Kemenristek Siapkan Dana Hibah Melalui Startup Inovasi Indonesia
Pembinaan startup tahap pra dan startup diserahkan ke Kemenristek, tanggung jawab tahap lanjutan diarahkan ke kementerian terkait
Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) merilis kembali program tahunannya yang kini dinamai Startup Inovasi Indonesia (SII). Program ini adalah hasil rebranding program sebelumnya bernama Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang berlangsung pada 2015-2019.
Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menjelaskan, rebranding ini diambil dengan pertimbangan agar lebih mudah dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas. Semangat yang ingin disampaikan lewat SII tetap sama. Pemerintah ingin menelurkan lebih banyak entrepreneur yang memiliki masih calon startup, ataupun yang sudah jadi startup dapat terus scale up, hingga menjadi calon unicorn berikutnya.
"Kita berharap program ini tidak hanya sekadar memperbanyak startup tapi mendorong startup yang sudah ada agar naik kelas, scale up terus hingga menuju unicorn. Kita inginnya startup itu enggak berhenti jadi startup saja [skala perusahaan], tapi berupaya jadi perusahaan yang lebih besar dan punya keuntungan yang sehat," terang Bambang, kemarin (6/3).
Presiden RI Joko Widodo dalam suatu kesempatan menyebutkan Indonesia tercatat memiliki ekosistem startup paling aktif di Asia Tenggara. Menempatkan negara ini di urutan ke-5 di dunia setelah Amerika, India, Inggris, dan Kanada. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, tapi harus menjadi pemimpin di negara sendiri.
Periode pendaftaran untuk program tahunan Kemeristek/BRIN sudah dibuka pada bulan ini.
Perjalanan program PPBT
Dalam periode lima tahun, program ini telah melakukan pembinaan dan pengembangan startup teknologi yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, serta masyarakat umum. Totalnya sebanyak 1.307 startup dengan total anggaran yang diberikan sebesar Rp371,71 miliar.
Startup ini tidak hanya mencakup yang bergerak di teknologi digital, tapi juga meliputi delapan bidang, yakni pangan, kesehatan obat, energi, transportasi, bahan baku, material maju, pertahanan keamanan, dan teknologi informasi dan komunikasi.
Mayoritas startup binaan ini masih dalam tahap pra dan startup, sementara startup yang sudah scale up baru mencapai 10%. Dijabarkan lebih jauh, terdapat 26 startup yang sudah masuk tahap mature dengan nilai omzet di atas Rp1 triliun per tahun.
Kemudian terdapat 44 startup dengan omzet antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar per tahun dan 244 startup dengan omzet antara Rp100 juta hingga Rp500 juta per tahun. Terdapat juga startup yang gagal sebanyak 25 startup atau 1,9% dari total startup.
Diklaim statistik ini membuktikan program pendanaan tahap awal Kemenristek/BRIN berhasil dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan teknologi di tanah air.
Bambang menyebut pemerintah akan mempertemukan startup yang sudah scale up ini dengan para pemodal untuk meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan mereka. Kegiatan speed dating tersebut akan digelar setelah program pembinaan berakhir.
"Yang cocok buat startup scale up adalah VC. Nature pendanaannya cocok buat karakter startup yang memang merupakan entrepreneur tingkat awal."
Startup Inovasi Indonesia
Ada beberapa pergeseran fokus untuk startup yang dibidik untuk tahun ini, ialah startup yang fokus ke pangan, transportasi, rekayasa keteknikan, kemaritiman, kesehatan, energi, pertahanan keamanan, multi disiplin, dan lintas sektoral. Pemerintah menetapkan sejumlah persyaratan untuk masing-masing kategori startup, mulai dari pra-startup, startup, dan scale up.
Untuk pra-startup, misalnya berkesempatan untuk mendapatkan pendanaan hingga Rp250 juta. Persyaratannya mereka harus diusulkan oleh lembaga inkubator perguruan tinggi, telah memiliki prototipe, fokus pada validasi produk dan validasi pasar.
Sementara untuk tahap startup, berkesempatan dana yang bisa didapat maksimal Rp500 juta. Mereka dapat diusulkan secara mandiri oleh startup dari mana saja, asalkan produk siap komersial, sudah diinkubasi, dan fokus pada akses pasar dan pengembangan bisnis.
Terakhir, untuk tahap scale up maksimal bisa mendapat dana sebesar Rp1 miliar. Syaratnya mereka harus diusulkan sebagai alumni program pendanaan inkubasi Kemenristek/BRIN, sudah memiliki pertumbuhan bisnis, bermitra dengan investor, dan fokus pada ekspansi pasar dan peningkatan kapasitas produksi.
Bambang memastikan, program bantuan dari pemerintah ini tepat guna dan tidak bertabrakan dengan program sejenis yang dibuat kementerian lain. Untuk itu, dia menekankan bahwa startup yang fokus pada pra-startup dan startup akan diarahkan untuk mendaftarkan diri ke Kemenristek/BRIN.
Sedangkan buat startup scale up akan diarahkan sesuai fokus bisnis startup itu sendiri dengan program kementerian. Misalnya, yang fokus pada digitalisasi pariwisata diarahkan ke Kemenparekraf, digitalisasi UKM ke Kemenkop, atau digitalisasi teknologi ke Kemenkominfo.
"Kami ingin pastikan, jangan sampai ada startup yang dapat bantuan dari banyak kementerian, sementara ada startup di sisi lain yang tidak dapat sama sekali. Jadi kita koordinasi untuk pembagian ruang. Tapi yang paling ingin kita dorong adalah mendorong lebih banyak wirausaha berbasis teknologi, yang tantangan terberat ini ada di tahap awal."
Sign up for our
newsletter