Komunitas Nebengers Umumkan Aplikasi Mobile
Derita bagi banyak pekerja di kota metropolitan salah satunya adalah macet plus sarana transportasi publik yang tidak bisa dibilang memuaskan. Mengendarai mobil sendiri, menembus macet dengan biaya bensin yang terus naik, biaya parkir resmi dan liar yang meroket, semua membuat pusing kepala. Menembus kemacetan seorang diri juga bukan hal yang menyenangkan.
Lalu apa alternatifnya? Transportasi umum juga bisa bikin sakit kepala. Harus Berangkat sangat pagi guna menghindari kemacetan atau mengantisipasi angkutan umum yang sering berhenti lama di pinggir jalan menunggu penumpang. Selain macet, kebiasaan “ngetem” angkutan umum juga menyebabkan penumpang harus menyediakan waktu ekstra agar tidak telat sampai tempat tujuan. Faktor keamanan juga menjadi pertimbangan, supir yang ugal-ugalan atau kecopetan sudah jadi resiko sehari-hari. Intinya transportasi publik masih jauh dari ideal.
Memberikan tumpangan untuk orang asing yang baru Anda temui di dunia maya mungkin terdengar menyeramkan. Tetapi Andreas Swasti dan Putri Sentanu berpikir berbeda saat mendirikan sebuah komunitas di Twitter yang disebut Nebengers pada Desember 2011. Komunitas ini bertujuan untuk memungkinkan penumpang dengan kursi kosong di kendaraan mereka menawarkan perjalanan kepada orang lain yang kebetulan memiliki tujan yang sama.
“Komunitas ini juga dibentuk berdasarkan keinginan untuk memberikan alternatif solusi terhadap masalah transportasi. Social media menjadi tidak sekadar tempat mengeluh kemacetan dan pelayanan transpotasi yang buruk, tetapi memberikan ruang untuk solusinya,” ujar Putri.
Nebengers berasal dari kata bahasa Indonesia nebeng yang artinya ikut serta atau menumpang. Konsep ini bertujuan sangat sederhana: untuk mengurangi jumlah mobil yang berkeliaran di Jakarta. “Sering sekali kita melihat satu orang ada di satu mobil. Nah, kalau mobilnya berkurang dan keborosan ruang dalam mobil tersebut bisa terisi, bukan hal yang nihil bahwa kemacetan bisa dikurangi.”
Melalui akun Twitter mereka @nebengers, orang dengan kursi kosong di kendaraan mereka dapat menawarkan tumpangan gratis kepada orang-orang, sedangkan mereka yang mencari untuk transportasi ke tujuan tertentu dapat melakukan hal yang sama. “Saat ini, sudah ada 28.000 orang yang follow [akun] Twitter Nebengers dan penambahan jumlah follower hingga ribuan,” ujar Putri Sentanu co-founder dan CEO dari Nebengers kepada Daily Social pada acara Buka Puasa Nebengers yang juga m mobile aplikasi Nebengers 2.0 di Museum Mandiri, Jakarta, Minggu (28/7) lalu. Acara ini dihadiri lebih 200 anggota Nebengers yang tersebar di Jabodetabek
Saat ini anggota Nebengers berasal dari Jabodetabek, Bandung, Bali, Medan, hingga Makasar. “Masalah transportasi tidak hanya macet. Mungkin kalau di Jakarta macet menjadi masalah utama sedangkan kota lain seperti Bali lebih karena tranportasi umum yang belum terintegrasi. Banyak daerah yang belum dilewati angkutan umum. Ini yang menjadikan banyaknya animo masyarakat yang menginginkan hadirnya Nebengers di daerahnya,” tutur Putri.
Makin besarnya komunitas ini membuat interaksi memberi dan mencari ‘tebengan” lewat akun Twitter pun terasa kurang memenuhi kebutuhan lagi. Maka Nebengers pun meluncurkan sebuah aplikasi mobile yaitu Nebenger 2.0.
Aplikasi mobile ini memudahkan pemberi dan pencari tebengan menemukan teman menebeng yang searah. “Kalau kita mencari tebengan dengan akun Twitter menggunakan hashtag bertebengan itu akan banyak sekali, kadang yang keluar justru cari tebengan di Jakarta yang keluar Bandung. Tidak nyambung dan efektif, bukan? Dengan aplikasi ini, memberi dan mencari tebengan menjadi lebih mudah dan tepat sasaran.”
Selama ini berbagi rute, memberi dan mencari tebengan semuanya lewat Twitter namun kini dengan Nebengers 2.0 Anda hanya perlu mengunduh aplikasi tersebut lalu melakukan registrasi.
