Dukungan Investor Lokal Mutlak Dibutuhkan Agar Bisnis Online Indonesia Berkelas Dunia
Kemarin kita semua membaca pendapat Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) soal potensi akuisisi pihak asing terhadap bisnis online di ranah lokal saat melantik Triawan Munaf selaku Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEK). Terlepas kontroversi apakah itu sekedar himbauan atau bisa menjurus ke arah larangan yang lebih formal, misalnya dalam bentuk peraturan yang mengikat, saya pikir ada sejumlah poin yang perlu disikapi agar suatu saat muncul bisnis online kelas dunia dari tanah air.
Dalam rilis persnya, Triawan mengungkapkan:
"Presiden melihat banyak sekali sub sektor UKM yang tidak diperhatikan. Beliau selalu memberi contoh bisnis online untuk dijaga, dilindungi agar bisa membesar di Indonesia sendiri, jangan buru-buru dibeli oleh pihak asing. Presiden meminta agar pengembang bisnis online untuk tidak menjual sehingga menjadi pemain-pemain kelas dunia."
Hal pertama yang harus diklarifikasi adalah TIDAK ADA larangan dari Jokowi soal pembelian bisnis online lokal. Jokowi menekankan bahwa ia ingin ada bisnis online lokal yang bisa menjadi pemain kelas dunia. Contoh paling nyata adalah seperti Facebook atau Alibaba. Dengan menjadi pemain kelas dunia, pebisnis online lokal bisa mensejajarkan diri dengan Mark Zuckerberg atau Jack Ma di percaturan global.
Mari kita tengok dulu bisnis lokal kita yang bisa menjadi pemain kelas dunia. Indomie adalah salah satu brand kelas dunia yang dimiliki Indonesia. Dari Amerika Serikat sampai negara-negara Afrika, Indomie lekat menjadi sebuah brand global untuk produk mie instan. Indomie menjadi besar dengan dukungan konglomerat Salim Group. Bagaimana supaya bisnis online lokal menjadi besar?
Realitas Bisnis Online Lokal
Tahun lalu kita dihebohkan dengan pendanaan untuk Tokopedia senilai lebih dari Rp 1,2 triliun dari investor Jepang dan Amerika Serikat. Di akhir tahun kita juga dikejutkan oleh rencana merger dua layanan iklan baris online terbesar di Indonesia, OLX (sebelumnya Tokobagus) dan Berniaga. Yang mungkin tidak ada yang menyangka adalah keduanya adalah Penanaman Modal Asing (PMA).
Keunggulan pihak asing dalam urusan bisnis online adalah mereka sudah memiliki pengalaman soal bisnis online sejak 10-15 tahun yang lalu. Meskipun demikian, yang benar-benar mengerti soal budaya, kebiasaan, dan kegemaran orang Indonesia adalah kita sendiri. Di sini keunggulan kompetitif kita yang seharusnya bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Banyak startup yang didirikan oleh anak muda memiliki cita-cita untuk menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Beberapa produk di antaranya sangat baik, bahkan brilian, dan memiliki potensi untuk berkembang di skala nasional, regional, bahkan internasional. Meskipun demikian, layaknya bisnis pada umumnya, untuk ekspansi dan berkembang dibutuhkan bantuan dari pihak-pihak yang lebih berpengalaman dan memiliki sumberdaya.
Facebook mungkin tidak akan menjadi seperti saat ini jika tidak ada dukungan pemodalan dari berbagai investor, di antaranya serial entrepreneur Peter Thiel. Alibaba juga tidak akan menggurita jika dari awal tidak didukung oleh Softbank Jepang.
Bisnis online risikonya sangat besar. Di antara 100 startup, mungkin hanya lima startup yang bisa bertahan setelah lima tahun. Di antara lima startup itu mungkin hanya dua startup yang bisa berkembang menjadi besar. Dengan risiko seperti ini, banyak investor lokal yang memilih berhati-hati memasuki pasar ini. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh investor asing yang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap potensi pasar Indonesia yang luas.
Di tahun 2014, kami mencatat sejumlah akuisisi startup lokal oleh pihak asing. Di antaranya adalah layanan pembanding harga PriceArea yang diakuisisi Yello Mobile Korea, layanan berbagi resep masakan DapurMasak yang diakuisisi oleh Cookpad Jepang, dan layanan pengantaran makanan Klik-eat yang diakuisisi oleh Yume no Machi Jepang. Menurut saya, semangatnya sama, yaitu pihak investor memiliki visi yang sama dengan pemilik startup lokal dan memberikan peluang bagi mereka untuk berkembang.
Saatnya investor lokal bergerak
Seandainya akuisisi oleh pihak asing dilarang secara formal, saya pikir hal ini malah menjadi kontraproduktif bagi perkembangan bisnis online lokal itu sendiri. Alih-alih berusaha memproteksi, mereka yang terkungkung dan tidak mendapatkan ruang untuk berkembang bakal memindahkan badan hukum bisnisnya ke negara tetangga. Bukannya menjadi untung, negara kita malah dirugikan. Ketimbang overprotective, investor lokal seharusnya memberikan porsi yang lebih besar untuk mendukung bisnis online lokal.
Sejak tahun 2014, mulai bermunculan investor-investor lokal yang berani membangun pendanaan yang serius untuk startup. Sebut saja Sinar Mas Digital Ventures, joint venture Softbank Indosat Fund, Angel Investment Network Indonesia, dan yang terbaru Lippo Digital Ventures.
Kita belum mencapai tahap mencari unicorn, istilah yang biasa digunakan untuk startup yang memiliki nilai valuasi pasar di atas $1 miliar. Yang dibutuhkan saat ini adalah memperkuat dukungan bagi bisnis online lokal untuk maju. Jika tidak ingin bisnis online lokal yang sedang berkembang "direbut" oleh pihak asing, investor lokal harus andil untuk membantu membesarkan bisnis seperti ini, dalam hal dukungan dana, pengetahuan, dan jaringan bisnis yang lebih luas.
Sign up for our
newsletter