Karakter Gen Z untuk Strategi Pemasaran
Buat konten yang menarik untuk 8 detik pertama jika ingin tetap mendapatkan perhatian mereka
Pasti Anda sudah tidak asing lagi dengan pengelompokan generasi berdasarkan tahun lahir. Ya, memasuki tahun 2018 ini banyak perhatian tertuju pada generasi Z. Generasi Z adalah mereka yang terkenal dengan karakter paling progresif dan open-minded.
Pada keseluruhan lini mereka menyukai perbedaan, sebuah inovasi, dan terobosan baru. Ini dikarenakan mereka tergolong internet experts yang menuntut segala sesuatunya serba cepat. Termasuk dalam mencuri perhatian – buatlah konten yang menarik untuk 8 detik pertama jika ingin tetap mendapatkan perhatian mereka. Buang segala sesuatu yang sifatnya terlalu bertele-tele.
Berikut beberapa tips agar Anda dapat menyelami lebih jauh perilaku pembelian dari Gen Z:
The priority is your brand story
Bagi gen Z cerita di balik sebuah brand bisa menjadi kampanye promosi yang efektif. Posisikan mereka sebagai bagian dari brand Anda dengan berupaya terbuka menceritakan bagaimana produk dibuat, sumber bahan yang digunakan, serta bagaimana culture yang diterapkan pada para karyawannya. Gen Z hanya membutuhkan lebih banyak bukti jika memang suatu brand adalah yang terbaik. Selain itu, 80% dari populasi gen Z memiliki kecenderungan membeli produk yang memiliki dampak sosial atau dampak positif bagi lingkungan. Sehingga bukan lagi hanya nama besar sebuah brand yang dapat menentukan loyalitas konsumen dari gen Z ini, namun juga berfokus pada citra atau reputasi dari brand itu sendiri.
Don’t trick them
Jangan mencoba untuk mengecohkan gen Z dengan memberikan gambaran sempurna saat mengiklankan sebuah brand. Gen Z lebih tertarik pada sesuatu yang real, tidak muluk-muluk, dan mereka juga tidak mudah tertipu. Menurut penelitian dari FutureCast, 77% dari gen Z lebih menyukai iklan yang menunjukkan perilaku talent dalam situasi yang nyata. Alih-alih menggunakan selebriti, gen Z lebih tertarik melihat influencers di sosial media saat mempromosikan suatu brand.
Real people ini yang mereka anggap dapat merepresentasikan pengalaman yang nyata saat menggunakan brand tertentu. Mereka tumbuh pada era dimana informasi tersedia tanpa batas, sehingga saling tukar-menukar informasi menjadi salah satu kegiatan pemasaran yang biasa dilakukan.
Not quantity, but quality that matters
Penelitian dari FutureBay menunjukkan sebanyak 46% konsumen dari gen Z melakukan research lebih dulu sebelum membeli sebuah produk. Research dilakukan juga untuk mengetahui review dari konsumen lain yang telah lebih dulu mencobanya. Dalam pemilihan suatu brand, harga bukanlah faktor penentu utama. Gen Z lebih menimbang kesesuaian antara harga yang mereka bayarkan dengan apa yang mereka dapatkan. Nilai dari sebuah produk lebih diutamakan. Tidak hanya sekedar bagus dilihat, namun juga dapat memberikan banyak manfaat. Pengalaman pribadi adalah kunci utamanya. Gen Z juga tergolong pribadi yang berani – sebanyak 30% dari anggota mereka tidak pikir panjang untuk memberikan komplain melalui layanan konsumen jika terdapat layanan yang tidak memuaskan. Gen Z yang cenderung kritis membuat mereka lebih selektif dan mempercayakan research untuk meyakinkan perilaku atau keputusan pembelian terhadap suatu produk. Lebih dari itu, sebanyak 85% dari Gen Z menggunakan media sosial untuk mendapatkan informasi mengenai produk atau brand terbaru. Serta sebanyak 32% Gen Z menonton video online (YouTube) minimal 1 jam per hari juga untuk mendapatkan informasi terkini. So, are you ready to embrace online experience for your Gen Z?
–
Disclosure: Tulisan tamu ini disusun oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX
Sign up for our
newsletter