IF Media : Online Multimedia Experience
Online magazine? Sudah banyak dan terdengar umum dan juga sudah ada lumayan banyak di Indonesia (NavinoT pengecualian lho ya). Namun IF Media ini berbeda dengan online magazine lainnya, pasti anda setuju kalau sudah melihatnya secara langsung. Coba saja baca edisi perdananya bulan ini, anda akan dimanjakan dengan Flash multimedia, sebuah pengalaman membaca yang unik dan menyenangkan. Tentu saja untuk anda yang bermasalah dengan bandwith internet, IF Media juga menyediakan versi teks biasa.Design situsnya pun memperkuat tema magazine dengan image-image yang mendominasi tampilan, bersih, rapi, dan menyegarkan.
Dan kebetulan saya juga bertemu secara online dengan IF Media di Twitter dan cukup aktif dalam menyebarkan informasi-informasi seputar kegiatan di IF Media. Pastinya langsung saya follow back dan saya todong untuk interview via email. Berikut isi wawancara tersebut.
Oke, sebelumnya tolong perkenalkan diri anda dan jabatan di If Media.
Pertama-tama saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas kesediaan Dailysocial untuk meluangkan waktunya untuk menelusuri "experience" yang kami tawarkan. Nama saya Mirza Natadisastra, di IFmedia saya bertindak sebagai Editor-in-Chief dan juga sebagai pengisi content dari IFmedia ini.
Sepertinya masih ada beberapa teman-teman pembaca yang belum tahu mengenai If Media ini, bisa tolong dijelaskan sedikit mengenai apa itu If Media? Sejarah berdirinya If Media, dan juga perkenalkan tokoh-tokoh yang ada di belakang If Media.
Orang-orang di belakang IFmedia terdiri dari Zio Stamboel, seorang multimedia junkie dan juga designer multimedia kita yang berlatar belakang pendidikan di multimedia juga, kemudian ada Adimas Adiwoso, tech guy kita yang handal dalam bahasa programming, dan juga sangat aktif dalam dunia internet. Kemudian kita memiliki Mikael Mirdad dan juga Dhani Oetojo sebagai Marketing dan Management team IFmedia.
Konsep majalah online yang diusung oleh If Media ini sangat menarik, meskipun tidak 100% original namun merupakan early player untuk pasar Indonesia. Apa sih latar belakang yang membuat anda memilih konsep online magazine ini?
IFmedia merupakan proyek ambisius yang sudah ada di otak para pendirinya dari awal 2008 ketika beberapa dari kami masih bersekolah di Sydney, Australia. Ketika kami berhasil menyelesaikan studi kami di akhir 2008, mulailah perjalanan kami berkutat dengan IFmedia. Kami sering menemui beberapa media yang menganggap bahwa media print dan online adalah sama, yaitu hanya memindahkan content dari print ke medium layar komputer. Kami ingin menegaskan bahwa statement itu sangatlah salah, bahwa medium online merupakan sebuah medium yang sangat berbeda baik dari cara pandang pembaca maupun si penggagas konten. Maka dari itu lahirlah IFmedia yang tidak terbatas dalam hal space, kami tidak mengenal majalah yang mengganggu pembaca melihat foto bagus karena ada lipatan di tengahnya.
IF media memfokuskan diri untuk mengangkat isu-isu seputar pop culture, arts, dan current affairs. Apakah harus memilih-milih isu? kenapa tidak mengambil isu-isu secara bebas dan tematik saja? Dan kenapa isu-isu ini yang dipilih, ada alasan khusus?
Background orang-orang di balik IFmedia juga merupakan kombinasi yang unik, yang memunculkan konsep Current Affairs, Culture, and Arts di dalam IFmedia. kami merupakan jiwa-jiwa muda Indonesia yang mengerti pentingnya tiga hal ini dalam kehidupan kami. Kami merupakan manusia-manusia muda yang sadar akan keadaan pop-culture, dan juga merupakan media junkie. Kami sangat menikmati lelucon-lelucon Tina Fey, baik dalam serial 30 Rock maupun dalam acara-acara lainnya, dan juga bagaimana Radiohead menyebarkan album terbarunya melalui dunia maya. Kami juga melihat perkembangan Smartphone Blackberyy dan juga Frozen Yogurt Soursally yang sangat menjamur di masyarakat Jakarta. Selain itu, kami juga mengerti mengenai peta politik dan koalisi yang sedang hangat dan apabila kami ditanya siapakah Sutrisno Bachir, kami pun bisa menjawabnya. (bukan berarti IFmedia merupakan usungan partai, hanya sekedar contoh). Dan juga bagaimana orang-orang IFmedia mengikuti siaran langsung penghitungan suara Obama dan mendengarkan pidatonya hingga mengikuti penyebaran Swine Flu di dunia. Curiosity kami akan Current Affairs, Art, dan Culture inilah yang menyebabkan mengapa kita mengangkat 3 tema ini menjadi dasar IFmedia.
