1. Entrepreneur

Kisah Pengrajin Kostum "Cosplay" Asal Banyuwangi yang Sukses Juarai Kompetisi

Geliat komunitas budaya populer Jepang di Indonesia ternyata bukan hanya sekedar hobi. Namun juga mampu menghasilkan ekosistem bisnis. Salah satunya Nuril Firdaus yang menguji peruntungannya melalui kerajinan kostum atau cosplay.

Pria asal Banyuwangi ini sukses menjadi pengrajin cosplayer. Bukan hanya itu, Nuril juga berhasil mengirim karyanya hingga Amerika Serikat!

Bagaimana kisah perjalanan Nuril Firdaus mengembangkan hobinya menjadi sebuah usaha yang sukses hingga saat ini?

Awal Mula Ide jadi Pengrajin Cosplay

Nuril Firdaus mengawali hobinya sebagai pengrajin cosplay ketika Ia berkuliah di Malang di tahun 2014. Di sana, Ia bertemu dengan komunitas cosplayer yang dijadikannya wadah untuk belajar tentang cosplay.

Gak sampai setahun di Malang, Saya ikut komunitas, dan belajar tentang bahannya apa, terus liat kostum robot dan penasaran bahannya pake apa, akhirnya tahu basic-nya dan dikembangin lagi pas balik ke Banyuwangi”, ujar Nuril.

Nuril juga melanjutkan bahwa awalnya membuat cosplay hanya untuk sekedar hobi yang hasilnya Ia posting di Facebook. Namun respon dari audience Facebook yang cukup positif dan bahkan beberapa ada yang meminta dibuatkan kostum.

“Awalnya gak kepikiran buat buka bisnis cosplay, cuma karena sering upload Facebook dan banyak yang nanya dan akhirnya mesen”, lanjut Nuril.

Fokus Berbisnis di Tahun 2017

Seiring banyaknya orang yang tertarik dengan hasil tangan dinginnya, Nuril akhirnya memutuskan untuk berfokus membangun usaha pembuatan kostumnya atau cosplay di tahun 2017.

Ia pun membuka peluang bagi orang lain untuk mempelajari cara membuat kostum kepada orang-orang di sekitarnya. Hingga pada tahun 2018, Nuril akhirnya memiliki karyawan yang membantu usahanya.

Meski begitu, memiliki karyawan pun tidak cukup bagi Nuril. Pesanan kostum yang begitu banyak tidak bisa dikerjakan sekaligus sehingga Ia pun menerapkan sistem indent atau daftar tunggu.

Kalo dari segi pesanan banyak, mas. Tapi sebulan Kita cuma bisa kerjakan 2 sampe 3 kostum saja, sisanya Kita terapin sistem daftar tunggu”, Ujar Nuril.

Dari bisnis kerajinan kostumnya ini, Nuril mengaku bahwa konsumen terbanyak ada di Jakarta dengan kostum termahal yang pernah Ia buat seharga Rp8 juta.

Memenangkan Beberapa Kompetisi Cosplay Hingga Pesanan ke Luar Negeri

Selama perjalanannya sebagai pengrajin cosplay, Nuril mengaku bahwa karya-karyanya sering Ia pamerkan dalam event jejepangan dan beberapa kali sering memenangkan kompetisi.

Terakhir di tahun 2019, kostum buatannya memenangkan juara kedua dalam ajang Indonesia Cosplay Grand Prix dimana juara pertamanya akan dikirim sebagai peserta World Cosplay Summit.

Selain mengikuti beberapa kompetisi, cosplay buatannya kini dipesan oleh orang dari luar negeri seperti Singapura dan Amerika Serikat.

“Sekarang, lagi work in progress kostum pesanan dari Amerika Serikat”, Nuril dengan antusias.

Bagi pria yang saat ini juga bekerja di bidang notaris, semakin sulit cosplay yang Ia kerjakan, maka semakin menyenangkan untuk dibuat dan menjadi tantangan tersendiri baginya.

Rencana ke Depan ingin Berinovasi

Selama pandemi, Ia mengaku bahwa permintaan pembuatan cosplay tidak berpengaruh sama sekali. Meski begitu, pandemi memengaruhi sistem internal usahanya.

Bahan kostum yang kebanyakan diperoleh dari luar Banyuwangi pun sulit didapat ketika pandemi sehingga secara tidak langsung memengaruhi bisnisnya.

“Selama pandemi, dari segi pesanan tetap banyak. Cuma karena bahannya sulit di dapat pas pandemi akhirnya ngaruh ke produksi. Karena itu Saya sering pindah-pindah workshop dan kerja sendiri. Gak ada karyawan. Akhirnya Saya berusaha menekan jumlah pesanan”, kata Nuril.

"Saat itu Saya beralih usaha. Sempat budidaya tanaman hidroponik dan Alhamdulillah membuahkan hasil. Tapi karena sekarang udah bisa lagi buat akses vendor dan kondisi mulai membaik, jadi bakal fokus lagi ke cosplay", Lanjutnya antusias.

Di tahun 2021 pun, Nuril berniat untuk kembali lagi fokus untuk membuat kostum dan berencana melakukan inovasi pada bisnisnya dengan menginvestasikan bisnisnya ke dalam alat 3D printing.

