Jadikan Bukalapak "Profitable" dan "Sustainable", Komitmen COO Bukalapak Willix Halim
Fokus menumbuhkan mindset "growth hacking" di semua divisi Bukalapak, bakal mencoba channel baru yang belum "mainstream"
Strategi growth hacking sudah banyak digunakan startup asing hingga perusahaan teknologi secara global. Selain membantu pertumbuhan bisnis, growth hacking merupakan salah satu cara ampuh menekan biaya pemasaran dalam jumlah yang besar. Salah satu ahli growth hacking Indonesia yang sebelumnya telah memiliki pengalaman bekerja di luar negeri adalah Willix Halim. Ia kini telah sebulan menjabat sebagai Chief Operation Oficer (COO) Bukalapak.
Direkrutnya Willix oleh Bukalapak merupakan langkah strategis yang dilakukan untuk menumbuhkan bisnis melalui growth hacking. Di Indonesia sendiri Bukalapak merupakan marketplace yang memiliki potensi untuk menjadi dominan diantara kompetitor lainnya, ungkap Willix kepada DailySocial.
"Saya melihat saat ini sudah banyak [layanan] e-commerce dan marketplace di Indonesia, namun pada akhirnya hanya satu atau dua saja yang bisa bertahan dan mengalami growth yang stabil, dan saya lihat Bukalapak memiliki potensi ke arah sana," katanya.
Tidak berbeda jauh dengan pengalamannya bekerja sebagai VP of Growth di Freelancer, role Willix di Bukalapak adalah untuk menumbuhkan mindset growth hacking di seluruh divisi Bukalapak. Mulai dari produk, customer service, manajemen dan bagian lainnya, semua harus fokus untuk bisa meningkatkan pertumbuhan melalui growth hacking.
"Memang agak sedikit radikal ketika hampir 90% anggota tim saya dulu di Freelancer fokus untuk menciptakan growth hacking yang baik dan cara tersebut terbilang sukses, karena dalam waktu 5 tahun Freelancer sudah bisa lebih unggul dibandingkan pesaing lainnya bahkan sudah IPO dan memiliki nilai valuasi yang fantastis," kata Willix.
Bereksperimen dan mencoba channel baru
Pendekatan yang dilakukan Willix untuk Bukalapak adalah banyak melakukan percobaan dan eksperimentasi kepada produk berdasarkan data yang dimiliki. Kegiatan tersebut nantinya akan terlihat secara alami produk yang berfungsi dengan baik dan yang gagal.
"Pada umumnya semua perusahaan yang sejenis memiliki kendala yang serupa yaitu ide yang tidak terbatas namun tidak memiliki cukup resource. Tujuan saya memprioritas produk yang cepat nanti akan langsung terlihat impact seperti apa jauh sebelum produk dibuat," kata Willix.
Prioritas lainnya yang menjadi pekerjaan rumah dari Willix dalam waktu satu bulan dirinya bekerja sebagai COO Bukalapak adalah fokus kepada fitur yang memiliki efek kecil namun berpotensi menghasilkan impact yang besar.
"Saat ini masih banyak prospek low-hanging fruit yang bisa digarap yaitu dengan melakukan quick wins dan A/B Testing yang lebih kecil. Untuk itu saya secara rutin melakukan dialog dengan product manager dan operation manager agar semua fokus harus mengutamakan pada growth," kata Willix.
Kepiawaiannya sebagai master growth hacking akan dibuktikan di Bukalapak dengan menemukan celah baru untuk melakukan kegiatan growth hacking yaitu memanfaatkan channel-channel baru yang belum dilakukan oleh startup lainnya. Tidak hanya fokus kepada paid marketing yang kebanyakan digunakan oleh startup di Indonesia, namun juga memanfaatkan channelgratisan yang terbukti ampuh dan masih jarang digunakan.
"Saya melihat apa yang dilakukan oleh Facebook Marketing saat ini jauh berbeda dengan Facebook Marketing di awal, ketika harga masih murah dan peluang masih banyak. Hal tersebut menyebabkan kegiatan akuisisi user semakin sulit dan tentunya tidak profitable. Dengan alasan itulah saya akan mencari strategi baru untuk melakukan kegiatan marketing," kata Willix.
Fokus lain yang sedang diproses oleh Willix dan tim adalah mengurangi waktu checkout pengguna agar tertarik untuk kembali lagi mengunjungi situs dan aplikasi Bukalapak, yang artinya adalah mengurangi waktu Call to Action (CTA) atau Time to Perform.
"Ibaratnya seperti belanja ke toko dengan menghabiskan waktu sekitar 10 menit akan lebih baik lagi jika mampu mengurangi waktu menjadi 2 menit biasanya pengguna akan kembali lagi dan conversion rate akan lebih baik lagi," kata Willix.
Strategi Bukalapak menghadapi persaingan dengan Amazon dan Alibaba
Disinggung tentang rencana Amazon dan Alibaba hadir di Asia Tenggara, Willix mengungkapkan tidak terlalu khawatir dengan kedatangan dua perusahaan raksasa tersebut. Keunggulan yang dimiliki Bukalapak sebagai layanan e-commerce lokal adalah pengetahuan lebih dari sisi consumer behavior hingga logistik yang sangat berbeda dengan perusahaan seperti Amazon dan Alibaba.
"Bagusnya [layanan] e-commerce lokal adalah kita memiliki pemahaman lebih yang tidak dimiliki oleh brand asing dalam hal ini adalah Amazon. Terutama dalam hal logistik tentunya akan menjadi berbeda antara Amazon di Amerika Serikat dan di Asia, dengan beragam masalah kemacetan yang dihadapi di tanah air."
Willix juga melihat Amazon tidak akan 100% melancarkan penjualannya di Indonesia, karena perbedaan yang ada serta potensi yang ada di Indonesia.
"Saya melihat Amazon tidak akan 100% ke Indonesia mungkin hanya 5% saja konsentrasi Amazon di Indonesia, sementara Bukalapak fokusnya 100% di Indonesia dan mudah-mudahan Bukalapak bisa menjadi lebih baik dari mereka," kata Willix.
Di tahun 2017 mendatang Willix memiliki komitmen untuk menjadikan Bukalapak berbeda dengan layanan e-commerce dan marketplace lainnya. Mulai dari layanan hingga produk, sesuai dengan target membuat Bukalapak mencapai tahap profitable dan sustainable growth. Bukalapak akhir-akhir ini menjadi sorotan media karena isu burn rate yang dianggap terlalu tinggi sehingga mendatangkan kerugian perusahaan yang cukup besar.
"Saya harapkan Bukalapak bisa tampil beda dari [layanan] e-commerce lainnya in a good way, yaitu agar produk bisa lebih advanced dan membedakan produk Bukalapak dengan lainnya. Dan mereka mengunjungi Bukalapak bukan karena diskon namun karena produknya bagus," kata Willix.
Sign up for our
newsletter