1. Startup

Implementasi Lanjutan Big Data, Go-Jek Segera Rilis Prediksi Pemesanan Makanan untuk Mitra Pengemudi

Menjadi upaya memberikan pelayanan terbaik, di tengah ketatnya persaingan layanan on-demand di tanah air

Sebagai bentuk implementasi dari pemanfaatan big data, Go-Jek segera merilis fitur prediksi permintaan pesanan makanan untuk layanan Go-Food. Nantinya mitra pengemudi akan diberitahu oleh sistem Go-Jek lokasi restoran mana saja dalam kurun waktu 30 menit mendatang, akan ramai dipesan pengguna. Rencananya tambahan fitur ini akan siap diterapkan pada satu bulan mendatang.

"Sebulan lagi bakal live. Driver akan dapat notifikasi dalam 30 menit mendatang, lokasi restoran mana yang akan banyak di-order pengguna," terang Co-Founder & Head of Business Intelligence Go-Jek Kevin Aluwi kepada DailySocial.

[Baca juga: Kevin Aluwi Ceritakan Peran “Business Intelligence” dalam Bisnis GO-JEK]

Pengembangan fitur ini, menurut Kevin, akan sangat berdampak pada upaya perusahaan untuk terus meningkatkan pelayanan kepada pengguna. Apalagi, di tengah ketatnya persaingan dengan aplikasi ride hailing lainnya di tanah air, mau tak mau harus membuat Go-Jek terus berinovasi dengan cepat.

Kehadiran tim Business Intelligence yang kini dipimpinnya membuat proses pengambilan keputusan tim Go-Jek jadi lebih cepat, tepat sasaran, dan lebih efisien.

Tak hanya digunakan untuk meningkatkan pelayanan ke pengguna, tim Business Intelligence juga menerapkan big data untuk konsumen maupun karyawan Go-Jek itu sendiri. Misalnya, untuk mengetahui performa karyawan Go-Jek telah tersedia survei yang digunakan dalam menilai kualitas diri.

"Ini baru kita kerjain, ini [data science HRD] menarik. Gimana kita ngerti performance karyawan dan tim, serta membangun tim berdasarkan hasil survei yang diklaim pribadi. Ke depannya, kami akan terapkan penilaian lebih detil, bagaimana menilai performa dari data yang diklaim karyawan dibandingkan dengan masukan dari orang lain."

Adapun pemanfaatan data science untuk konsumen, sambung Kevin, banyak diarahkan untuk kebutuhan tim pemasaran Go-Jek dalam mengakuisisi konsumen baru dengan memberikan voucher gratis. Mengingat, aplikasi sangat erat kaitannya dengan churn rate yang tinggi.

"Kita bisa pakai [data] untuk drive konsumen yang kita lihat rawan untuk churn, kita kasih mereka voucher gratis. Itu ada analisanya [dari data yang kita kumpulkan]."

Bangun budaya perusahaan berbasis data

Kevin menuturkan migrasi Go-Jek yang kini menjadi data-driven company merupakan suatu kebutuhan yang perlu dilakukan sebagai perusahaan teknologi. Big data menjadi suatu budaya yang perlu dibangun sejak Go-Jek berdiri. Hal ini dimaksudkan agar ke depannya seluruh karyawan Go-Jek dapat berkomunikasi berdasarkan data, bukan asumsi.

"Mandat pertama dari [tim Business Intelligence] adalah memberikan visibilitas ke seluruh tim apa yang sedang terjadi. Membantu menjawab persoalan yang dihadapi tim Go-Food, operasional, CS, kondisi kita sekarang gimana sih. Mau memastikan karyawan mengerti kondisi organisasi, fungsi mereka, dan ujung-ujungnya lebih dipakai untuk push decision agar bisnis lebih baik."

Data konsumen yang dikumpulkan tim Business Intelligence pun bermacam-macam, seperti data aktivitas para mitra pengemudi dan pengguna. Contohnya, lokasi penjemputan, drop off-nya, jarak yang ditempuh, dan sebagainya. Seluruh data tersebut kemudian diolah dan dianalisa menjadi bahasa sederhana yang dapat segera ditindaklanjuti.

"Karena ujung-ujungnya driver itu kunci dari bisnis kita. Bisnis kita cuma bisa berpengaruh dengan level service yang tinggi apabila jumlah drivernya banyak. Kuncinya kita harus investasi di akusisi driver, setelah itu demand-nya akan datang. Ini fungsi utama dari hadirnya tim BI," pungkas Kevin.

Application Information Will Show Up Here
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again