"In syaAllah kalo tidak berhalangan mulai di akhir tahun ini (2022)", Ujarnya semangat. Dengan adanya 3D printing, Ia percaya usaha kostum cosplay-nya ini bisa mempermudah dalam hal produksi.

Selain itu, usaha yang berhasil mengumpulkan omzet 6 hingga 15 juta per bulan ini juga berencana untuk membuat sistem ready stock.

“Jadi Kita buat kostum yang sudah jadi, nanti orang tinggal pilih mau kostum yang mana”, lanjut Nuril.

Digitalisasi pada Bisnis Cosplay-nya Menurut Nuril: Perbaiki Sistem Terlebih Dahulu

Kalo ditanya digitalisasi sebenarnya dari awal sudah merambah digital sih, karena awalnya Saya upload hasil kostum Saya, kemudian akhirnya banyak yang tertarik”, Kata Nuril.

Namun ketika ditanya, apakah bisnisnya akan merambah iklan digital, Pria kelahiran Banyuwangi ini memiliki jawaban yang berbeda.

“Ingin ke arah sana, cuma belum siap. Saya ingin memperbaiki sistem dahulu, baru mau merambah ke iklan digital”, Jawab Nuril.

Gak pake iklan aja pesanan sudah banyak mas, apalagi pake iklan, Saya gak kebayang bisa handle atau tidak”, lanjut Nuril.

Untuk itu, Nuril berfikir untuk memperbaiki sistem produksinya. Misal, dari segi Sumber Daya Manusia-nya, alat penunjang, hingga dari manajemen produksi.

Proses Panjang Digitalisasi dan Masalah yang Dihadapi UMKM

Apa yang dialami oleh Nuril merupakan contoh kecil dari ribuan kasus yang dialami oleh pelaku UMKM sebelum beradaptasi dengan ekosistem digital.

Melansir Forbes, Tony Saldanha selaku presiden dari sebuah perusahaan agensi digital, Transformant menuturkan bahwa digitalisasi merupakan proses panjang. Perubahan itu tidak hanya berada di permukaan, namun juga DNA bisnis itu sendiri. Banyak perusahaan yang gagal bertransformasi digital karena tidak ada tujuan yang jelas serta proses yang tidak matang.

Apa yang dilakukan oleh Nuril dengan bisnis cosplay nya adalah langkah tepat. Ia menyadari bahwa bisnisnya saat ini belum memerlukan transformasi digital mengingat sistem yang ada dalam bisnisnya belum memiliki kerangka dan tujuan yang jelas.

Meski begitu, jika Nuril ingin mengembangkan bisnisnya agar bisa menjangkau produksi yang lebih baik dari sebelumnya, mau-tidak-mau pria asal Banyuwangi ini harus bisa berinovasi. Terutama dalam hal tata kelola faktor produksi.

Masalah bisnis cosplay yang dialami Nuril sejatinya juga diamini oleh Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. Menurutnya ada dua faktor yang menghambat usaha mikro di Indonesia, yaitu faktor produksi dan daya saing.

Menurut Menteri Teten Masduki, masalah faktor produksi yang masih dialami oleh pengusaha mikro di Indonesia adalah minimnya sumber daya manusia. Masih banyak pelaku usaha yang menjalankan bisnisnya secara mandiri, tidak ada karyawan, tidak ada partner kerja, dan juga minim kolaborasi.

Bisnis cosplay yang dimiliki oleh Nuril mengalami masalah pertama, yaitu faktor produksi. Dimana Pria asal Banyuwangi ini belum bisa mengelola faktor-faktor produksinya dengan baik.

Selain itu, jika melihat dari sisi tahapan perkembangan bisnis yang diprakarsai oleh Neil Churchil dan juga Virginia Lewis, bisnis cosplay yang dimiliki Nuril masih berada di tahapan ketiga yaitu success atau delegasi pekerjaan.

Seperti yang diketahui menurut Neil Churchil dan Virginia Lewis, setidaknya sebuah bisnis kecil mengalami 5 tahapan penting; existance yaitu adanya kreatifitas, survival diraih dari perencanaan yang benar, success diraih dari delegasi yang baik, take-off, pencapaian diraih melalui koordinasi, dan maturity diraih melalui kolaborasi.

Lantas, apa yang harus dilakukan pelaku UMKM dalam mengatasi masalah ini?

Pertama, identifikasi masalah. Apa yang menjadi penghambat usaha sulit menjangkau konsumen yang lebih luas? Apa yang dibutuhkan untuk itu? Bagian apa yang membutuhkan pengembangan dan perbaikan?

Langkah selanjutnya adalah pemilihan sistem yang tepat, apa yang harus dilakukan, siapa saja yang harus terlibat, bagaimana cara mengelolanya. Setelah sistem sudah dipilih, langkah berikutnya adalah pemilihan SDM dan internalisasi sistem kepada SDM yang ada.

Terakhir, jika sistem yang direncanakan berjalan lancar setidaknya 3-6 bulan, pengusaha bisa mempertimbangkan untuk optimalisasi bisnis secara digital.

Itulah kisah sukses Nuril dalam membangun usaha cosplay- nya yang sudah berjalan sedari tahun 2017 hingga apa saja masalah yag dialami hingga strategi yang harus dilakukan.

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again