Lima Tahun Ekrut, Pertajam Solusi "Headhunting" untuk Talenta Digital
Ekrut memanfaatkan teknologi "data science system" agar proses rekrutmen menjadi semakin efektif dan efisien
Permintaan dan ketersediaan talenta digital memang masih terjadi kesenjangan di Indonesia. Mencari dan memasang iklan lowongan kerja di job portal masih dianggap kurang efektif dan efisien.
Metode headhunting menjadi pendekatan yang lebih baik bagi perusahaan, hanya saja proses ini masih dilakukan dengan cara manual yang membutuhkan tenaga manusia. Alhasil sulit mengukur dan membatasi potensi proses wawancara dan waktu yang dibutuhkan. Peluang tersebut digarap Ekrut yang memosisikan dirinya sebagai headhunter untuk talenta digital sejak 2016 dengan pemanfaatan teknologi.
Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan mengatakan, pangsa pasar portal lowongan kerja saat ini banyak yang menjalankan bisnisnya dengan memiliki banyak spesialisasi, mulai dari chef untuk restoran, operator excavator untuk perusahaan tambang, hingga software engineer untuk startup. Ekrut mengambil posisi yang berbeda karena fokus pada talenta digital.
“Dengan fokus yang lebih mengerucut, kami dapat lebih detail dalam mengelolah data data, sehingga kami dapat memudahkan tech talent dalam menemukan pekerjaan dengan skill-set yang lebih sesuai untuk kandidat tersebut,” ujarnya kepada DailySocial.
Ekrut sendiri mulai beroperasi sejak akhir 2016 sebagai job portal untuk talenta digital dengan solusi headhunting. Solusi tersebut kembali dipertajam perusahaan sejak 2018 hingga sekarang dengan alasan karena tiga hal, yakni keahlian, pangsa pasar, dan teknologi.
Dari sisi keahlian, tim Ekrut didukung oleh pengalaman para founder yang bergerak di VC, headhunting, dan startup, sangat relevan untuk fokus di ekosistem startup teknologi. Berikutnya dari sisi pangsa pasar, pertumbuhan talenta digital dan permintaan dari perusahaan terhadap talenta tersebut kian meningkat, mengingat tumbuhnya perusahaan yang mulai menerapkan layanannya secara digital.
“Terakhir, dari sisi teknologi, dengan resource kami yang sangat limited, kami juga harus berhati-hati dalam memilih produk, agar teknologi kami bisa benar-benar di-utilize. Salah satunya adalah sistem data science kami dapat menghasilkan output lebih bagus (kasus kita akurat) apabila kita memasukkan input yang detail.”
Ekrut berinovasi mengembangkan teknologi data science system agar proses rekrutmen menjadi semakin efektif. Solusi tersebut makin dibutuhkan perusahaan karena dalam mendapatkan talenta digital dalam waktu singkat masih sulit untuk dicapai.
Untuk mendukung layanan headhunting-nya, disebutkan bahwa saat ini perusahaan telah merilis Talent Search Service. Produk tersebut memungkinkan sebuah perusahaan dapat langsung sourcing dan mengajak wawancara dengan talenta yang sudah disaring Ekrut. Langkah ini sekaligus menjadi nilai tambah yang membedakan Ekrut dengan kompetitor karena memiliki konsep instant sourcing dan pre-screened talent.
Selain itu, pihaknya juga memberikan konsultasi kepada kedua belah pihak, yakni perusahaan dan kandidat. Beda dengan pemain lainnya, yang kebanyakan hanya fokus pada perusahaan dan seringkali pihak kandidat terlewati atau tidak dibantu.
“Kami memastikan kandidat-kandidat kami aktif mencari kerja dan sudah melewati proses screening kami. Perusahaan pun dapat dengan mudah sourcing kandidat dan langsung mengajak interview dengan kandidat yang sudah Ekrut filter.”
Solusi Ekrut sudah dimanfaatkan beragam perusahaan. Beberapa di antaranya adalah LinkAja, Tokopedia, BCA Finance, Garena, Generali, RedDoorz, Bluebird, Gojek, dan OVO.
Menurut Steven, profesi yang paling banyak dicari perusahaan melalui Ekrut adalah Backend Engineer, Java Developer, Mobile Engineer, Product Manager, Software Engineer, Frontend Engineer, dan Android Developer.
“Kebanyakan lowongan pekerjaan yang tersedia di Ekrut adalah kategori PDEM (Product, Data, Engineer, Marketing). Banyak perusahaan mencari tech talents di bidang software engineering, product management, data science, serta digital marketing & communications.”
