Hal-Hal yang Harus Diketahui Pengembang Sebelum Melepas Mobile Game di Indonesia
Menurut CEO Touchten Anton Soeharyo, faktor yang harus diketahui adalah peluang pertumbuhan, pendapatan, dan tantangan di pasar industri mobile game Indonesia
Besarnya potensi pasar Indonesia telah banyak menarik minat berbagai pihak dari bermacam industi untuk mencoba masuk dan mencicipi kuenya, termasuk yang bermain di industri mobile game. Namun tanpa mengetahui seperti apa kondisi pasar Indonesia, bukan tak mungkin pengembang dapat kehilangan momentumnya. Dalam ajang China-Indonesia Mobile Game Conference (CIMGC), CEO Touchten Anton Soeharyo menjabarkan beberapa hal yang harus diketahui pengembang sebelum memutuskan melepas produknya di pasar Indonesia.
Touchten adalah salah satu pengembang permainan mobile terkemuka asal Indonesia. Saat ini Tochten telah tumbuh menjadi tim yang berjumlahkan 30 orang dan terakhir mendapatkan pendanaan seri C dari GREE. Mimpi terbesar mereka adalah untuk menjadi game developer nomor satu di Indonesia secara mutlak.
Terkait dengan industri mobile game itu sendiri, kemarin, dalam ajang CIMGC, Anton menyampaikan beberapa hal yang sepatutnya diketahui oleh pengembang sebelum mereka memutuskan untuk melepas mobile game ke pasar Indonesia. Mulai dari Peluang Pertumbuhan, Fakta Peningkatan Pendapatan, hingga Tantangan.
1. Peluang Pertumbuhan
Indonesia berada di tiga peringkat terbawah dalam hal total pendapatan di kawasan Asia Tenggara bersama dengan Vietnam dan Filipina dengan perolehan USD 204 berdasarkan laporan Newzoo. Pun demikian, jika melihat perbandingan perolehan pendapatan dan jumlah penduduk, dapat disimpulkan bahwa peluang pertumbuhan Indonesia masih sangat besar di sini. Anton sendiri optimis bahwa Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya karena 40% total populasi ASEAN berasal dari Indonesia.
Selain itu, Anton juga menyoroti mengenai penetrasi perangkat smartphone di Indonesia yang begitu tinggi dan Android sebagai pangsa pasar terbesar di Indonesia (59,1 %). "Jadi bila ingin melepas mobile game (di Indonesia), Anda harus mempertimbangkan perangkat Android terlebih dahulu," kata Anton.
2. Peningkatan Pendapatan
Anton menyebutkan bahwa di tahun 2014 lalu, lima aplikasi terlaris di Google Play untuk pasar Indonesia berhasil memperoleh revenue mencapai USD 545 ribu dan untuk App Store mencapai USD 308 ribu (Total USD 853 ribu) per bulannya. Angka ini mengalami peningkatan di tahun berikutnya menjadi USD 1,6 juta, Google Play dan App Store, per bulan. Menurut laporan Newzoo sendiri, Indonesia adalah pasar yang dengan peningkatan pendapatan tercepat di Asia Tenggara dengan persentase mencapai 37,3%.
Anton mengatakan, "Bisa dilihat angkanya (revenue) di sana naik meski belum sesuai dengan yang kita harapkan."
3. Tantangan yang dihadapi pengembang Indonesia
Tak jauh berbeda dengan Andy, sebagai pihak pengembang mobile game, Anton juga merasakan beberapa tantangan yang kurang lebih sama. Pertama yaitu rendahnya kecepatan internet yang berimbas ke aspek lainnya.
Anton mengatakan, "Internet Indonesia masih sangat lambat, 3G Indonesia adalah sebuah kebohongan. Karena lambat, saya rasa ada baiknya pengembang dari luar menghindari untuk menghadirkan Downloadable Content (DLC). Sebab, orang Indonesia cenderung enggan untuk mengunduh DLC dan menghabiskan kuota mereka."
"Meskipun itu (game/DLC) labelnya gratis, untuk pengguna di Indonesia itu tidak gratis. Ini karena untuk mengunduh konten tersebut butuh kuota dan di Indonesia, kuota itu di beli," tambah Anton.
Meskipun demikian, Anton juga mengakui bahwa jika dibandingkan kondisinya dengan lima tahun lalu, kecepatan Internet Indonesia juga telah jauh lebih baik.
Kedua, yakni masalah metode pembayaran. Menurut Anton, ini adalah masalah utama pihak pengembang game, yakni kesulitan menemukan cara monetasi. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia. Touchten mencoba mengatasi ini dengan menerakan konsep O2O, di mana pengguna dapat mengumpulkan poin virtual yang dapat bisa dikonversikan menjadi produk.
Sign up for our
newsletter