[Manic Monday] Membawa Pameran Ke Abad 21
Di Indonesia, dan terutama di Jakarta, sebagai pusat perdagangan negara ini, tiap minggu digelar berbagai pameran, dari ukuran kecil dalam atrium mal-mal, sampai pameran-pameran besar yang dikunjungi berpuluh ribu orang. Pameran-pameran ini pun meliputi berbagai industri, dari pendidikan, perumahan, elektronik, hingga pameran mobil yang saat ini sedang digelar di JIExpo. Pameran ini pada intinya memenuhi kebutuhan dari industri masing-masing untuk memamerkan dan menjual dagangan atau layanannya, tapi seperti layaknya acara yang dibuka untuk umum, pameran sudah menjadi acara hiburan tersendiri untuk masyarakat.
Dalam pameran berskala kecil maupun besar, pastinya pameran ini bertujuan untuk menarik orang sebanyak-banyaknya untuk datang, sehingga potensi penjualannya makin tinggi. Untuk mendatangkan orang, pameran-pameran ini biasanya menggunakan cara-cara yang berulang kali jitu, yaitu dengan menggelar berbagai acara hiburan, dan terkadang ada undian berhadiah untuk semua pengunjung yang datang. Hiburannya bisa apa saja, dari mendatangkan selebriti, membuat talk show, musik, sulap, tari sampai akrobat. Hadiahnya pun selalu diusahakan yang relevan dengan isi pameran. Cara ini mungkin sudah berjalan hampir puluhan tahun di berbagai penjuru dunia, dan bermodalkan booth yang menarik, SPG yang cantik dan brosur yang informatif.
Selama puluhan tahun tersebut, format pameran bisa dibilang nyaris selalu sama. Acara seperti Festival Komputer Indonesia atau Real Estate Expo, atau bahkan Pekan Raya Jakarta, ujung-ujungnya bentuknya adalah satu area besar yang dikapling-kapling untuk setiap perusahaan yang menyewa ruang tersebut. Para perusahaan yang berniat pameran akan membangun booth sesuai konsep yang mereka butuhkan, dan akan menyiapkan pasukan SPG dan salespeople yang sudah dibekali brosur dan informasi produk. Selebihnya, booth akan diusahakan tetap ramai dengan berbagai kegiatan dan hiburan, terutama untuk acara-acara pameran yang berlangsung lebih dari satu hari.
Yang saya rasakan sendiri sebagai pengunjung, terkadang kebingungan sendiri kalau datang ke pameran-pameran besar ini. Informasi mengenai daftar penuh peserta pameran, lokasinya dan program apa saja yang ada di pameran atau booth itu sering kali sulit didapat; informasi di website sering tak lengkap, dan di lokasi pun tak selalu ada denah dan jadwal acara.
Walaupun memang umumnya pameran itu menginginkan semua pengunjungnya keliling seluruh area pameran supaya dapat melihat semua booth, tapi rombongan-rombongan bergerak tak beraturan ini akhirnya membuat seluruh area pameran sering menjadi padat dan macet penuh orang. Keadaan ideal di mana orang dapat melihat semua booth dengan leluasa seringkali tak terjadi. Nah, memangnya masalah ini tak bisa diselesaikan dengan teknologi?
Dengan teknologi yang cukup sederhana dan sedikit disiplin soal penyediaan informasi, seharusnya datang ke pameran itu dapat dipandu oleh aplikasi mobile, setidaknya mobile website. Denah lengkap - versi canggihnya mungkin bisa menggunakan augmented reality mirip Here City Lens - dapat diakses dengan mudah.
Daftar acara dan program tiap booth dapat disajikan secara kontekstual, sampai notifikasi soal diskon kilat, lomba atau undian dapat dipasang. Dengan lebih mudahnya akses ke informasi mengenai pameran, pengunjung dapat merencanakan kunjungannya dengan baik, dan bahkan meluangkan waktu lebih dari sekali untuk datang, sehingga pameran benar-benar dapat menjadi sebuah acara hiburan yang lengkap, dan bukan hanya penuh desak-desakan dan tumpukan brosur.
Solusi teknologi juga dapat memberikan bantuan pada peserta pameran maupun penyelenggara. Sebuah metode akuisisi database pengunjung yang mudah bisa diberlakukan secara umum di pameran atau hanya pada booth pameran, sehingga para peserta pameran lebih mudah mendapatkan informasi soal calon pelanggan. Booth pameran yang paling populer pun dapat diukur dengan data yang riil, berdasarkan pengukuran pengunjung yang datang ke sana.
Penyebaran informasi produk yang lebih komprehensif - sehingga memudahkan pelanggan untuk mempelajari dan sekaligus mendapatkan informasi kontak penjualnya - bisa dilakukan secara elektronik, sehingga mengurangi kebutuhan cetak brosur yang kemungkinan besar dibuang langsung setelah pameran. [Disclosure: saya bekerja di Wooz.in, salah satu perusahaan penyedia sistem yang melakukan fungsi-fungsi di atas]
Berbagai macam teknologi seringkali dijadikan bagian dari hiburan dalam sebuah pameran - permainan elektronik, augmented reality, video mapping , cetak foto instan dan lain sebagainya; yang akhirnya menempatkan teknolog-teknologi ini, yang cukup canggih dan tidak murah, menjadi komplemen hiburan untuk pengunjung, tanpa ada dampak selanjutnya untuk tujuan utama berpameran, yaitu target penjualan. Dengan memikirkan lebih masak soal pemanfaatan teknologi dalam pameran, pameran dapat terus diteguhkan sebagai tujuan hiburan masyarakat, maupun media penjualan yang efektif.
Ario adalah co-founder dari Ohdio, layanan streaming musik asal Indonesia. Ario bekerja di industri musik Indonesia dari tahun 2003 sampai 2010, sebelum bekerja di industri film dan TV di Vietnam. Anda bisa follow akunnya di Twitter – @barijoe atau membaca blog-nya di http://barijoe.wordpress.com.
Sign up for our
newsletter