Jualio Tawarkan Layanan Jual Beli Online Melalui Media Sosial
Berjualan melalui media sosial, bertransaksi menggunakan platform e-commerce
Penggunaan media sosial kini menjadi melebar dan tidak hanya sekedar menjadi media komunikasi saja, namun dapat menjadi sebagai media promosi atau menjual produk dan jasa. Melihat kesempatan tersebut, muncul pemain e-commerce baru Jualio yang berusaha mengoptimalkan peluang ini. Jualio sendiri sejatinya adalah platform jual beli online, hanya saja mekanismenya transaksinya melalui media sosial.
Layanan Jualio dibangun oleh dua orang, yaitu Nukman Luthfie dan Fahmi Bafadal. Nukman menjabat sebagai CEO dan Fahmi berperan sebagi CTO yang fokus untuk membangun sistem demi memberikan kemudahan bertransaksi via media sosial yang menjadi keunggulan layanan Jualio ini.
Layanan Jualio sendiri saat ini masih berstatus beta dan baru melakukan soft launching pada hari Rabu 27 Mei 2015 kemarin di Jakarta Digital Valley. Jualio juga menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Telkom Divisi Digital Business yang diwakili oleh General Manager Telkom Divisi Digital Business Achmad Sugianto. Dengan adanya kerja sama ini, menurut Nukman, produk-produk Indigo Incubator milik Telkom nantinya akan memanfaatkan Jualio sebagai salah satu media pemasaran produk mereka.
Jualio dan Strategi Bisnis
Meskipun industri e-commerce di Indonesia sudah penuh dengan kehadiran para pemain besar, namun bukan berarti peluangnya tertutup sama sekali. Ruang untuk tumbuhnya pun sebenarnya masih luas. Nukman sendiri mengungkapkan bahwa besarnya transaksi online melalui e-commerce di Indonesia, jika dibandingkan dengan transaksi offline, nilainya bisa dibilang masih kecil.
Nukman mengatakan, "Sekarang ini transaksi online melalui e-commerce masih lima persen dari transaksi offline di Indonesia sehingga ruangnya masih terbuka lebar. Tapi, kalau melahirkan (layanan) yang sama dengan (layanan) yang sudah ada (merujuk pada e-commerce besar seperti Zalora, Tokopedia, dan Lazada), pasti berat. Salah satu alasannya karena (startup baru) butuh mengeluarkan investasi yang tidak sedikit nanti, seperti untuk akuisisi user misalnya."
Berangkat dari sanalah ia melirik layanan media sosial yang dahulu hanya dianggap sebagai media komunikasi antar teman saja dan berjualan melalui media sosial adalah hal yang tabu. Seiring berjalannya waktu, perusahaan besar mulai memanfaatkan media sosial untuk meningkatkan penjualannya. Tren yang berkembang saat ini pun banyak akun perorangan yang memanfaatkan media sosial untuk berjualan.
Masalah yang timbul saat menggunakan akun media sosial untuk berjualan adalah keamanan bertransaksi. Menurut Nukman, hal inilah yang coba dipecahkan olehnya dengan menghadirkan layanan Jualio. Nukman mengklaim bahwa layanannya ini aman karena semua transaksi akan melalui Jualio terlebih dahulu, dari ketika barang dipesan pembeli hingga nanti saat barang dari penjual sudah di tangan pembeli.
"Gampangnya ini adalah versi Tokopedia yang munculnya (produk yang dijual) di-sorting akun media masing-masing" ujar Nukman.
Untuk menggunakan layanan Jualio sendiri terbilang mudah. Ketika ditunjukkan demo penggunaan, setelah masuk ke platform, penjual hanya perlu memilih dan menghubungkan media sosial yang apa yang akan dijadikan sarana berjualan. Kemudian ia akan diminta untuk memasukkan sejumlah informasi, seperti jumlah barang, dan harga produk. Setelah itu baru di-submit.
Produk yang di-submit secara otomatis akan terposting di akun media sosial yang dipilih oleh penjual. Di akun media sosial tersebut, tautan yang terhubung ke platform Jualio akan memiliki identitas jual.io. Saat ini, ada tiga media sosial yang tersambung ke Jualio, yakni Twitter, Facebook, dan Instagram.
yuk buruan beli buku lean startup, murah!! https://t.co/hArm6hUVaq
— Fahmi Bafadhal (@fahmi_ph) May 27, 2015
Untuk produk yang dijual secara garis besar dapat dibagi jadi dua, yaitu produk digital dan produk non-digital. Produk seperti e-book, foto, ilustrasi, komik, dan lagu masuk ke kategori produk digital. Sedangkan produk seperti tiket, barang baru ataupun bekas, buku, kaos, dan merchandise masuk ke kategori produk non-digital.
Pembagian kategori tersebut bertujuan demi memudahkan fee transaksi yang dikenakan. Untuk kategori produk non-digital, harga barang di bawah Rp 500.000 hanya dikenakan Rp 15.000 per transaksi (+2,5% jika pembeli menggunakan kartu kredit), di atas Rp 500.000 sampai Rp 10.000.000 hanya Rp 25.000 pertransaksi (+2,5% jika pembeli menggunakan kartu kredit), dan di atas Rp 10.000.000 hanya Rp 50.000 per transaksi (+2,5% jika pembeli menggunakan kartu kredit).
Untuk metode pembayarannya, saat ini Jualio sudah mendukung pembayaran melalui Bank Transfer, Internet Banking, E-Wallet, Credit Card, Counter (Kartuku) dan sedang mengupayakan untuk metode pemotongan pulsa.
Terkait dengan rencana ke depan, Nukman menjelaskan, "Saat ini kita mau fokus biar bisa lepas status beta kita dulu deh. Soalnya sekarang Jualio masih ada di tahap satu, yang fokus pada transaksi untuk produk corporate dan kita masih mendekati pemilik akun media sosial yang memang dapat dipercaya. Pada tahap selanjutnya, baru Jualio akan dibuka untuk publik."
Menggunakan layanan Jualio sendiri saat ini memang baru bisa melalui undangan. Meskipun demikian, Nukman mengklaim bahwa kini sudah ada tak kurang dari 100 undangan yang sudah masuk ke dalam daftar waiting list untuk mencoba layanan Jualio miliknya.
Sign up for our
newsletter