Di luar kategori PDEM, sambungnya, masih banyak lowongan pekerjaan non-tech yang masih relevan dan tetap dibutuhkan perusahaan teknologi. Misalnya, Business Operations, Finance Officer, Human Resources, Business Development, General Affairs, dan Account Executive.
Dengan bisnis B2B seperti ini, mampu membuat Ekrut tumbuh secara positif. Meski tidak dirinci lebih jauh oleh Steven, Ekrut kini sudah hampir mencapai titik profitabilitas.
“Relatif berbeda dengan tahun 2020, di tahun 2020 ini burn rate kita turun empat kali lipat. Sedangkan revenue kita tetap meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.”
Kondisi tersebut membuat perusahaan tidak tergesa-gesa untuk melakukan penggalangan pendanaan baru. Ekrut terakhir kali mengumumkan pendanaan Pra-Seri A dengan nominal dirahasiakan dipimpin Venturra Capital pada April 2019. “Walaupun sementara ini Ekrut tidak aktif mencari funding, kami selalu 'open' untuk fundraising options.”
Dampak kehadiran startup unicorn
Menurutnya, dalam lima tahun Ekrut beroperasi, ekosistem startup sudah jauh lebih matang. Dulu perusahaan benar-benar harus “memohon” kepada para talenta digital agar mau bekerja di perusahaan mereka. Kondisi tersebut sudah berubah karena suplai sudah meningkat secara signifikan. Perusahaan pun mulai mencoba lebih fokus pada profitabilitas.
“Kami melihat keseimbangan yang lebih sehat antara supply dan demand. Sekarang menemukan engineer dengan pengalaman lima tahun sudah relatif lebih mudah daripada lima tahun lalu, di mana mayoritas engineer masih hanya memiliki pengalaman kerja 1-2 tahun.”
“Terima kasih juga dengan decacorn dan unicorn, lewat mereka kualitas tech talents kita juga meningkat,” sambung Steven.
Kebutuhan talenta digital kian meningkat semenjak pandemi karena banyak perusahaan yang dituntut untuk melakukan transformasi digital. Dalam data internal Ekrut, permintaan perusahaan pada talenta profesional tumbuh hingga puncaknya pada kuartal II 2021 sebesar 40,62%.
Lowongan pekerjaan yang paling banyak terjadi sepanjang paruh pertama tahun ini adalah finance and insurance. “Menurut saya, di masa pandemi sekarang ini semakin banyak startup yang lebih hati-hati dengan burn rate, permintaan software engineer masih terus tumbuh perlahan, walaupun tidak seagresif seperti di 2015.”
“Supply untuk tech talent juga terus meningkat seiring dengan demand yang ada, hal ini membawa keseimbangan yang lebih sehat dalam supply dan demand,” tutupnya.
Di Indonesia, pemain job portal lainnya yang spesifik juga menyediakan pencarian talenta digital untuk pekerja kerah putih cukup beragam. Beberapa pemainnya adalah Kalibrr, UrbanHire, Glints, hingga LinkedIn.
Sembilan juta talenta digital di 2030
Seperti diketahui, kebutuhan talenta digital terus digenjot oleh pemerintah karena menjadi salah satu kunci transformasi digital. Pemerintah menargetkan jumlah talenta digital terampil dapat mencapai sembilan juta orang pada 2030 mendatang. Agar dapat mencapai angka tersebut, dibutuhkan kerja sama antara lembaga pemerintah dengan pihak swasta.
Di level pemerintah, Kemendikbud Ristek berkontribusi melalui Ditjen Dikti memperkenalkan kebijakan Kampus Merdeka, khusus untuk kegiatan kewirausahaan atau startup digital. Sementara dari swasta, Tokopedia misalnya, mengadakan program magang bersertifikat untuk bidang Software Engineeering, Marketing dan Business Development untuk mendukung Kampus Merdeka.
Berdasarkan The Global Startup Ecosystem 2020, Jakarta dinobatkan sebagai ekosistem perusahaan rintisan terbaik kedua pada Top 100 Emerging Ecosystem setelah Mumbai, India. Indikator yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah performa startup, pendanaan, jangkauan pasar, dan talenta digital. Dari empat indikator, talenta digital memiliki nilai yang paling rendah.
Oleh karenanya, data ini menunjukkan kebutuhan talenta digital di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya, maka ada urgensi kolaborasi antar pemerintah, platform digital maupun akademisi dalam mengembangkan talenta digital dan mencapai target 9 juta talenta digital terampil pada 2030.
Sign up for our
newsletter