Aplikasi Kalm Redam Stres dengan Konseling Berbasis Chat
Memiliki 30 konselor dan lebih dari 200 pengguna sejak pertama kali hadir pada 7 Oktober 2018
Tinggal di kota besar, tekanan lingkungan, dan masalah di kantor bisa jadi salah satu pemicu stres. Banyak di antaranya sampai terjebak, sayangnya tidak mencari bantuan yang sesungguhnya mereka butuhkan. Entah karena ada rasa malu, minim pengetahuan, atau halangan praktis. Alhasil, kondisi terus memburuk.
Tidak ingin hal ini terus berlanjut, Angela Widjaja bersama dua temannya yang sama-sama berlatar belakang pendidikan konseling dan psikologi mendirikan Kalm. Aplikasi ini menyediakan layanan konseling online berbasis chat yang sifatnya unlimited dan berkesinambungan.
"Kami memutuskan untuk membangun sebuah online platform yang membuka akses kepada konselor profesional bagi siapa saja, dengan cara yang mudah dan nyaman tanpa perlu ada rasa malu," ujar Co-Founder Kalm, Angela Widjaja, kepada DailySocial.
Ia juga menerangkan diferensiasi Kalm dengan layanan sejenis. Umumnya mereka meminta pengguna untuk membuat janji dengan konselor online untuk sesi konseling chatting selama 50 menit sampai 1 jam. Namun di Kalm, pengguna tidak perlu melakukan hal tersebut.
Mereka bisa kirim chat jam berapapun dan sesering ke Kalmselor (sebutan konselor di Kalm), selama masih dalam masa berlangganan. Kalmselor pun diwajibkan menjawab chat tersebut minimal dua kali dalam 24 jam.
"Kami merasa proses konseling online memberikan fleksibilitas bagi para konselor, terutama agar mereka tidak terburu-buru mencerna pesan klien sehingga dapat memberikan tanggapan yang lebih bermakna."
Apabila pengguna merasa kurang cocok dengan Kalmselor, mereka bisa menggantinya kapanpun. Seluruh proses konseling dari pendaftaran, matching, dan chatting dilakukan dalam aplikasi. Pihaknya menjamin privasi pengguna betul-betul dijaga penuh keamanan dan privasinya.
Agar konselor bisa memberikan masukan yang betul-betul dibutuhkan pengguna, ada skema bagi hasil yang didapat dari biaya paket berlangganan yang dibayarkan. Hal ini dimaksudkan agar para konselor dapat memiliki nilai lebih di Indonesia, bukan hanya bekerja secara cuma-cuma.
"Kami percaya bahwa para konselor itu harus mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan jasanya."
Utamakan privasi pengguna
Demi menjaga kepercayaan pengguna, sambung Angela, perusahaan fokus pada keamanan data. Ada beberapa hal dilakukan untuk mitigasi risiko keamanan. Pertama, pengguna dapat mendaftar dan melakukan konseling online secara anonim, cukup dengan nama panggilan dan alamat e-mail. Kalm tidak meminta nama asli, nomor telepon, alamat rumah, atau informasi identifikasi lainnya.
Sedangkan untuk Kalmselor, ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti informasi pribadi yang lengkap, termasuk salinan KTP, ijazah, surat izin praktik, dan lainnya. Berikutnya ada proses verifikasi kepada setiap pendaftaran konselor yang masuk, sebelum disetujui untuk jadi Kalmselor.
Dari segi produknya juga dilindungi karena perusahaan bekerja sama dengan Digital Security Indonesia (DSI) yang ahli di bidang keamanan digital. DSI melakukan penetration testing dan memberikan laporan mengenai segala kemungkinan adanya ancaman keamanan yang kemudian bisa segera ditangani.
"DSI akan terus mendampingi Kalm untuk memastikan platform kami aman bagi pengguna."
Untuk menikmati layanan Kalm, pengguna cukup berlangganan dengan membeli paket harga 1 minggu, 1 bulan, atau 3 bulan. Per minggunya berkisar antara Rp250 ribu sampai Rp350 ribu.
Kalm meluncur di Google Play sejak 7 Oktober 2018, semenjak itu Kalm memiliki sekitar 30 Kalmselor aktif yang melayani lebih dari 200 pengguna.
Angela mengungkapkan rencana ke depannya, perusahaan akan terus mengembangkan aplikasi Kalm dan Kalmselor untuk memberikan layanan terbaik. Bakal ada fitur baru yang siap dihadirkan sehingga tujuan increasing wellness pengguna dan increasing value untuk konselor bisa tercapai.
Saat ini Kalm masih menggunakan dana sendiri untuk operasionalnya. Angela mengatakan pihaknya mulai eksplorasi dengan beberapa investor untuk kemungkinan mendapatkan pendanaan investasi.
Sign up for our
newsletter