[Guest Post] Angry Birds Adalah BRAND
Editor : Berbicara soal startup memang tidak bisa lepas pada "branding", dan kali ini Narenda Wicaksono akan sedikit bercerita pengalamannya menghadiri CommunicAsia dan pandangannya mengenai Angry Birds dan branding.
Pada ajang CommunicAsia 2011 minggu lalu Singapura, para developer Indonesia dari Agate Studio, GITS Indonesia, Kompas, dan ITB mendapatkan kesempatan untuk hadir pada sesi seminar salah satu punggawa Rovio Mobile tentang “The Making of Angry Birds”, setelah itu para developer Indonesia berkesempatan untuk makan siang bersama dan mendapatkan banyak cerita tentang kiprah perusahaan tersebut.
Lahir dari Mobile Developer Competition
Pada tahun 2003, trio mahasiswa dari Helsinki University of Technology yaitu Niklas Hed, Jarno Väkeväinen, dan Kim Dikert berpartisipasi pada kompetisi pengembangan mobile game yang disponsori oleh salah satu perusahaan handset di Finlandia. Pada waktu itu mereka memenangkan kompetisi tersebut dengan multiplayer game “King of the Cabbage World” dan pada akhirnya membuat mereka memutuskan untuk membuat startup yang disebut “Relude”. Mobile Game “King of the Cabbage World” sendiri akhirnya dijual ke “Digital Chocolate” dan berganti nama menjadi “Mole War”. Game tersebut akhirnya menjadi mobile game komersil pertama didunia yang real time dan mendukung multiplayer! Delapan tahun silam.
Kepuasan Batin
Pada tahun 2005 Relude mendapatkan investasi dari angel investor dan berubah nama menjadi Rovio Mobile. Rovio Mobile pada awalnya fokus mengerjakan custom development (aplikasi pesanan). Project yang dikerjakan adalah mobile game sekelas Need for Speed for Mobile. Banyak sekali tantangan yang didapatkan untuk mengerjakan aplikasi pesanan, namun pada akhirnya mereka mentok disatu hal, “kepuasan batin”. Selain mereka hanya mendapatkan “one time payment”, model bisnis ini tentu sangat tidak sustain. Beberapa publisher ternama memang memberikan opsi royalty, namun prosentasi yang didapat tidak sebanding dengan total revenue dari game yang dirilis.
Tukang Jahit
Bosan menjadi tukang jahit, Rovio Mobile mulai mengeluarkan produknya sendiri. Pada bulan December 2009 Rovio Mobile melansir mobile game ke 52 mereka, yaitu Angry Birds. Saya rasa tidak perlu dijelaskan soal game ini. Kita semua tahu bahwa game ini sangat fenomenal. Ratusan juta dollar didapat oleh Rovio Mobile, 25 % revenue dari paid apps, 30% dari ads, dan sisanya dari merchandize. Rovio Mobile saat ini menguasai 30% dari total revenue yang didapatkan oleh AdMob tiap bulan, cukup luar biasa untuk ukuran perusahaan dengan 120 orang. Pada bulan Maret 2011, Rovio Mobile mendapatkan suntikan dana segar sebesar 42 juta dollar dari Accel Partners, Atomico, dan Felicis Ventures.
Gameplay is a power, but character is more
Apakah yang membuat Angry Birds begitu sukses? Pertama, satu statement yang membuat saya sampai merinding adalah “Gameplay is a power, but character is more”. Kita bisa melihat bahwa semua detail dari character yang ditampilkan dari mulai icon, gambar burung, babi, hingga suara. Kita bisa langsung mendengar suara khas dari burung di Angry Birds saat seseorang memainkan game tersebut dekat kita. Saya sempat bertanya kenapa burung dan babi? Beliau menjawab karena pada saat Angry Birds diluncurkan flu burung dan babi sedang menyerang Eropa. Penting sekali untuk mendapatkan momentum dimana hal yang dibicarakan oleh masyarakat dijadikan sebuah komoditas.
Angry Birds is a brand
Saat perencanaan pembuatan Angry Birds, pendekatan yang diambil oleh Rovio Mobile bukan sekedar membuat another mobile game, bukan juga membuat sebuah produk, namun “Angry Birds is a brand”. Sebuah kata-kata sangat kuat yang membuat saya terperangah. Disaat startup Indonesia berlomba-lomba untuk membuat company yang bisa dijual dengan produk yang tidak jelas business modelnya. Saya melihat bahwa pendekatan ini yang sudah jauh kedepan.
Kerjasama dengan Brand Handset
Angry Birds Magic akan hadir gratis sekaligus preloaded di Nokia N9. Angry Birds Magic akan menjadi game mobile sekaligus aplikasi komersil pertama di dunia dengan NFC. Rovio Mobile pun memutuskan menggunakan kata Magic untuk mengurangi kompleksitas disisi consumers dengan kata-kata “Near Field Communication”. Apalah arti teknologi jika menjadi resisten saat digunakan. Rovio Mobile akan mengeluarkan merchandize boneka dengan chip NFC didalamnya untuk unlock beberapa level di Angry Birds Magic. Sebuah monetization model yang luar biasa!
Kesimpulan
Bagi semua rekan-rekan enthusiast, indie developers, maupun startup, ijinkan saya berbagi 4 point utama
- Manfaatkan Momentum! Saat principal manapun menunjukan dukungan terhadap kalian, jangan sia-siakan kesempatan ini untuk mengasah keterampilan, unjuk diri dengan kompetisi, ataupun mendapatkan dukungan marketing.
- Jangan Pernah Menyerah! Angry Birds bukan merupakan game pertama, bukan kesepuluh, bukan juga ke tiga puluh dari Rovio Mobile, namun Angry Birds adalah mobile game ke 52! No pain no gain kawan.
- Gameplay is a power, but character is more! Semua sample code di platform apapun untuk membuat game sudah tersedia beberapa repository. Bahkan physic engine seperti yang digunakan oleh Rovio di Angry Birds dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. Tidak perlu “rocket science” untuk membuat aplikasi saat ini. Himbauan bagi para developer, silahkan berkolaborasi dengan designer untuk mendapatkan detail yang terbaik dari aplikasi kalian.
- Making a brand, pendekatan ini tentu sangat berbeda dengan just making another product. Pendekatan yang sangat kompleks dan menyeluruh akan menjadi bagian dari diskusi yang sangat menarik saat sudut pandang ini diambil.
Semoga acara seperti Mobile Game Developer War dapat menjadi trigger untuk kelahiran startup dari Indonesia yang dapat menghasilkan brand yang dapat mendunia dengan jutaan orang diberbagai dunia yang memanfaatkannya. Syukur-syukur tokoh budaya lokal bisa menjadi salah satu icon-nya.
Narenda Wicaksono, seorang developer yang juga menggeluti teknologi infrastruktur. Ex Most Valuable Professional dan Technical Evangelist di Microsoft. Founder dan Pengasuh Nokia Indonesia Community Enthusiasts dan Indonesia .NET Developer Community. Saat ini bekerja di Nokia Indonesia fokus menjadi pengasuh para developer mobile di Indonesia.
Tertarik menulis guest post di DailySocial? Kirimkan artikel anda ke wiku@dailysocial.net
Sign up for our
newsletter