[INAICTA 2013] Hujan Uang Di Balik Kemarahan Para Burung dalam Angry Bird
Kolom ini adalah hasil kerja sama TRL dengan INAICTA. Ajang lomba karya cipta kreativitas dan inovasi di bidang TIK di Indonesia. Artikel ini menjadi semacam pengantar serta memberikan gambaran atas peluang untuk menjadi teknokreator lokal. Selamat membaca.
Kemajuan teknologi akhir-akhir ini yang begitu pesat membuka begitu banyak peluang bagi para teknokreator di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk berkreasi. Pesatnya perkembangan teknologi, ponsel adalah salah satunya, membuat banyak teknokreator dunia berlomba-lomba untuk menciptakan teknologi baru demi memudahkan hidup kita. 10 tahun yang lalu kita tidak pernah akan membayangkan bahwa kita bisa membuka email, membalas pesan teman, menulis blog dan mencari alamat pada saat yang bersamaan. Kehadiran app dalam smartphone kita menjadikan semua itu semudah menggerakkan jari.
Buktinya bisa kita lihat di iPhone App Store. Sejak diluncurkan pada Juli 2008, jumlah app yang tersedia di vendor mereka meledak. Menurut About.com, pada Januari 2013, tercatat ada 775,000 app yang tersedia dan siap untuk di-download (300,000 diantaranya khusus untuk iPad). Berdasarkan riset yang dilakukan ABI Research, ada sekitar 29 miliar app yang telah di-download pengguna smartphone di seluruh dunia hanya pada tahun 2011 saja. Dengan rata-rata 259 app yang di-install setiap orang pada smartphone mereka, menurut Lifehacker.com, kesempatan para teknokreator untuk berkarya dan mengeruk keuntungan semakin terbuka.
Salah satu contoh kisah sukses yang bisa dijadikan contoh adalah Angry Birds, salah satu app yang paling terkenal dan paling banyak di-download. Sejak diluncurkan pada akhir tahun 2009, game ini berhasil memikat jutaan orang. Rovio, developer game Angry Birds yang berasal dari Finlandia, sudah merilis 51 game sebelum kegilaan Angry Birds dimulai. Sampai akhirnya iPhone dirilis dan Rovio melihat peluang itu.
Jaakho Iisalo adalah seorang game designer dari Rovio yang mencintai Nintendo, berdasarkan wawancaranya dengan Edge-Online.Com. Kala itu Iisalo sedang mengerjakan sebuah game dan menyadari bahwa perusahaannya tidak memiliki banyak uang. Dengan kesederhanaan dan keterbatasan inilah ide untuk membuat game yang simple dengan burung pemarah sebagai tokoh utamanya muncul di kepala Iisalo.
Perjuangan Iisalo tidak sia-sia. Terbukti, sampai saat ini Angry Birds telah di-download 1,7 miliar orang. 25% dari angka tersebut rela merogoh dompet mereka demi membayar $ 0,99 yang membuat Rovio kini berharga lebih dari $ 2,25 miliar menurut Business Insider pada Februari 2012.
Kesuksesan Angry Birds membuka jutaan jendela peluang bisnis lainnya. Rovio kini sedang men-develop serial animasi yang diadaptasi dari game mereka. Serial animasi ini dapat diakses oleh 1,7 miliar orang yang telah men-download game ini dan akan disiarkan melalui Comcast (khusus untuk Amerika) dan Samsung Smart TV. Menurut Forbes.com, Rovio sudah menyelesaikan season pertama dari Angry Birds Toons yang berisi 52 episode dan sedang menyiapkan untuk season keduanya. Itu semua dan juga sebuah film animasi panjang yang rencananya akan dirilis pada tahun 2016.
Kesuksesan Angry Birds dan perjalanan perusahaan memang tampak seperti sebuah dongeng dan hampir tidak masuk akal. Tapi bukan berarti itu tidak bisa terjadi. Di Jakarta, sebuah perusahaan yang dibesut oleh empat anak muda (Yan Gunawan, Stefan Damasena, Raygen dan Indra Budiman) bernama Alegrium berhasil menciptakan kehebohan dengan game berjudul, Icon Pop Quiz.
Game yang menawarkan para user untuk menebak icon, karakter tv, film dan bahkan sekarang menjamur ke merk brand telah mengglobal dengan lebih dari 8 juta pengunduh dari seluruh dunia (3 juta diantaranya berasal dari US). Sejak dirilis pada November 2012 silam, game ini memang menarik banyak perhatian atas desainnya yang unik dan juga cara kerjanya yang simple. Begitu menarik perhatian sampai penyanyi terkenal Korea Selatan yang hits dengan Gangnam Style-nya itu memasang icon dirinya sendiri sebagai avatar akun Twitter-nya beberapa waktu lalu. Bukti bahwa Icon Pop Quiz begitu universal.
Yan yang baru saja mengunjungi Amerika mengatakan bahwa beberapa perusahaan di Amerika (termasuk record label) tertarik untuk berpartner dengan perusahaan yang beralamatkan di Permata Hijau, Jakarta itu.
Fakta mengenai kesuksesan kedua aplikasi tersebut menunjukkan bahwa yang dibutuhkan untuk menjadi sukses bukanlah modal yang berlimpah namun keberanian untuk mengolah kreatifitas dalam berkarya. Beruntung, saat ini di Indonesia sudah banyak ajang perlombaan yang memberikan kesempatan kepada para pengembang games dan aplikasi lainnya untuk unjuk gigi, salah satunya adalah Indonesa Information, Communication, and Technology Awards (INAICTA) 2013.
INAICTA adalah ajang lomba karya cipta kreativitas dan inovasi di bidang ICT terbesar di Indonesia yang digagas oleh Kementrian Informasi dan Komunikasi. Hadir untuk ketujuh kalinya pada tahun ini, INAICTA 2013 mengangkat tema “TEKNOKREASI : A NATION OF POSSIBILITIES”.
Dengan 21 kategori lomba, INAICTA membuka peluang dan kesempatan tidak hanya bagi para teknokreator yang sudah berpengalaman namun juga calon-calon teknokreator yang masih mengembangkan bakatnya. Pendaftaran INAICTA sudah dibuka dan akan ditutup pada 31 Juli 2013. Mimpi besar dimulai dengan langkah sederhana. Pilih kategori sesuai dengan passion-mu dan kirimkan karyamu ke www.inaicta.web.id sebelum 31 Juli 2013.
---
INAICTA (Indonesia ICT Award) 2013 adalah ajang lomba karya cipta kreativitas dan inovasi di bidang TIK terbesar di Indonesia. Memasuki tahun penyelenggaraan ke-7, INAICTA diselenggarakan untuk mendorong terus berkembangnya produk-produk TIK lokal dibarengi dengan peningkatan kualitasnya. Tidak hanya bagi pengembang perseorangan, tapi juga bagi perusahaan-perusahaan lokal. Harapannya agar nantinya para pengembang dan perusahaan lokal tersebut dapat tumbuh semakin banyak dengan tingkat kualitas yang juga semakin tinggi sehingga dapat menjadi penopang daya saing ekonomi nasional.
Sign up for our
newsletter