Lintasme, Evolusi Agregator Menjadi Mesin Pengolah Konten Kontekstual
Bermula dari situs aggregator konten bernama Lintasberita yang diluncurkan di Malang, situs yang kini dinamakan Lintas.me menjadi salah satu situs lokal terpopuler bersanding dengan raksasa berita seperti Okezone, Liputan6 dan lain-lain. Situs yang bergabung dengan Merah Putih Incubator pertengahan 2010 lalu ini terus sempat mengorbankan traffic demi berbenah diri.
Kami berbincang dengan David Wayne Ika, CEO Lintas.me mengenai situs yang bukan lagi sebagai aggregator melainkan sebuah mesin konten yang luar biasa. Tidak hanya produk, Lintas.me juga merupakan salah satu perusahaan internet yang menguntungkan dari sisi bisnis. David sendiri mulai bergabung di Lintas.me pertengahan 2010 dan saat ini sudah sukses membawa Lintas.me menjadi salah satu properti internet yang mengagumkan.
Sebelumnya, LintasBerita merupakan situs aggregator yang mengadopsi konsep Digg dan cukup sukses menjadi salah satu situs terpopuler di Indonesia menurut Alexa. Puluhan juta pageviews diraup LintasBerita tiap bulannya, namun masalah yang dihadapinya ketika itu adalah kontrol atas konten yang ilegal, dengan ribuan konten porno dan berkualitas rendah lainnya. Dengan konten seperti ini, David menyadari bahwa akan sangat sulit untuk mencari pengiklan meski dengan puluhan juta pageviews.
Satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah me-rebrand LintasBerita dari situs dengan banyak konten ilegal menjadi situs kurasi konten yang menarik untuk pengiklan. David-pun merubah nama LintasBerita menjadi Lintas.me, sembari mengorbankan traffic yang mencapai puluhan juta pageviews per bulan dan memulai dari awal.
Tidak hanya dari sisi brand, David juga ingin Lintas.me tidak sekedar menjadi aggregator konten (dumb aggregator) melainkan juga menjadi mesin yang bisa mengerti pola konsumsi konten dari penggunanya. Setelah beberapa pivot dan pengembangan fitur, Lintas.me bertumbuh jauh dari sekedar aggregator konten biasa menjadi mesin pengolah konten. "Kontekstual" dan "Relevansi" merupakan kata kunci yang ditanamkan David ke dalam Lintas.me.
Setelah berjalan hampir 1.5 tahun, akhirnya pengorbanan itu akhirnya terbayarkan, traffic Lintas.me kini terus bertumbuh di angka 50% tiap tahunnya, dengan pertumbuhan pageviews hingga 40%. Tidak tanggung-tanggung, jumlah penggunanya sendiri mencapai 300.000, dengan lebih dari 100.000 diantaranya merupakan pengguna aktif yang mengkonsumsi konten yang terkurasi dari ribuan konten yang disubmit tiap harinya. Jaringan konten terbesar untuk Lintas.me adalah para blogger, dengan lebih dari 5000 blog lokal yang saat ini sudah secara aktif mensubmit konten mereka ke Lintas.me.
Meskipun Lintas.me telah bertumbuh pesat secara produk, namun David juga tidak lupa mengelola Lintas.me dari sisi bisnisnya. Tahun 2012 lalu, revenue Lintas.me dari iklan berlipat ganda hingga 250% dibandingkan dengan tahun 2011 silam.
Satu hal yang tidak berubah, Lintas.me tetap merupakan situs komunitas yang dikelola oleh para penggunanya. Untuk itu, Lintas.me juga tetap harus menjaga Lintas.me dari konten-konten ilegal. Oleh karena itu, Lintas.me berencana untuk menerapkan sistem dan peraturan yang lebih ketat untuk menjaga pengguna dan pengunjung dari konten yang berkualitas rendah dan ilegal.
Memang dari sisi UX design, Lintas.me masih belum maksimal, kurang friendly dan cenderung terlalu ramai dengan fitur. David sendiri mengakui hal ini dan menyatakan bahwa pengembangan dari sisi UI/UX masih on-progress. Relasi ke blogger yang notebene adalah pasar utama dari Lintas.me sendiri juga dirasa masih kurang, meskipun Lintas.me sendiri sudah memiliki 200 rekanan resmi untuk konten dari beberapa media besar.
Ketika ditanya mengenai masa depan konten dan posisi Lintas.me, David memiliki visi yang sangat kuat untuk Lintas.me. Saat ini, konsumen konten banyak menghabiskan waktu untuk menemukan dan mengkurasi konten yang mereka mau sebelum mereka konsumsi. Ke depannya, David ingin menggantikan proses mencari dan kurasi ini dengan mesin yang akan menghasilkan konten yang kontekstual, relevan dan siap dikonsumsi oleh pengguna.
Satu hal yang saya ingin katakan, startup Indonesia bisa banyak belajar dari Lintas.me terutama untuk menyeimbangkan pengembangan produk dengan revenue. Dan saya katakan ini dengan jujur, Lintas.me merupakan salah satu startup lokal favorit saya.
--
Disclosure: Lintas.me dan DailySocial diinkubasi dibawah Merah Putih Inc, namun artikel ini tetap ditulis secara jujur dan obyektif.
Sign up for our
newsletter