Jujur, saya suka sekali dengan movie-style magazine yang ditampilkan oleh IF media. Aseli, Keren! Namun hal ini juga membuat saya bertanya-tanya. Anda tentu sudah familier dengan kondisi internet di Indonesia, mengapa memilih Flash Movie? Padahal pengguna internet di Indonesia sendiri masih sedikit yang memiliki kecepatan internet yang memadai untuk sebuah Flash Movie (meskipun IF Media juga menyediakan versi text).
Mengenai flash movie, kami juga tahu akan keadaan internet disini seperti apa, akan tetapi kami optimis, dengan adanya animo masyarakat, maka ke depannya internet akan semakin murah dan semakin cepat. Kami menganggap IFmedia mencuri start dan juga menanggap ini sebagai investasi ide untuk 5 tahun ke depan. Oleh karena itu saat ini kami masih memfokuskan diri kepada masyarakat Jakarta yang memang sudah mulai mengenal internet, dan juga beberapa teman kami yang sedang menjalankan studi dimana pun di dunia.
Dari sisi bisnis, apakah IF media memiliki dukungan dari perusahaan / company? Atau self-funding? Lalu bagaimana IF Media berencana untuk me-monetize konten? Kalau melihat dari kasus JPG Magazine, tentunya hal ini sangatlah menentukan.
Untuk urusan bisnis, kami sangatlah self-funded, dimulai dengan modal kecil dan juga keinginan dan passion akan project ini, kami berhasil mempublish IFmedia dalam jangka waktu kurang lebih 5 bulan dari awal kami mulai mengerjakannya. Untuk itu, kami juga menyediakan space untuk iklan, mungkin untuk edisi ke depannya kami akan ada iklan, baik di majalah online kami, maupun di halaman website kami.
Dari sisi marketing, saya lihat IF Media memanfaatkan situs-situs jejaring sosial seperti Twitter dan Facebook. Bagaimana IF Media menggunakan layanan-layanan ini? Dari sisi mana saja situs-situs ini berguna untuk marketing IF Media? Dan bagaimana hasilnya sampai sekarang?
Twitter dan Facebook, kami melihat itu adalah hal termudah, termurah, dan salah satu yang paling efektif. Facebook merupakan salah satu alat yang membantu Obama memenangi kampanye nya, mengapa kami tidak bisa menggunakannya sebagai alat untuk mengenalkan IFmedia kepada masyarakat luas.
Menurut IF Media, apa sih kekuatan lebih dari media online jika dibandingkan dengan media print (cetak)?
Seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya, mengenai perbedaan print dan medium online. Medium online tidak terkenal akan batasan, apabila orang hanya melihat text dan juga gambar pada medium print, kami mengedepankan konsep multimedia yang menggabungkan text, foto, video, audio, slideshow, dan juga interactivity. Banyak dari media cetak yang pindah ke media online hanya sebatas memindahkan konten,itu sangatlah diharamkan di IFmedia. Kami ingin mengajak audience IFmedia kedalam sebuah perjalanan baru, kami menyebutnya IFmedia experience, yaitu sebuah pengalaman menelusuri media online yang belum ada di Indonesia (Kami merupakan yang pertama mengangkat konsep seperti ini, apabila research kami tidak salah).
Lalu keunggulan IF Media dari situs-situs portal berita yang sejenis?
Keunggulan yang kami tawarkan adalah pengalaman multimedia itu sendiri, yang di sertai dengan isi yang juga berbobot dan mengajak audience kami untuk tidak sekedar mendapat hiburan tetapi juga ikut berpikir mengenai isu-isu yang ada di jakarta. Sedangkan ke depannya, kami menginginkan IFmedia menjadi sebuah komunitas bagi masyarakat Jakarta, bagi siapapun yang memiliki sebuah karya seni, baik itu film pendek, video klip, maupun karya seni digital. kami akan sangat senang untuk menampilkannya di IFmedia, karena kami tidak terbatas oleh jumlah halaman.
Tertarik? Silahkan langsung berkunjung ke situs IF Media dan buktikan pengalaman membaca online magazine yang unik. Jangan lupa juga untuk mem-follow IF Media di Twitter, Plurk dan Facebook.
Sign up for our
newsletter