan membuka peluang kepada karir yang gemilang. Lalu kaitannya apakah harus memilih korporasi atau startup untuk tempat bersinggah, ini sebenarnya hanya masalah preferensi pribadi. Untuk lebih membuat yakin akan pilihannya, beberapa kriteria berikut mungkin bisa menjadi sebuah landasan untuk menentukan tempat berkarier.
Kesempatan untuk belajar
Beberapa perusahaan besar begitu peduli dengan pengembangan sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Mereka memiliki budget yang lebih besar untuk mendatangkan mentor handal untuk meningkatkan kompetensi pegawainya. Akan berbanding terbalik jika membandingkan dengan kapabilitas startup secara umum, mungkin fasilitas yang disajikan tidak akan semewah dari korporasi, namun startup cenderung lebih terbuka.
Artinya seseorang dapat belajar secara langsung, proses bisnis secara end-to-end meskipun dengan skala kecil. Namun kini jika melihat di Indonesia, mentoring di level startup pun juga sudah banyak melibatkan orang-orang berkelas. Dukungan dari makin banyaknya investor yang mulai meyakini potensi bisnis startup.
Kesempatan untuk mengembangkan kompetensi
Bekerja di perusahaan kebanyakan akan menuntut seseorang fokus di area pekerjaan tertentu, misalnya seorang staf IT hanya mengurus pusat data atau khusus memprogram. Struktur proyek di perusahaan memang lebih rapi dan disiplin, wilayah kerja didefinisikan secara detil. Kadang sulit untuk bisa masuk mencicipi ke area lain.
Di startup, struktur proyek di dalamnya lebih elastis. Jumlah tim yang kadang masih terbatas mau tak mau memberikan job-desk yang kadang rangkap kepada seseorang. Namun justru ini kesempatan untuk menjajaki kompetensi diri, sehingga lebih cepat menemukan yang pas.
Kenyamanan bekerja tetap harus diperhitungkan
Beberapa perusahaan besar mendesain kantor dan ruang kerja sebegitu kreatif, bahkan benyak di antarnaya yang memiliki cafe pribadi, lapangan tenis, kolam renang hingga ruang khusus bermain game. Namun di startup seperti di DailySocial pun kultur keceriaan masih disatukan dalam keseharian. Di kantor terdapat meja pingpong dan console game yang siap menyegarkan pikiran saat penat. Acara tahunan seperti berlibur bersama juga terselenggara. Bahkan hubungan persahabatan lebih lekat di dalamnya, karena satu dengan yang lain cenderung lebih terhubung secara personal.
Kini kesempatan terbuka begitu lebar untuk lulusan IT untuk berkarier, baik untuk masuk ke dalam korporasi ataupun startup. Bekerja pada dasarnya haruslah dilakukan dengan nyaman, kesesuaian misi, kultur, orang-orang di dalam bisnis, terlepas dari ukurannya korporasi ataupun startup, menjadi penting untuk diperhatikan. Hal ini juga bergantung kepada tujuan hidup seseorang dan apa yang ingin segera dicapai.
Sign up for our
newsletter