Manfaatkan AI dan VR, Neurosensum Hadirkan Cara Baru Melakukan Survei
Diklaim efektif untuk membantu perusahaan lancarkan engagement dengan konsumen
PT Neurosensum Technology International (Neurosensum) yang telah hadir sejak bulan Febuari 2018 lalu di Indonesia tawarkan platform berbasis AI (Artificial Intelligence) dan VR (Virtual Reality) demi mendapatkan hasil survei pemasaran yang akurat. Kepada media, Managing Director Neurosensum, Rajiv Lamba, mengungkapkan perusahaan asal Singapura ini mencoba menghadirkan cara baru bagi brand dalam melakukan engagement dan mendapatkan informasi yang akurat dari target pengguna.
"Neurosensum adalah platform yang kami miliki untuk menangkap pikiran bawah sadar (subconcsious mind) pengguna memanfaatkan teknologi," kata Rajiv.
Alat yang digunakan oleh Neurosensum di antaranya adalah brain mapping, eye tracker, virtual reality (VR), reaction time dan facial expression. Didukung oleh teknologi yang dimiliki, semua alat tersebut bisa dimanfaatkan oleh brand untuk mendapatkan informasi hingga melakukan engagement kepada konsumen.
"Kami percaya semua orang memiliki informasi yang disimpan di alam sadar pikiran mereka. Sehingga bisa meminimalkan hasil survei yang kurang akurat seperti yang diterapkan oleh lembaga survei konvensional," kata Rajiv.
Selain pengukuran memanfaatkan teknologi, Neurosensum juga masih melakukan survei menggunakan cara umum, yaitu temu muka secara langsung kepada responden.
"Kami telah melakukan lokalisasi, sehingga teknologi yang tadinya cukup rumit untuk diterapkan bisa lebih mudah diimplementasikan dengan lokalisasi tadi," kata Rajiv.
Setelah Singapura, Indonesia merupakan negara kedua yang dikunjungi oleh Neurosensum di kawasan Asia Tenggara. Target dari Neurosensum selanjutnya adalah ekspansi di negara lainnya di Asia Tenggara.
Hasil survei Neurosensum
Dalam kesempatan yang sama, Neurosensum juga menyampaikan hasil survei mereka yang dilakukan di 12 kota di Indonesia yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Makassar, Palembang dan Balikpapan. Tujuan survei yang dilakukan kepada 1000 orang tersebut untuk melihat perilaku konsumen dan pola konsumsi di Indonesia.
Banyak temuan menarik, di antaranya adalah meningkatnya pengeluaran di kategori telepon seluler hingga 21% dalam 2 tahun (20016-2018). Sementara untuk pengeluaran produk di kategori gadget dan elektronik meningkat menjadi 50% dalam 2 tahun terakhir.
Temuan lainnya rata-rata konsumen menghabiskan lebih dari 5 jam di media sosial. Berkembangnya keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru dan kebiasaan untuk berbagi telah memicu pertumbuhan penggunaan data internet. Sementara itu pangsa pasar untuk kategori data seluler dan broadband naik hampir 2 kali lipat dalam waktu dua tahun terakhir.
Dari sisi demografi, survei yang dilakukan oleh Neurosensum terungkap bahwa munculnya pola konsumsi yang berbeda pada Gen Z (mereka yang lahir setelah tahun 1996). Dalam survei tersebut terungkap, fokus dari brand harus mulai bergeser kepada Gen Z dan bukan lagi kepada millennial. Gen Z cenderung mengalokasikan pengeluaran mereka untuk mendapatkan pengalaman makan di luar, internet dan data seluler, kesehatan, rekreasi dan kebugaran.
Dari sektor pariwisata juga terungkap bahwa saat ini mulai banyak masyarakat Indonesia yang memilih untuk mengonsumsi produk FMCG yang lebih murah harganya (downgrade) agar bisa menghemat pengeluaran untuk kemudian digunakan untuk perjalanan wisata lokal hingga mancanegara. Dari 40% kenaikan di kategori rekreasi untuk kebutuhan travelling meningkat hingga 30% dalam dua tahun terakhir.
"Riset yang dilakukan menunjukkan bahwa konsumen semakin cerdas dalam menentukan pilihan, sehingga penting bagi perusahaan untuk beralih dari komunikasi satu arah menjadi komunikasi dua arah yang lebih menarik bagi konsumen," tutup Rajiv.
Sign up for our
newsletter