1. Startup

Kantongi Dana Baru, Digiasia Bios Berusaha Perkuat Posisi Perusahaan

Pendanaan Seri B dipimpin Mastercard

Perusahaan fintech Indonesia, Digiasia Bios (Digiasia), mengumumkan perolehan pendanaan Seri B yang dipimpin Mastercard yang tidak disebutkan nilainya. Pendanaan baru ini berupa modal dan dukungan strategis untuk memperkuat posisi perusahaan.

"Dengan masuknya Mastercard, kami mendapat dukungan dari salah satu expert di bidang digital commerce. Kami menantikan kerja sama selanjutnya untuk memperluas jangkauan kami di Indonesia dan mengembangkan layanan keuangan yang kuat untuk segala macam kalangan," tutur Co-Founder dan CEO Alexander Rusli dalam keterangan resminya.

Tak hanya modal dan akses strategis yang disediakan Mastercard, disebutkan juga bahwa Digiasia mendapatkan akses memperkuat layanannya dengan me-leverage jaringan bisnis dan perbankan, serta teknologi keamanan siber milik Mastercard.

Digiasia didirikan oleh mantan petinggi Indosat Ooredoo, yakni Alexander Rusli (mantan CEO) dan Prashant Gokarn (mantan Chief Digital & Service Officer) pada 2018 lalu.

Perusahaan merupakan holding company dari layanan e-wallet KasPro, platform P2P lending KreditPro, dan layanan remitansi dengan channel digital dan jaringan offline RemitPro. Ketiganya berada di bawah naungan PT Solusi Pasti Indonesia, PT Tri Digi Fin, dan PT Reyhan Putra Mandiri.

Sebelumnya, anak usahanya PT Solusi Pasti Indonesia sempat mengambil alih layanan dompet digital Dompetku milik Indosat Ooredoo. Layanan ini kemudian dilebur menjadi PayPro di 2017. Tidak jelas bagaimana kelanjutan nasib bisnis PayPro hingga saat ini.

Dari sisi partnership, Digiasia telah bermitra dengan sejumlah perusahaan transportasi untuk menyediakan kemudahaan bertransaksi, seperti kerja sama KasPro dengan Damri untuk rute tertentu di Bandung. Di sisi lain, penjualan produk B2B dari Metrodata difasilitasi KreditPro.

Peta persaingan dan peluang pasar fintech

Digiasia sebetulnya saat ini memiliki portfolio yang cukup untuk memperkuat ekosistem produk ke depan. Perusahaan menggunakan pendekatan B2B2C dengan mengembangkan layanan di bidang digital payment, P2P lending, dan remitansi.

Meskipun demikian, belum banyak yang dapat terbaca dari pergerakan strategi Digiasia dengan sinergi strategis ini.

Dengan dukungan Mastercard, Digiasia memiliki peluang mendongkrak pangsa pasar KasPro, KreditPro, dan RemitPro di Indonesia dan luar negeri. Ditambah dukungan 25.000 jaringan institusi keuangan di dunia yang dimiliki Mastercard akan mempermudah Digiasia untuk memperluas merchant dan menambah jumlah penggunanya.

Head of Corporate Communications Digiasia Bios Andy Muhammad Salidin  mengonfirmasi kemungkinan tersebut. "Betul untuk ketiga produk ini dan ada beberapa project [baru] lain yang belum bisa kami sebutkan," paparnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Menurut data Google, Temasek, dan Bain & Company 2019, sebanyak 92 juta masyarakat di Indonesia belum terpapar layanan keuangan (unbankable). Maka itu, kehadiran layanan fintech dianggap menjadi salah satu solusi untuk mengakselerasi layanan keuangan.

Di Indonesia, awareness terhadap produk fintech dan ekosistemnya di Indonesia sudah mulai terbangun. Berdasarkan Fintech Report 2019, awareness tertinggi berasal dari layanan Digital Wallet (82,7%), diikuti Investment (62,4%), PayLater (56,7%), Online Multifinance (40%), Insurtech (39,1%), P2P Business Lending (21,5%), Crowdfunding (17,3%), dan Remittance (6,9%).

Sementara pemakaian (usage) layanan fintech tertinggi berasal dari Digital Wallet (79,9%), diikuti Investment (31,5%), PayLater (30,9%), Online Multifinance (12%), Insurtech (11,8%), Crowdfunding (8,2%), P2P Business Lending (6,2%), dan Remittance (2,4%).

Ini menandakan ekosistem layanan pembayaran digital di Indonesia mulai terbentuk dan adopsinya jauh lebih cepat dibandingkan produk lainnya. Situasi ini bisa juga menjadi tantangan bagi Digiasia yang bermain di digital payment mengingat ketatnya persaingan yang mengarah pada adu kuat strategi bakar uang demi mengejar traction lebih besar--tapi belum tentu profitable.

Peluang di P2P lending juga masih terbuka lebar di Indonesia terutama dari sektor produktif. Masih ada 52 juta pelaku usaha mikro dan kecil menengah (UMKM) di Indonesia sebagai target potensial. Tak hanya itu, pertumbuhan P2P lending di Indonesia juga tak lepas dengan mulai masuknya investor institusi/korporasi yang dapat memberikan jangkauan pinjaman lebih luas.

Pertumbuhan baru dari layanan remitansi online

Salah satu portofolio menarik dari Digiasia adalah layanan remitansi online. Sinergi strategis dengan Mastercard dapat menjadi penguatan layanan RemitPro atau chapter baru untuk menjadikan satu ekosistem dari seluruh produk existing Digiasia.

Menurut perusahaan, RemitPro sudah tersedia di 60 negara dengan dukungan 200 agen pembayaran. RemitPro juga bekerja sama dengan PT Eka Bakti Amerta Yoga sebagai mitra penyelenggara transfer dana remitansi, yang memungkinkan pencairan dana di 4.800 kantor pos dan 10.000 cabang BRI di Indonesia.

Secara umum, industri fintech di Indonesia memang didorong untuk tidak hanya tumbuh dari beberapa jenis layanan saja, seperti digital payment, investment, dan P2P lending. Maka itu, layanan remitansi online cukup dilirik karena memiliki peluang yang besar.

Mengutip CNN Indonesia, Bank Indonesia (BI) mencatat nilai pengiriman uang antar-negara dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri pada 2018 mencapai $10,8 miliar atau sekitar Rp151 triliun. Saat ini jumlah TKI di luar negeri mencapai 3,65 juta orang.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again