Tim Telkom University Kembangkan Integrated Traffic System

Sektor transportasi hingga saat ini masih menjadi agenda besar transformasi layanan publik di Indonesia. Pemerintah dan masyarakat masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk memperbaiki sistem transportasi publik yang ada. Melihat keadaan ini, tim ilmuwan yang diprakarsai Dr. Tauhid Nur Azhar dari Telkom University tidak tinggal diam. Melalui inovasi berbasis aplikasi mobile, mereka menciptakan sebuah alternatif solusi untuk meningkatkan keamanan sistem transportasi.

Sistem yang dijuluki Integrated Traffic System (ITS) tersebut bekerja dengan cara memindai gelombang otak pengemudi dan menggabungkan dengan data kondisi cuaca, kepadatan kendaraan, dan keadaan lalu lintas terkini untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan.

"Pada tahun 2013, saya sangat prihatin dengan tingkat kecelakaan yang tinggi dari berbagai jenis model transportasi. Saya mengusulkan penelitian untuk mengembangkan sebuah sistem teknologi untuk meningkatkan keselamatan transportasi, dan waktu itu disetujui," ujar Azhar menyampaikan latar belakang pengembangan ITS dalam wawancara dengan Wall Street Journal.

Azhar melanjutkan, " Saya bersama tim menggunakan indikator seperti data fisiologi dari masinis kereta dan pilot untuk mengukur kinerja mereka. Dari data yang terkumpul hasilnya mengejutkan, bahwa terdapat banyak operator transportasi yang bekerja di bawah tekanan psikososial yang sangat tinggi. Berdasarkan premis ini, kami membangun Brainstat."

Untuk memperoleh data gelombang otak, App tersebut menggunakan sebuah sensor yang dipasang pada tubuh manusia, seperti sebuah fitness band. Data tersebut dikelola dengan Brainstat, sebuah sistem deteksi berbasis sensor yang dikembangkan Azhar dan tim.

Proses kerja Brainstat ialah memindai gelombang otak pengguna dan mengirimkan data tersebut ke dalam aplikasi. Data tersebut meliputi informasi keadaan pengemudi, seperti tingkat kesadaran, tingkat stres, hingga tingkat oksigen dalam tubuhnya. Dengan algoritma yang ditanamkan dalam aplikasi, data tersebut dianalisis hingga memberikan sebuah simpulan tentang keadaan dan performa pengemudi.

Selain Brainstat, ITS juga memiliki sistem analisis data lingkungan. Sistem tersebut berguna untuk menentukan risiko yang ditimbulkan oleh kondisi lain  selain faktor pengemudi, seperti cuaca dan keadaan lalu litas. Saat ini tim ITS juga masih terus mengembangkan kemampuan analisis aplikasi hingga kepada sistem kendaraan, seperti untuk memastikan kebutuhan bahan bakar, memindai kualitas rem, dan untuk melakukan pengecekan komponen lainnya.

ITS juga telah diuji coba lebih dari 1.000 jam operasi oleh beberapa pengemudi alat transportasi, mulai dari pilot, masinis, hingga sopir bus umum.

Tim ITS sendiri saat ini telah menjalin kerja sama dengan institusi terkait, seperti Direktorat Jendral Penerbangan, karena mereka juga sedang mempersiapkan sebuah alat yang akan menjadi pendamping sistem keamanan penerbangan.

"Kami berharap ITS dapat diproduksi masal dan digunakan oleh perusahaan transportasi. Kami akan tetap melakukan penelitian untuk meningkatkan sistem akurasi sehingga dapat diintegrasikan lebih baik untuk sistem keselamatan transportasi," pungkas Azhar menyampaikan visi ke depan ITS.

Transformasi layanan publik tidak bisa dipasrahkan sepenuhnya begitu saja kepada pemerintah. Walaupun pemerintah memegang peranan kunci, namun masyarakat dan berbagai kalangan seperti akademisi sebenarnya juga dapat memberikan sumbangsih untuk percepatan transformasi tersebut.

Inovasi seperti ITS menjadi harapan baru bagi Indonesia yang lebih baik. Semoga ke depannya pemerintah dapat memberikan porsi lebih banyak untuk menganggarkan pengeluarannya untuk penelitian-penelitian yang berpotensi meningkatkan kualitas layanan publik di Indonesia.