Intel Perkenalkan Prosesor Core Generasi Kedua di Indonesia
Bertempat di fCone fX Senayan Level 7 Jakarta, Intel Indonesia memperkenalkan jajaran prosesor terbarunya yang merupakan bagian dari keluarga prosesor Core generasi kedua. Memiliki sandi nama Sandy Bridge, keluarga prosesor ini secara teknis menggunakan teknologi proses 32-nm, yang merupakan jarak antara sebuah transistor ke transistor yang lain. Terdapat seri baru Core i3, i5, dan i7 yang difokuskan untuk membantu produktivitas pengguna secara keseluruhan, terutama yang berhubungan dengan multimedia.
Acara dimulai dengan sambutan Debjani Ghosh, Director Intel Southeast Asia. Beliau mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar PC dengan pertumbuhan paling pesat di dunia. Tentunya selain yang berhubungan dengan produktivitas, penggunaan PC paling besar juga berhubungan dengan Internet. Berdasarkan survei disebutkan bahwa 40% konsumsi Internet berhubungan dengan multimedia, padahal kita tahu bahwa Internet di Indonesia secara umum tidaklah cepat-cepat amat.
Kita semua juga tahu statistik "luar biasa" Indonesia di ranah social media, seperti Facebook, Twitter, ataupun Foursquare, tapi itu semua itu tentu tidak banyak berarti bagi kita jika perangkat yang kita gunakan tidak well-rounded alias mampu mengakomodasi segala kebutuhan dengan performa yang mumpuni. Ini yang sebenarnya paling dicari oleh pasar pengguna komputer di Indonesia dan di sinilah teknologi prosesor Core generasi kedua hadir menjembatani segala kebutuhan.
Secara umum prosesor Core generasi kedua memiliki kemampuan jauh lebih baik ketimbang generasi sebelumnya (Nehalem). Intel mengklaim bahwa generasi terbaru ini performanya hingga 42 persen lebih cepat untuk pembuatan konten dan hingga 50 persen untuk kegiatan permainan (gaming). Terdapat hampir 1 miliar transistor -- tepatnya sekitar 995 jutaan -- di dalam prosesor Core generasi kedua ini. Kelebihan dari prosesor Core generasi kedua adalah sistem grafis yang sudah terintegrasi. Khusus untuk Core i5 dan i7 generasi kedua tersedia teknologi Intel Turbo Boost 2.0 yang menambah kecepatan beberapa GHz saat dibutuhkan. Anda mungkin familiar dengan istilah overclocking.
Santhosh Vishwanathan, Chief Representative, Intel Indonesia Corp, menyebutkan bahwa keluarga prosesor generasi kedua dari Intel Core merupakan lompatan teknologi bagi Intel tahun ini. Kehadiran prosesor grafis terintegrasi dalam chip prosesor memungkinkan kinerja visual yang lebih pintar dan adaptif apabila dibandingkan dengan generasi sebelumnya.
Dari sejumlah demo yang ditampilkan dan sejumlah testimonial dari game designer dan graphic designer lokal memang sejujurnya performa yang diberikan prosesor terbaru ini luar biasa. Menurut pengembang dari Nusantara Online, tidak ada kesulitan saat games rendering atau video processing, bahkan menggunakan notebook sekalipun. Terdapat pula pergelaran teknologi terbaru Intel seperti set top box yang mendukung penampilan video 3D di TV dengan kualitas tinggi ataupun teknologi Intel Wireless Display menggunakan TV Adapter Netgear yang memungkinkan streaming secara nirkabel dengan komputer dan ditampilkan secara High Definition di TV.
Meskipun demikian prosesor Core generasi kedua ini tidaklah tanpa masalah. Sebelumnya ditemukan design flaw terhadap sejumlah produk chipset generasi awal pengguna teknologi Sandy Bridge yang mengakibatkan penarikan sejumlah produk. Sejak 14 Februari lalu, Intel telah mengapalkan chipset edisi revisinya (B3). Selain itu, menarik ditelaah bahwa di Apple MacBook Pro seri terbaru yang sudah menggunakan prosesor generasi kedua ini, fungsi Intel Turbo Boost 2.0 dinonaktifkan. Spekulasi menyebutkan fitur ini bisa menyebabkan panas yang berlebihan. Tentunya pihak Intel telah bekerja sama dengan pihak terkait untuk mengetahui dan mengatasi penyebabnya.
Sebagai penutup, tidaklah berlebihan menyebutkan bahwa jajaran prosesor Core generasi kedua ini adalah suatu langkah besar bagi Intel mengukuhkan diri sebagai produsen prosesor terbesar dan terbaik, di Indonesia maupun di dunia. Kami menunggu Intel untuk melangkah lebih jauh, tidak hanya bermain di segmen PC, tapi juga mulai memasuki pasar mobile yang atraktif. Apalagi secara resmi pertumbuhan mobile saat ini sudah lebih tinggi ketimbang PC. Tentunya Intel tidak akan tinggal diam terhadap ceruk yang potensial ini.
PS: Lebih lanjut tentang review teknologi Sandy Bridge dapat Anda baca di sini
Sign up for our
newsletter