Lalu bagaimana dengan keamanan? Bagaimana kalau pemberi tebengan atau penebeng adalah orang yang berniat jahat? Bagi pemberi tebengan diwajibkan melakukan registrasi dengan mencantumkan nama, identitas diri, SIM yang masih berlaku dan foto diri. Regristrasi dilakukan melalui akun Facebook atau Twitter. “Hal ini dilakukan untuk mengetahui profil orang yang memberi dan menerima tebengan dengan melihat profil mereka termasuk followernya. Apakah ada yang dikenal,” jelas Putri.
Aplikasi ini rencananya sudah bisa di-download di Google Play pada 7 Agustus 2013 mendatang, dalam versi Android terlebih dahulu. Versi BlackBerry dan iOS rencananya akan dirilis November tahun ini. “Bulan ini adalah saat tersibuk, sebab kami sedang melakukan trial and error untuk Nebengers 2.0. Diluncurkannya sehari dekat-dekat lebaran juga dimaksudkan sekalian peluncuran Nebeng Mudik pertama kali,” terang Putri. Hal ini juga bertepatan dengan 20 bulan Nebengers berdiri.
Dalam aplikasi ini juga selain registrasi untuk memberi dan mencari tumpangan, ada juga sharing taxi dan chat untuk sesama nebengers tapi dibatasi hingga 10 orang. “Selain berbagi kursi kosong kendaraan, Anda juga bisa berbagi info rute dan cerita nebeng. Semuanya dalam satu aplikasinya.”
Serunya bila Anda menemukan lebih dari satu pemberi tebengan yang searah, Anda bisa melihat profil dan cerita dari Nebengers yang lain, melihat jumlah badge yang diterima pemberi tebengan sehingga Anda bisa menentukan sendiri mau ikut kemana.
Pada acara offline ini juga terungkap banyak cerita seru antar sesama Nebengers. Komunitas ini tak hanya berbagi kursi penumpang namun juga akhirnya berbagi info lowongan kerja, pertemanan dan membangun relasi. Selain itu, ada juga yang mendapatkan pacar. Cerita selengkapnya bisa Anda lihat di website nebengers.com.
Hadir saat acara tersebut juga Wakil Menteri Perhubungan Dr. Ir. Bambang Susantono, MCE, yang memberi pernyataan bahwa diperkirakan sekitar 24 juta orang akan mudik menjelang Hari Raya nanti, serta sekitar tiga juta motor yang akan mudik. Untuk itu ia menghimbau bahwa pertukaran info selama mudik sangat penting. Dalam acara ini ia memberi tanggapan positif terhadap komunitas Nebengers. “Kalian semua adalah pahlawan yang memberi solusi pada kemacetan. Ini bisa disebut sebagai community based transportation.”
“Intinya kami ingin sekali menyadarkan masyarakat untuk berbagi ruang dan Nebengers 2.0 merupakan sebuah media yang akan menghubungkan antar user.” Nebengers pun akan mengawasi setiap transaksi yang terjadi.
Putri ke depannya mengharapkan aplikasi ini akan terintergrasi dengan jadwal transpotasi publik, kereta dan bis. “Jadi saat akan keluar rumah Anda tak hanya dapat tebengan juga informasi jadwal kereta atau bis. Menebeng itu tidak harus sampai tujuan, tapi yang penting searah dengan pemberi tebengan dan bisa berhenti di statiun atau terminal terdekat.”
Selain itu, Putri juga menyinggung soal pameran yang tiap minggu selalu terselenggara di JHCC. “Bayangkan isinya satu mobil satu orang, atau satu taxi, satu orang, Jadi saat menjelang acara dan usai acara, jalan sekitar menjadi macet luar biasa. Kalau ada kesadaran berbagi ruang, jumlah kendaraan pribadi yang beredar bisa menjadi berkurang dan akhirnya berkurang kepadatan di jalan raya.”
Mungkin masih ada keraguan memberikan tebengan pada orang yang belum dikenal, atau hanya dikenal melalui dunia maya. Sebenarnya kalau mau dicermati, kejahatan terjadi tidak sesederhana yang bang napi bilang: karena adanya kesempatan. Menurut teori Crime Triangle, kejahatan bisa terjadi bukan semata adanya kesempatan tapi juga karena tidak adanya guardian (polisi, orangtua, teman) bagi target.
Menyetir sendiri sehabis lembur bekerja justru lebih rawan kejahatan ketimbang satu mobil berisi penuh orang. Karena pada dasarnya pelaku pencurian mobil berdasarkan pada rational choice theory. Pelaku akan berpikir secara rasional tentang untung-ruginya melakukan kejahatan. Secara logika melawan satu lebih mudah dan tidak merepotkan ketimbang katakanlah tujuh orang. Jadi dengan aplikasi yang tepat, penebeng atau pemberi tebengan justru makin aman dari kejahatan.
Sign up for our
newsletter