Janaloka Berambisi Masyarakatkan Konsep Energi Terbarukan
Layanan akan difokuskan pada persiapan dan implementasi panel surya
Dalam rangka meminimalisir emisi gas, polusi, dan menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan, berbagai inisiatif energi terbarukan terus digalakkan. Begitu pun yang dilakukan Gretiano Wasian atau akrab dipanggil Neno dengan inisiatif mengembangkan Janaloka, sebuah portal edukasi dan pelayanan implementasi teknologi terbarukan. Berawal dari insight yang didapat dari keikutsertaan di Founder Institute bulan Maret lalu, Neno memutuskan untuk mengembangkan sebuah startup untuk kebutuhan di bidang energi.
Janaloka sebagai sebuah web portal memiliki dua fungsi utama, yaitu sebagai kanal edukasi melalui berbagai tulisan tentang penerapan energi terbarukan, serta aplikasi online yang akan membantu pengguna dalam mengimplementasikan energi terbarukan di dalam lingkungannya. Pada fase awal Janaloka akan banyak fokus pada penerapan panel surya. Hal ini didasarkan pada latar belakang sang pendiri sebagai seorang system integrator panel surya.
"Saya melihat bahwa isu yang paling umum di masyarakat Indonesia seputar energi adalah listrik. Listrik menjadi kebutuhan pokok, namun sering kali pemenuhan kebutuhannya masih kurang optimal, terutama di luar kota-kota besar. Untuk itu kami menawarkan solusi bertenaga surya, sebagai sebuah energi yang sangat mudah kita temukan," ujar Neno kepada DailySocial menerangkan latar belakang pengembangan Janaloka.
Dipahami bahwa untuk mengimplementasikan teknologi panel surya tidaklah mudah, dan Neno meyakini medium yang paling efisien ialah menggunakan internet. Janaloka hadir untuk kebutuhan tersebut, sebagai provider, implementator dan juga perantara. Termasuk fitur crowd untuk pengadaan alat dan implementasi panel surya yang masih tergolong mahal dan sulit.
"Salah satu kendala di Indonesia untuk penerapan panel surya adalah pembiayaan. Padahal pemanfaatan panel surya untuk daerah pedesaan dan pelosok yang belum tersentuh PLN secara optimal harusnya dapat menjadi sebuah solusi yang pas. Untuk itu kami melengkapi juga Janaloka dengan sistem crowdfunding (patungan) pengadaan panel surya," tutur Neno.
Janaloka baru berjalan 3 bulan, dan saat ini Neno masih memfokuskan pada implementasi panel surya di kalangan residential (pengguna rumah tangga) untuk memperkuat portofolio dan studi kasus Janaloka. Neno meyakini bahwa panel surya akan menjadi pilihan yang efektif baik di kalangan perkotaan ataupun pedesaan, untuk penggunaan personal. Di perkotaan meski pasokan listrik tergolong lancar, namun eco/green lifestyle sudah mulai menjadi pilihan. Sedangkan di pedesaan memang cenderung di fokuskan pada daerah yang minim infrastruktur listrik.
Portal Janaloka juga menyajikan aplikasi perhitungan untuk investasi dan produk-produk berbasis panel surya. Saat ini masih dalam tahap pengembangan, dan dikatakan akan siap digunakan pada tahun depan. Secara umum Neno menyampaikan hasil analisisnya bahwa return of investment (ROI) rata-rata dari pemanfaatan panel surya baru akan terasa setelah 7 tahun berjalan. Sedangkan panel surya sendiri akan tahan selama 25 tahun penggunaan.
"Solusi Janaloka akan efektif, terlebih sudah ada kebijakan pemerintah yang memperbolehkan adanya sumber pembangkit lain untuk kebutuhan personal di luar jaringan PLN. Penerapan panel surya mungkin akan dimulai dalam model hybrid, artinya berjalan beriringan dengan sumber pembangkit yang saat ini sudah digunakan masyarakat," sahut Neno.
Kendati masih berjalan 3 bulan, Janaloka memiliki visi yang cukup luas ke depan, membawa energi terbarukan menjadi familiar di kalangan masyarakat umum. Ditargetkan tahun depan minimal 50 pengguna siap mengimplelemtasikan panel surya, atau setara dengan konsumsi 50 ribu watt lisrik.
Janaloka masih berjalan secara mandiri, saat ini belum ada investasi luar yang menyokong startup tersebut. Neno pun mengatakan bahwa saat ini pihaknya memang belum mau tergesa-gesa untuk itu, masih akan memfokuskan pada pematangan produk dan penumbuhan ekosistem pengguna.
"Kalau saya melihat energi terbarukan menjadi salah satu sumber daya yang tidak akan habis akan jangka waktu panjang, tidak seperti fosil. Energi yang banyak digunakan saat ini bersumber dari migas, selain terbatas, dampak yang dihasilkan cukup membuat kita repot. Kalau pakai energi terbarukan sumber daya tidak terbatas dan polusi cenderung sangat minim," pungkas Neno.
Sign up for our
newsletter